Murid Baru

553 81 18
                                    

"Selamat pagi anak-anak!" sapa Pak Jaky.

"Pagi, Pak!" seru semua siswa/siswi.

"Kita kedatangan murid baru hari ini," ucap Pak Jaky, membuat semua murid jadi ricuh.

"Cewek apa cowok nih, Pak?" tanya Beben, mewakili di benak teman-temannya.

"Cowok," jawab Pak Jaky singkat, membuat para siswi di kelas jadi ribut, berharap murid baru itu ganteng sesuai ekspetasi mereka.

Sementara Ria, dia hanya menatap masa bodoh dengan berita yang di sampaikan Pak Jaky. Tanpa melihat pun, Ria tau siapa murid baru itu.

"Aldo? Silahkan masuk!" suruh Pak Jaky.

"Aldo?" beo seluruh kelas, kecuali Ria.

Pintu kelas pun terbuka, memperlihatkan sosok lelaki tampan berbalut seragam SMA Merdeka Mandiri. Dia menatap Ria, melemparkan senyum manisnya. Tetapi sayang, senyumnya di balas dengan tatapan jengkel oleh Ria.

"Aldo? Lo ngapain di sini?" heboh Beben, menggebrak mejanya.

"Beben! Apa-apaan, kamu?" marah Pak Jaky.

"Ngapain cowok sialan itu di sini, Pak?" tanya Beben, tidak terima.

"Emang kenapa? Kan bapak sudah bilang, dia itu murid baru. Sebenarnya dia itu kelas dua, tetapi dia harus mengulang lagi di tahun ini," jelas Pak Jaky.

"Iya lah mengulang. Orang narapidana," cetus Gino.

"Pak? Kenapa sekolah ini harus terima mantan narapidana kayak dia? Nggak baik buat sekolah," kata Indro, yang di benarkan teman-temannya. Sementara yang lain, hanya diam memperhatikan karena tidak paham.

Ria memutar bola mata malas, mendengar ucapan Indro. Dia menoleh ke belakang dan menemui semua pandangan mantan teman-temannya itu ternyata tertuju padanya. Tetapi Ria mengabaikan, memilih menatap pada Indro yang sedang menatap Aldo di depan sana. "Maksud lo itu gue nggak pantas di sini, gitu?" tanya Ria, mengalihkan perhatian Indro. "Lo nggak lupa kalau gue juga mantan narapidana, kan?" tanya Ria lagi, membuat teman sekelasnya yang lain kaget. Bahkan Pak Jaky juga kaget atas pernyataan Ria.

"Ri, gue..." ucapan Indro di potong oleh Ria.

"Iya, gue tau maksud, lo. Gue tau kalau lo bilang gue nggak pantas di sekolah ini. Tapi sayang, ini bukan sekolah, lo!" Ria tersenyum sinis.

Indro menatap Ria, dengan tatapan yang sulit di artikan. Dia sama sekali tidak berpikir untuk menyindir Ria. Sama sekali tidak. Bahkan ia lupa kalau Ria itu mantan narapidana.

"Udah-udah! Kenapa jadi berantem gitu. Bapak tau kalau Aldo ini mantan narapidana, tapi ia telah berubah. Jadi kalian jangan diungkit-ungkit soal Aldo yang dulu lagi," kata Pak Jaky. "Aldo, kamu silahkan duduk di bangku yang kosong!" suruh Pak Jaky.

Aldo mengangguk dan berjalan ke bangku yang kosong, tepat di belakang Indro. Tetapi di saat dia melewati Beben, kakinya sengaja di jegal, membuatnya terjatuh.

"Sorry.. sengaja," kata Beben tertawa.

"Beben! Kamu kalau ganggu Aldo terus, bapak hukum kamu!" ancam Pak Jaky.

"Eh, iya, Pak. Nggak kok," kata Beben takut, lalu ia melihat Aldo dan tersenyum sinis.

Aldo berdiri dan menatap Beben, dia hanya membuang napas kasar dan melanjutkan langkahnya duduk di bangku belakang Indro. Dia bukan takut pada Beben, tapi ia hanya terikat janji dengan Ria kemarin.

"Jangan bikin masalah lo di sini," bisik Rafi, menatap tajam Aldo.

Aldo hanya diam dan menatap pada Indro yang duduk tenang di depannya. Lalu ia mencondongkan tubuhnya ke depan dan membisikkan sesuatu pada Indro.

"Gue benci sama lo, Ndro!"

-----

Kalian masih ingat Aldo nggak sih?

RindroTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang