Bab 6

16 6 3
                                    

Akhirnya, hari yang dinanti-nantikan oleh para siswa IHS datang juga. Bahkan sejak semalam banyak siswa yang memilih untuk menginap dan pulang sebentar sebelum kembali lagi menyiapkan keperluan festival, dimana acara tersebut akan dimulai pada pukul sepuluh pagi. Waktu sudah menunjukkan pukul delapan pagi, para siswa sudah banyak yang hilir mudik sibuk dengan kegiatan mereka, begitupun Kei yang sudah siap dengan pakaian sadako miliknya hanya tinggal merias wajah polos miliknya itu.

"Jangan terlalu menor dong, cewek gue nanti nggak polos lagi!" protes Ezra begitu Fani ingin membuat wajah Kei menjadi sangat pucat yang artinya menggunakan banyak bahan foundation.

"Yailah, kan biar kesan hantunya terasa Zra!" balas Fani kesal, sedangkan Kei sendiri sejujurnya juga merasa tak nyaman karena dia memang belum begitu berkenalan dengan berbagai macam produk make up kecuali liptint dan lipgloss.

"Ya tapi nggak separah itu dong, kulitnya Kei itu udah putih pucat, nggak perlu ditambahan. Cukup kasih riasan darahnya aja."

"Iya Fan, gitu aja. Lagian rasanya aneh tahu kalau terlalu tebel." Ujar Kei jujur, seketika Fani menatap keduanya menggoda yang membuat Ezra memutar manik matanya malas dan Kei hanya dapat mencubit Fani sebagai protes.

"Iya-iya siap deh, gue mah nggak berani macam-macam sama yang udah punya cowok." goda Fani yang kini dibalas tawa Frisha, entah sejak kapan gadis itu ada didekat mereka.

"Iya Fan, lo mah jangan macam-macam sama Kei, pawangnya sekarang nakutin mending sekarang lo ikut gue ngambil kue." Ajak Trisha seenaknya, yang seketika Fani tanpa pikir panjang mengikuti, meninggalkan Ezra dan Kei, meskipun tak hanya mereka berdua saja di dalam kelas itu, tetapi tak ada satupun yang berniat mendekati.

"Sini, gue aja yang hiasin muka lo." Tolong diingat, Ezra hanya memanggil aku kamu jika ada Nash saja, jadi jangan heran jika kini lelaki itu kembali menggunakan lo gue dengan kekasihnya itu.

"Ih nggak mau, nanti lo kerjain lagi!" Balas Kei memundurkan wajahnya seketika, Ezra berdecak kesal dan dengan sedikit memaksa agar Kei mendekat kearahnya.

"Gue nggak akan aneh-aneh sumpah." Melihat tampang serius Ezra membuat Kei sedikit ragu, tetapi akhirnya dia memilih mendekat membuat Ezra seketika memoles wajah Kei. Membuat seolah-olah ada darah dimasing-masing sudut bibir.

"Udah belum sih?" Tanya Kei, merasa gugup akan kedekatan keduanya apalagi kini wajah Ezra begitu dekat dengan wajahnya, membuat Kei harus mengontrol napasnya, takut jika lelaki itu tahu bahwa dirinya tengah gugup.

"Sabar elah." Setelah selesai, Ezra tak segera menjauh. Dengan senyum jahil, dia kembali menggores wajah Kei dengan lipstick merah darah tepat di atas alis kirinya, seolah itu adalah luka. Sangat cocok bukan dengan peran Kei saat ini?

"Ezraaa!!" Kesal Kei yang dibalas tawa menggelegar cowok itu, mengundang berbagai pasang mata untuk mengatami sepasang kekasih yang masih saja menjadi hot topic minggu ini.

Kei tanpa sadar memukuli bahu Ezra yang sepertinya tak ada niat untuk benar-benar menghindar, membuat cowok itu seolah senang karena berhasil menjahili Kei.

"Oke, oke udah. Sekarang bantuin gue balik." Ezra segera menyerahkan lipstick itu pada Kei yang kini fokus mencoret-coret wajah tampan Ezra, bahkan meskipun wajah itu sudah dilapisi oleh make up yang tak begitu tebal. Dengan iseng, Kei juga memberikan coretan kecil pada dahi Ezra, sama seperti coretan yang Ezra buat untuknya.

Sebenarnya mereka bisa menggunakan darah buatan yang kemarin dibuat ersama, tetapi ternyata memiliki efek yang cukup lama dan akan sangat repot untuk membersihkannya itu maka tak heran banyak yang mengusulkan menggunakan lipstick saja.

