Chapter 14

213 26 12
                                    

PERINGATAN! CERITA INI UNTUK PEMBACA DEWASA BERUSIA 21 TAHUN KE ATAS DAN MENGANDUNG UNSUR BL (BOYS LOVE). BAGI PEMBACA YANG BERUSIA DI BAWAH 21 TAHUN MAUPUN YANG TIDAK MENYUKAI CERITA BL (BOYS LOVE), DIMOHON UNTUK TIDAK MELANJUTKAN MEMBACA. ATAS PERHATIANNYA SAYA UCAPKAN TERIMAKASIH.

Catatan : Meskipun menggunakan nama karakter dari dunia nyata, cerita yang dituliskan di sini adalah imajinasi Penulis dan murni fiksi. Sejak beberapa tahun yang lalu, Penulis memiliki ide 'Boy For Rent'. Bahkan cerita berjudul 'Edward' yang pernah di-publish di sini juga memiliki konsep senada dan kontennya sangat vulgar. Namun dikarenakan GMM TV telah membuat series dengan konsep serupa, Penulis memutuskan untuk menahan konsep ini dan menunggu series tersebut selesai. Kini, Penulis telah mengembangkan ide dan menambahkan karakter lain di dalam cerita ini. Akan ada beberapa perubahan detail yang membedakan karakter dalam cerita ini dengan orang aslinya di dunia nyata. Cerita ini akan di-post satu pekan sekali setiap Hari Senin. Semoga kalian suka. Enjoy khrap!

Silakan google nama-nama berikut ini untuk mempermudah berimajinasi selama membaca.

Daftar karakter di chapter ini (nama diurutkan sesuai dengan penyebutannya di dalam cerita) :

Earth/Pirapat Watthanasetsiri

Mix/Sahaphap Wongratch

Joong/Archen Aydin

Earth menguap, membuka matanya dengan enggan. Lengan yang biasa dia gunakan untuk memeluk Mix semalaman akan terasa kebas namun lengan itu sama sekali tidak mati rasa seperti biasanya. Earth menyadari bahwa dia tidur sendirian di ranjang Rumah Sakit. Dia menoleh ke sebelah kiri, di ranjang yang dekat dengan jendela. Mix masih di sana, tertidur lelap, memeluk anak kecil berwajah imut yang masih tertidur juga. Hujan masih mendera jendela, namun tidak sederas semalam. Earth meregangkan tubuhnya lalu turun dari ranjang. Setelah mencuci wajah dan menggosok gigi di kamar mandi, Earth berjalan keluar untuk membeli kopi kalengan dari vending machine.

Waktu menunjukkan pukul enam pagi ketika Earth berjalan di koridor. Di meja perawat jaga, terlihat seorang perawat lain yang tampak kelelahan.

"...dari sembilan belas orang yang terlibat dalam kecelakaan beruntun itu, hanya dua orang yang selamat. Anak laki-laki yang berada di kamar perawatan di sini dan satu lagi masih di ICU, seorang mahasiswi Universitas Chulalongkorn. Gadis itu baru saja melewati masa kritis. Sisanya sudah tidak tertolong lagi. Kecelakaannya memang mengerikan dan pada saat mereka dibawa ke UGD, kondisi mereka sudah sulit untuk diselamatkan."

Perawat jaga memekik pelan,"Itu artinya..."

"Ibu dari anak laki-laki itu tidak terselamatkan. Kami sudah memberikannya pertolongan pertama lalu memindahkannya ke ICU. Namun, beliau tidak bisa melewati masa kritisnya. Kami mencoba mencaritahu mengenai keluarganya yang lain. Orangtuanya sudah meninggal. Dan karena dia sudah memiliki anak, pilihan lain untuk dihubungi adalah suaminya. Namun, suaminya tidak bisa dihubungi hingga saat ini."

"Bagaimana dengan tetangga atau teman kerjanya? Apakah dia membawa ID Card kantor tempatnya bekerja?,"Tanya perawat jaga.

"Mereka akan menghubunginya pagi ini karena tadi malam kantor tempatnya bekerja sudah tutup,"Jawab perawat satunya.

Perawat jaga menyadari kehadiran Earth, orang yang selama ini menjaga Mix dan berada di dalam satu kamar perawatan dengan anak laki-laki yang mereka bicarakan, lalu dia memutuskan untuk berhenti menginterogasi temannya.

"Selamat pagi. Ada yang bisa saya bantu?"

Earth tertegun di tempatnya berdiri, tidak sengaja mendengar keseluruhan percakapan ini.

"Ibunya meninggal?,"Bisik Earth, suaranya tercekat.

Kedua perawat bertukar pandang.

Perawat jaga menganggukkan kepalanya dua kali sebagai jawaban.

Play StationTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang