Bertemu Lagi

1K 86 12
                                    

Indro baru saja datang ke sekolah bersama Joko mengenakan mobil putih milik Joko. Baru saja mereka turun dari mobil, semua kaum hawa yang ada di parkiran langsung melihat ke arah mereka.

"Jok? Kenapa mereka ngelihatin kita?" tanya Indro, heran. Pasalnya, hari ini adalah hari pertamanya masuk sekolah karena kemarin ia sakit dan baru bisa masuk hari ini.

"Mereka ngelihatin gue, bukan lo! Nggak usah pede," kata Joko, lalu berlalu pergi.

Kening Indro mengernyit, mendengar ucapan Joko. Dia hanya bisa membuang napas kasar, melihat perubahan Joko yang sekarang. "Sabar, Ndro. Joko lagi amnesia," katanya, mengusap dadanya sendiri.

"INDRO!"

Indro baru saja saja akan melangkahkan kakinya, tiba-tiba suara teriakan memanggil namanya menghentikan niatnya itu.  Dia menoleh ke arah sumber suara dan tersenyum melihat orang itu ternyata Santi, Beben, Rafi, dan Gino.

"Indro, lo udah sekolah? Ya ampun kita senang banget," ucap Santi, saat telah berada di samping Indro.

"Iya, Ndro. Sumpah, kita senang banget!" kata Beben, merangkul Indro.

"Lo kenapa nggak kabarin kita?" tanya Gino.

"Iya. Bikin kaget aja," ujar Rafi.

Indro terkekeh. "Biar surprise," jawabnya.

"Surprise lo sukses, sih," kata Beben tertawa, di ikuti yang lain.

Tapi tawa mereka terhenti, saat seseorang baru saja memasuki parkiran dengan mobil silver merah milikinya. Beben, Santi, dan yang lain tau siapa pemilik mobil itu, kecuali Indro.

"Lo semua kenapa lihatin mobil itu?" heran Indro.

"Nanti juga lo tau," jawab Beben, tak acuh.

Indro menatap mobil silver merah itu, menunggu sang pengemudi keluar. Kaget. Itu adalah reaksi pertama Indro saat melihat siapa orang yang baru saja keluar dari pintu pengemudi. "Ria?" ucap Indro, yang di balas anggukan oleh teman-temannya.

Ria Zetania. Gadis yang terakhir Indro temui saat Papa Wulan meninggal. Gadis yang semua kesalahannya terbongkar tetapi masih bisa menyangkal. Lantas, atas segala perubahan Ria, sekarang gadis itu berubah lagi?

Ria berjalan mendekat ke arah Indro dan teman-temannya. Dia tersenyum licik, saat telah berhadapan langsung dengan Indro. "Wow! Lo sembuh juga ternyata? Kirain bakalan kelar," kata Ria, memaparkan senyum mengerikannya.

"Ria! Lo jahat banget ngomong gitu," kata Santi.

Ria menoleh ke arah Santi dan memutar bola matanya, malas. "Nyamber aja lo kayak petir," cetusnya, lalu berlalu dari sana.

Indro menghembuskan napasnya, kasar. "Kirain berubah jadi lebih baik, ternyata lebih buruk."

-----

Nggak tau kenapa aku pengen nulis Rindro versi ini.

Nggak papa, kan?

RindroTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang