"Demi apapun, gue traktir satu minggu penuh kalo lo bisa ngalahin Ezra!"
Langit masih menatap datar Frissha yang membujuknya untuk mengalahkan Ezra, bukan tak mampu tetapi Langit sangat malas untuk sekedar mengeluarkan tenaganya yang hampir terkuras setelah melawan timnya Alex dan berakhir menang, sayangnya lawannya kali ini adalah tim Ezra. Yang sangat Langit ketahui, jika kekuatan Ezra jika sudah serius itu merepotkan.
"Ayolah Lang, demi tim kita iya kan Fan!" Frissha seketika mengedipkan sebelah matanya pada Fani yang memang masuk dalam kelompoknya itu. Jangan pikir dia buta, akhir-akhir ini dia juga sering melihat Fani dan Langit sering bersama.
"Iya Lang, ayolah semangat. Kita menangin ini!" balas Fani memberi semangat membuat Langit hanya bisa pasrah saja, meskipun dia sangat ingin rebahan sekarang.
"Demi traktiran satu minggu ini ya?" balas Langit menagih janji itu.
"Siap, tapi harus menang!"
Seketika pak Martin segera memanggil kedua tim yang akhirnya akan merebutkan juara. Lumayan bisa mendapatkan nilai A plus.
"Semangat banget Lang mau ngalahin gue!" goda Ezra yang berdiri di depan Langit, jujur saja dirinya juga merasa begitu semangat, pasalnya selama ini Langit tak pernah bersungguh-sungguh dalam bermain kecuali saat perlombaan basket jadi bisa dibilang, Ezra memang ingin melihat keseriusan Langit dalam bertanding, merasakan sendiri bagaimana melawan Langit yang serius. Yah, mirip lah dengan dirinya tapi memang Langit semalas itu.
"Ck, awas aja kalau gue yang menang gue minta drone milik lo yang taun lalu lo beli." balas Langit sinis yang seketika membuat Ezra masam.
"Eh si anjing, ya jangan yang itu lah. Yang buluk aja!" ujar Ezra tanpa sadar, Langit hanya terkekeh.
Mendengar aba-aba pak Martin yang siap untuk meniup peluit, seketika Ezra dan Langit dalam mode serius.
Begitu bola terlempar keatas, baik Ezra dan Langit sama-sama melompat untuk mengambilnya.Dan benar saja, Ezra lebih dulu membuat tim sorak beramai-ramai meneriaki mereka. Langit mendengus, berusaha untuk melindungi anggota yang berada dibelakangnya, apalagi ada Fani yang tepat memegang erat baju olahraganya di bagian samping kanan dan kiri, sedangkan di belakang Fani ada Frissha yang heboh teriak-teriak memberi aba-aba.
Ezra menoleh kearah tepat dimana Langit tak akan bisa prediksi dan benar saja, bola itu dia lempar dan mengenai sosok Cindy yang berada di baris kedua dari belakang.
"Out!"
"Yes!!" tanpa sadar Ezra memekik keras dan menoleh untuk memeluk Kei yang tepat di belakangnya, bahkan Ezra dengan santai dan sepertinya tak ada yang sadar, jika kedua lengan Kei melingkari perutnya. Itupun karena Ezra yang menariknya begitu dekat, seakan menempel.
Dan permainan berlanjut hingga beberapa menit ke depan, sayangnya kemenangan awal Ezra ternyata menjadi mimpi buruk. Bagaimana tidak, skor tipis karena anggota Ezra sudah out kecuali Kei yang bertahan sedangkan Langit menampilkan senyum penuh kemenangan. Berkat arahan Frissha kelompok merak lebih unggul, dengan adanya Fani dan Frissha sendiri.
Sedangkan waktu sudah mendekati timeout, membuat Langit benar-benar yakin kali ini dia yang akan menang.
"Hapus senyum terkutuk lo itu!" ujar Ezra penuh dendam, membuat Langit tertawa lebar.
Ah ternyata mengalahkan Ezra memang semenyenangka itu, tanpa sadar senyum Langit benar-benar tak hilang, bahkan setelah pelejaran usai dan kini mereka tengah berada di kantin, siap menikmati segala jenis makanan yang dibeli oleh Frissha sebagai ucapan terima kasih. Bahkan Langit bisa melihat Kei yang tertawa mengejek pacarnya itu.
"napa tuh bocah?" tanya Davin yang baru datang dengan membawa dua mangkuk berisi mi ayam dan bakso, makan siangnya kali ini. Menatap Ezra yang makan batagor miliknya tetapi fokus matanya menatap Langit kesal,
"Dia nantangin gue , eh kalah." jawab Langit dengan kekehan gelinya, Davin seketika ikut mentertawakan sahabatnya itu.
"Sialan kalian, bikin mood gue ancur aja!" kesal Ezra, Davin dan Langit tak peduli, yang ada tawa mereka makin kencang melihat wajah keruh itu.
"Udah napa? Kayak nggak pernah kalah aja." bisik Kei pelan, Ezra segera menghembuskan napas panjang, yah memang benar ini bukan kali pertama dia kalah, tapi entah kenapa dia sangat kesal. Mungkin karena sebenarnya dia ingin menunjukkan pada Kei bahwa dia bisa diandalkan, tapi ternyata dewi fortuna lebih meilih disamping Langit bukan disampingnya.
"Jalan yuk pulang nanti." ajak Ezra mengalihkan pembicaraan.
"Mau kemana?" tanya Kei bingung dan info saja ini baru hari senin.
"Ya nongkrong atau seklian nonton, suntuk gue." balas Ezra merajuk, seketika Kei menatap Ezra aneh, cukup aneh untuk ukuran seorang Ezra bisa bersikap semanis itu.
"Boleh."
Mendengar jawaban itu, seketika Ezra diam-diam tersenyum kecil, dia merasa moodnya kembali membaik. Entahlah, kenapa dia jadi begini jika disamping Kei, Ezra juga tak mengerti tapi ada sedikit sudut hatinya yang merasa bahwa Kei memang berbeda dari yang lain.
TBC
KAMU SEDANG MEMBACA
LOVE LETTER
Teen FictionCalendre Kei Ashana menyukai sosok Nash, kekasih dari sahabatnya sendiri. Tanpa sadar memasukkan surat cinta yang telah dibuatnya sepenuh hati ke dalam loker milik Nash, sayangnya disaat dia menyesal telah melakukan hal itu. Surat cinta yang telah d...