Langit, yang diam-diam sudah masuk ke dalam kelas yang telah diubah menjadi begitu berbeda. Korden kelas yang iasa berwarna creamer, telah tergantikan dengan warna hitan yang juga di hiasi oleh beberapa origami atau kertas yang sudah di ptong menjadi bentuk hantu dan kelelawar, bahkan ada juga laba-laba dengan warna merah menyala. Tak hanya itu, kelas yang terbilang cukup kecil itu juga sudut-sudutnya berbeda-beda. Seerti di sudut kanan, ada meja makan beserta beberapa kursi yang layaknya meja makan di movie seram. Dimana minuman yang tersedia adalah darah dan tempat itu di huni oleh Ezra, sang dracula bersama Alex yang kini berpenampilan mumi meskipun kostumnya mengundang tawa karena terbuat dari tissu toilet.

Sedangkan disudut lainnya, ada pohon buatan yang cukup rindang dan juga sumur buatan ini adalah tempat Kei sebagai sadako bersama dengan frisha yang kini harus menjadi tean Kei sebagai hantu lokal alias mbak kunti. Mereka seolah benar-benar menghayati sekali.

"Jadi bagus banget ya kelas kita ternyata." ujar sebuah suara disamping Langit, membuat cowok itu menoleh singkat dan mendapati Fani yang berdiri disampingnya.

"Beruntung sih kelas kita banyak cewek yang pitar design, jadi keliatan bagus banget." balas Langit santai, diam-diam Fani menatap Langit penuh kekaguman. Semenjak Ezra berpacaran dengan Kei, Fani juga terbiasa semakin dekat dengan sahabat-sahabat Ezra. Dan hal itu membuatnya menyadari jika Langit ternyata memiliki pribadi yang sangat mengagumkan apalagi kini Langit tengah menggunakan kostum jubah merah darah dan hanya membawa kayu yang sudah di cat berwarna merah, karena dia menjadi the devil, terlihat begitu tampan.

Ah jangan sampai Fani ikut menyukai Langit, meskipun dia mencoba mengelak tetapi tak dapat di pungkiri jika memikirkan hal itu membuatnya bersemu.

*****

Thalita menekuk wajahnya begitu keluar dari 'Maid Cafe' kelasnya, dia memiliki jadwal berjaga setelah makan siang yang kemungkinan akan sangat ramai, beruntung Allura dan Nash juga memiliki jadwal yang sama dengannya, karena disetiap kelas akan ada jadwal berjaga bergantian, agar yang lain juga dapat berkeliling menikmati festival itu. Thalita keluar dengan baju maid yang berwarna hitam putih dan rambut panjangnya yang biasa ia gerai kini diikat tinggi, membuatnya yang biasa terlihat ketus lebih manis.

Sedangkan Allura dan Nash yang memang berada di kelas yang sama, memiliki tema 'UGD Caffe'. Ternyata benar, tema Caffe yang begitu diminati. Allura sendiri menggunakan baju ala suster sedangkan Nash ala dokter, ah pasangan yang sempurna dan semakin sempurna saat Thalita menyadari jika kini hanya dirinya yang menjomlo.

Lamunan Thalita tergantikan dengan perasaan was-was saat dirinya melihat gerombolan genk Princessa di koridor seberang, seketika Thalita mengumpat lirih. Kenapa dia melupakan Princessa? Fans fanatik Ezra yang tidak tanggung-tanggung agar membuat saingannya mundur? Apalagi kini, Princessa sudah menginjak kelas dua belas. Yang berarti kasta tertinggi di sekolah bukan? Dan tak mungkn, gadis itu hanya diam saja apalagi mengetahui Ezra memiliki seorang kekasih baru.

Mengingat jika dirinya memang menjadi sosok yang paling di benci oleh anggota Princessa, dengan alasan cowok yang mereka incar kebanyakan menyukai Thalita dan ingin menaklukkan dirinya, meskipun hingga detik ini, Thalita sendiri tak berniat merepotkan diri dengan memiliki kekasih. Tapi apa yang bisa dirinya lakukan jika memang banyak yang tidak menyukainya, tak hanya para gadis yang merasa iri dan dengki, ada juga para cowok yang merasa dendam. Tetapi selama itu Thalita dia merasa dapat mengatasinya, kalaupun itu Allura, dia juga masih memiliki Nash yang membantu. 

Sedangkan Kei? Jika Kei sampai di bully oleh genk Princessa saat dirinya tak ada, siapa yang akan membantu sahabatnya itu? Ezra? Thalita bahkan tak yakin Ezra memperhatikan hal itu.

Thalita seketika menghembuskan napas gusar, dia harus bisa memberi Ezra peringatan. Meskipun dia tahu bahwa sahabatnya itu berpacaran dengan Ezra karena sebuah surat yang nyasar, tetapi dia berharap Ezra dapat lebih peka dan menjaga Kei meskipun hanya sebuah sandiwara. Kalau perlu, dia akan meminta bantuan Langit meskipun sejujurnya Thalita tak ingin berhungan kembali dengan cowok itu tapi jika untuk sahabatnya, Thalita rela melakukannya.

TBC

LOVE LETTERTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang