"Gimana kalau gue dijodohin?"
J nama panggilan gadis berambut pendek dan bermata besar yang sedang merebahkan dirinya di atas kasur menatap langit-langit kamar sahabatnya yang juga mantan pacar kembarannya, Yoon.
"Papa nggak pernah minta gue pulang hanya untuk makan malam dengan koleganya. Menurut lo gimana?" Celoteh J kepada Yoon yang sekarang sedang mengikir kukunya. "Jang Wonyoung aja udah tunangan dan mulai menyebar undangan pernikahannya di akhir tahun ini, kenapa lo nggak? Orang tua lo bahkan dijodohkan."
"Kenapa? Lo juga nggak. Jeongwoo juga nggak. Padahal orang tua kalian juga dijodohin."
"Ayah gue bilang, gue bebas memilih orang yang gue mau nikahi dan nggak usah memikirkan perihal perjodohan lagi. Tradisi yang ada di keluarga kita, cukup berhenti di mereka aja. Untungnya orang tua gue jatuh cinta satu sama lain kan? Makanya punya anak secantik gue." Ujar Yoon dengan senyuman pongah yang bikin J mendengus. "Papa gue nggak pernah bilang begitu."
"Jelas aja. Papa lo pasti nggak mau hotel-hotel kesayangannya jatuh ke orang yang salah. Seenggaknya, meski kembaran lo urakan, dia harus punya menantu laki-laki yang bisa diandalkan."
"Dengan mengorbankan perasaan gue?!"
Yoon mencibir karena reaksi dramatis temannya, "Memangnya sampai saat ini lo punya pacar? Bukannya temen cowok lo itu cuma Jeongwoo? Kalaupun lo dijodohkan, menurut gue itu bagus banget buat manusia kuper kayak lo."
J melemparkan bantal kepada Yoon dengan kesal dan bersungut-sungut. Ia kembali dalam posisi telentang dan menatap langit kamar lurus.
"Iya kalau orang yang dijodohin sama gue nggak punya pacar juga kayak gue. Gimana kalo gue berakhir jadi orang ketiga di hubungan gue sendiri coba? Baru ngebayanginnya aja udah bikin frustasi." J bergidik dan geleng-geleng kepala.
"Open marriage aja."
"MENDING NGGAK USAH NIKAH SEKALIAN." Seru J benar-benar nggak percaya dengan apa yang dikatakan oleh Yoon. Kini ketika ia menoleh, Yoon sudah tertawa dan meletakan alat kikirnya di atas meja rias. "Abisnya lo terlalu overthinking tahu nggak? Jalanin aja kali! Let it flooooow."
"Menurut lo berapa persentase gue bisa naksir orang yang dijodohin sama gue?"
"100%."
"Damn."
Yoon menghela napas dan bangkit dari kursinya sebelum ikut merebahkan diri di sisi J dengan nyaman.
"Ayah gue bilang, otak manusia cuma punya dua kecenderungan; menerima dan menolak. Dan lo adalah orang yang punya kecenderungan buat menerima. Makanya nggak heran lo selalu melakukan semuanya dengan sepenuh hati. Beda sama kembaran lo yang nyebelin itu."
"Kalo gitu, artinya gue gampang dibegoin dong?"
"Lah, bukannya orang baik memang gitu?"
J kembali mengerang. Pada situasi tertentu ia merasa kalau mengobrol dengan Yoon bisa sangat menyebalkan, namun di sisi lain juga bisa membuatnya berpikir dengan jernih.
Sekarang, otak J mungkin dipenuhi oleh kekalutan. Namun itu karena ia memiliki banyak praduga sebelum benar-benar menghadapinya sendiri.
Kini setelah kamar tersebut dipenuhi keheningan sementara, ketukan di pintu kamar Yoon membuat keduanya bangun dan beranjak dari kasur.
"Non, ada tamu." Kata Ibu Kim asisten rumah tangga Yoon yang baru saat pintunya dibuka.
Yoon mengangkat alis bingung, "Siapa, Bu?"
"Saya kurang tahu, Non, orangnya juga nggak menyebutkan nama. Cuma katanya mau jemput Nona J dan menyapa harimau." Ujar Bu Kim ragu. "Memangnya di rumah ini ada harimau ya, Non?"
"Itu pasti kembaran gue." Ucap J tanpa menahan tawanya dan ia menepuk bahu Yoon dengan geli. "Ayo keluar, dia bilang mau menyapa harimau."
"Shut up." Gerutu Yoon kepada J sebelum ia berterima kasih kepada Bu Kim dan menyuruhnya melanjutkan pekerjaan lain.
Kedua gadis itu berjalan keluar dan betul saja, ada dua lelaki jangkung di teras rumah sedang menonton beberapa rusa yang hilir mudik di sekitar rumah Yoon.
"Who's the tiger?" Semprot Yoon yang langsung mengalihkan perhatian para lelaki itu dari rusa-rusa ayahnya.
"You but end with N." Sahut Haruto dengan tidak kenal takut dan menyaap geli. "Hi, Lady Tiger."
Haruto kemudian mengalihkan tatapannya kepada J dan merentangkan kedua tangan, "My JJ, please give me a hug."
J menurut saja dan mendekap kembarannya sambil mengusap punggung lelaki itu dengan kerutan di hidung. "You smell like a hospital. Whats goin on?"
"Nothing. Jeongwoo nggak sengaja numpahin antiseptik di baju gue tadi." Ucap Haruto seadanya dan mengusap rambut J lembut sebelum melepaskannya perlahan.
Haruto kemudian beralih menatap Yoon dengan seringaian meledek. "Long time no see, lo masih pacaran sama bayi besar?"
"So Junghwan not a baby. Dia lebih gentle daripada lo." Sahut Yoon dengan sinis.
"Ya benar, walaupun Junghwan suka makan donat, tenaganya setara dengan Super King Cow. Kayaknya kalau lawan banteng, cowoknya dia yang menang."
Yoon menginjak kaki Jeongwoo yang baru saja mengoceh dan membiarkan lelaki itu mengerang. "You better shut up, Man." Katanya sebelum mengalihkan perhatian lagi kepada mantan pacarnya yang paling ia benci.
"Lo sendiri gimana? Gue dengar lo baru diputusin karena selingkuh."
"You WHAT?" Seru J pada kembarannya terkejut.
Haruto menyeringai bengis. "Oh, lo masih mengikuti kabar gue dengan baik ternyata."
Yoon mengedikan bahu dengan santai dan tidak lama setelah itu mereka bertiga pergi dari rumahnya langsung.
"As always, a man with his ego." Gumam Yoon dengan sinis.
KAMU SEDANG MEMBACA
B; rei • haruto (fanfiction)
Fanfiction"Do we look like a butterflies?" - 2022 by sweetjjie