Awal Ancaman

564 93 30
                                    

Seluruh orang yang ada di parkiran menatap kaget ke arah dua orang yang terlihat sedang mengalami nasib yang berbeda. Yang satu terlihat di bully, satunya lagi terlihat membully. Kenapa? Karena perempuan satu itu telah menyiramkan air bekas pel ke tubuh gadis lagi.

Kalian tau siapa yang melakukan itu? Iya, Ria! Gadis yang sangat mengerikan dengan perbuatannya yang di luar kendali pelajar. Sementara yang menjadi korban? Siapa lagi kalau bukan Loly, gadis yang berani macam-macam dengan Ria hari ini.

"Gimana, Loly? Seger, nggak?" tanya Ria, tersenyum miring.

Semua orang hanay bisa geleng-geleng mendengar pertanyaan yang keluar dari mulut kecil Ria. Terdengar halus, tetapi penuh penekanan dan juga nada licik.

Loly hanya bisa diam mematung di pandangi semua orang. Ia ingin menangis saat ini. Ia tidak pernah menduga, kalau Ria akan mempermalukannya didepan banyak orang seperti ini.

"Uluh...uluh... Lo mau nangis, ya?" tanya Ria, dengan muka tengilnya. "Jangan nangis, loh! Nanti gue malah senang," kata Ria lagi, terkekeh mengejek Loly.

"Kenapa lo jahat banget?" lirih Loly, memeluk dirinya sendiri.

"Jahat?" Ria tertawa dan berjalan memutari tubuh Loly. "Segini doang lo bilang jahat?" tanyanya lagi, sambil terus tertawa dan memutari tubuh Loly. "Ini belum seberapa Loly! Masih banyak permainan lain yang akan menunggu, lo," kata Ria, memegang dagu Loly dan mencampakkannya dengan kasar.

"RIA!"

Ria dan semua orang yang ada di parkiran menoleh pada suara lantang yang telah memanggil nama Ria. Indro. Lelaki itu berdiri tidak jauh dari tempat Ria dan Loly, menatap dengan penuh marah ke arah Ria.

"OMG! Takut banget loh," kata Ria, menutup mulutnya dengan tangan kanannya. Seolah gadis itu benar-benar takut, tapi setelahnya ia malah terkekeh mengejek Indro. "Kenapa Indro? Mau jadi pahlawan?" tanya Ria, tersenyum sinis.

"Ria! Lo keterlaluan banget, sih!" kata Santi, yang berdiri di samping Indro bersama yang lain.

"Nggak punya hati lo, Ria!" kata Beben.

"Nyenyenye!" ejek Ria, memutar bola matanya malas.

Indro berjalan mendekat ke arah Ria dan Loly. Ia membuka jaket jeansnya dan memakaikannya pada Loly. "Pakai, ya! Biar lo nggak kedinginan," bisik Indro, pelan.

Ria yang melihat kejadian uwu itu hanya bisa menatap dengan kesal. Ingin sekali ia mendorong Indro dan menendang lelaki itu jauh-jauh, supaya ia bisa merasakan rasa sakit yang Ria rasakan juga.

"Lo kalau emang nggak punya otak, setidaknya lo punya hati, Ri!" kata Indro, menohok.

Apa katanya? Ria tidak punya otak? "Wow, Indro! Lo benar sekali, gue emang nggak punya otak!" kata Ria, malah heboh. "Karena kalau gue punya otak, mungkin tadi bukan air bekas pel yang gue siram ke Loly. Tetapi solar, habis itu tinggal gue bakar. Selesai deh hidupnya," kata Ria, tertawa seperti psikopat.

Indro dan yang lain hanya bisa menggeleng mendengar ucapan Ria yang sangat mengerikan. Gadis itu seperti tanpa dosa mengatakan kalau dia akan menghabisi Loly.

"Dan tadi lo bilang apa? Punya hati? Hati gue juga udah mati kali. Mati dari setahun lalu. Dan lo tau kan siapa penyebabnya?" tanya Ria, mengangkat sebelah alisnya.

"Lo emang pantas di tinggal Indro, Ri. Keputusan Indro buat ninggalin lo itu udah benar. Untung Indro nggak cinta lagi sama perempuan iblis kayak, lo," kata Beben, angkat suara dari belakang Indro.

"Benar! Untung Indro dan kita udah nggak punya hubungan apa-apa sama, lo. Bahkan gue nyesal pernah kenal, lo," kata Santi, menatap jijik ke arah Ria.

Cukup! Ria niatnya ingin mempermalukan Loly, tapi kenapa malah dia yang di permalukan di depan orang banyak seperti ini. Dan kenapa juga otak Ria mendadak mati, seolah tidak memiliki ide untuk membalas ucapan orang menyebalkan itu semua? Kepala Ria juga mendadak pusing, seolah kepalanya berputar-putar. Ria menutup matanya, berharap denyutan di kepalanya segera menghilang. Tetapi nihil, rasa pusing itu semakin menjadi-jadi.

"Ria, lo kenapa?" tanya Wulan, yang sadar akan Ria. Dia segera mendekat ke arah Ria dan memegang kedua bahu Ria, tetapi malah di hempas oleh Ria.

"PERGI, LAN! GUE NGGAK BUTUH BANTUAN, LO!" ketus Ria, terus memegang kepalanya. Tak lama ia merasa seseorang merangkul tubuhnya, dengan sebuah suara yang sangat Ria kenali.

"Ikut gue!"

-----

Sumpah!!! Cerita ini di luar kendali gue! Gue aja kagak tau ini berakhir gimana nanti! Nggak kepikiran gue, ngalir gitu aja.

Kalau ceritanya kagak nyambung, kalian komen aja di bagian mana yang nggak nyambung ya. Biar nanti gue perbaikin 👌

RindroTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang