Kisah baru

603 80 18
                                    

Ria membuka pintu kelas dengan kasar, menimbulkan suara gebrakan yang langsung menarik perhatian orang yang ada di kelas itu. Tanpa merasa bersalah, Ria berjalan ke bangkunya yang berada di nomor dua dari depan.

"Berhenti ngelihatin gue atau mata lo gue colok satu-satu!" ancam Ria, tanpa melihat teman-teman sekelasnya.

Indro mengedipkan matanya berulang kali. Seolah tidak percaya melihat Ria yang sekarang. Ria yang ia tau memang jahat, tapi Ria sekarang terlihat begitu beringas. "Ben? Sebenarnya Ria kenapa?" tanya Indro, pada Beben yang duduk di bangku sebelahnya.

"Semenjak masuk SMA, Ria menjadi orang yang sama sekali nggak kita kenal, Ndro. Mungkin emang kita tau Ria jahat, tapi Ria sekarang lebih ganas. Di hari pertama masuk sekolah, Ria berani banget nampar Raquel yang saat itu adalah panitia MOS," terang Beben.

"Raquel? Bukannya Raquel sekelas kita?" tanya Indro, menatap Raquel yang duduk di bangku sebelah Joko.

"Dia tinggal kelas," jelas Beben.

Indro mengangguk mengerti. Lalu ia kembali menoleh pada Ria, gadis itu duduk dengan memasang earphone di kedua telinganya. "Tapi dia nggak pernah bikin ulah lagi kan sama Wulan?" tanya Indro.

Beben menggeleng. "Sejauh ini belum. Tapi kita nggak tau nanti gimana. Ria itu susah di tebak," tutur Beben.

Beben benar. Ria memang tidak bisa di tebak dalam sekejap. Gadis itu seperti bunglon, berubah-ubah. Baik, jahat, sekarang terlihat seperti iblis tanpa taring. Tapi satu hal yang bagus, Ria tidak mengganggu Wulan. Dan semoga hal itu tidak sementara, tetapi selamanya Ria tidak akan pernah mengusik Wulan lagi.

"Raquel?" seseorang membuka pintu kelas dengan memanggil Raquel, lalu langsung masuk dan berjalan ke bangku Raquel.

Indro menatap orang itu. Kesan pertama yang Indro lihat, cantik. Gadis itu benar-benar terlihat cantik dan juga lucu. "Dia siapa?" tanya Indro.

"Loly. Temannya Raquel," jawab Beben. "Kenapa? lo suka?" tanya Beben, menatap Indro yang terus melihat Loly.

Indro tersenyum. "Nggak. Cuman lucu aja," jawabnya.

"Emang lo udah benar-benar lupain Ria?" tanya Beben lagi.

Indro kembali menoleh pada bangku Ria, tetapi gadis itu sudah tidak ada di sana. Dia melihat ke seluruh penjuru kelas, tetapi sama sekali tidak ada keberadaan Ria di sana. "Ria kemana?" tanya Indro.

Beben mengangkat bahunya, tak acuh. "Dia sering begitu sekarang. Pergi tiba-tiba," jawab Beben.

"Bukan sekarang, Ben. Tetapi dari dulu juga Ria kayak gitu. Sifatnya yang pergi tiba-tiba," kata Indro, miris.

-----

Kalau di cerita kemarin gue lebih banyak ceritain Ria, mungkin di sini lebih banyak ceritain Indro kali, ya!

Semangat membaca dan jangan lupa komen!

RindroTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang