Bab 17

13 5 2
                                    

Kei melambaikan tangan pada mobil yang dikendarai Nash, dimana tak hanya ada cowok itu melainkan juga ada Allura serta Thalita yang ternyata memang berangkat bersama. Waktu sudah menunjukkan pukul enam sore lebih dan mereka memutuskan untuk membubarkan diri dan kini Kei sendiri tengah menunggu Ezra yang meminta ijin untuk mandi lebih dahulu sebelum mengantarnya pulang.

Beruntung, Kei tak sendirian didalam rumah itu masih ada Langit, Davin, Frissha dan Fani. Setelah memastikan mobil itu tak terlihat, Kei kembali masuk ke rumah Ezra dimana kita Fani dan Frissha tengah mendebatkan sesuatu dengan tiga cowok, dimana sudah ada sosok Ezra yang terlihat segar dengan tampilan santainya itu, apalagi dengan rambut yang masih terlihat basah dan acak-acakan. 

Dan oh, jantung Kei rasanya berdetak lebih cepat dari biasanya, tidak mungkin hanya karena efek sosok Ezra yang memang jarang Kei perhatikan bukan? Karena saat ini, cowok itu entah kenapa terlihat begitu menarik perhatiannya.

"Udah? Mau ulang sekarang?" tanya Ezra meraih kunci motornya yang berada diatas meja belajar mereka tadi.

"Loh mau pulang? Kalau gitu, sekalian aja deh gue ikut pulang, Lang jangan lupa jagain Fani, anter dia sampai rumah!" ujar Frissha mendorong pelan Fani yang sedikit bersemu kearah Langit yang hanya memberi gestur oke.

Keenam orang itu segera keluar, menuju ke motor masing-masing. Begitupun dengan Ezra yang membawa motornya mendekat kearah Kei, memberikan pelindung kepala yang bahkan sejak kapan Ezra membelinya untuk mengantar jemput gadis itu.

"Kei, Zra kita duluan ya!! Sampai ketemu besok!" Frissha berteriak sambil melambaikan tangan semangat, yang dibalas lambaian Kei.

"Hati-hati!" balas Kei begitu Davin juga pamit dan motornya melaju menjauh.

"Kita juga duluan." ucap langit kalem, Fani juga mengatakan hal serupa. Ezra mengangguk dan menepuk pelan bahu sang sahabat tak lupa juga mengatakan hati-hati.

Kini hanya tinggal keduanya, "mau makan malam dulu?" tanya Ezra sambil menutup kembali gerbang rumahnya itu.

"Masih penuh, daritadi gue belajar sambil ngunyah mulu tau!" Kei menepuk pelan perutnya yang sedikit membuncit karena mungkin kebnayakan makan, mau bagaimana lagi menu yang dihidangkan lezat semua.

Ezra hanya terkekeh geli dan cowok itu bersiap untuk menyalahkan motor besarnya, sebelum sebuah suara mengintrupsi membuat Kei ikut menoleh dan ternyata dia adalah Princessa yang berjalan dari rumah di seberang, menggunakan piyama beruang sambil membawa sesuatu.

"Eh mau pergi ya Zra? Yah sayang banget, gue habis masak dan mau nawarin buat makan malem bareng." ujar Princessa manis, membuat Kei sedikit canggung, merasa dia menjadi penghalang.

"Iya nih, mau nganter cewek gue pulang." jawab Ezra tenang.

"Yah sayang banget ya." bisik Princessa sambil menatap menu makanannya yang sengaja dia bawa untuk Ezra dan ternyata Kei mengikuti tatapannya itu, merasa sedikit bersalah entah apa yang membuatnya seperti itu.

"Ah, gue bisa minta jemput kok kalau kalian mau makan bareng." ujar Kei mencoba mencari solusi, sayangnya Ezra seketika menatapnya tajam.

"Maksud lo apa? Gue anter pulang, kalau lo memang mau gue makan sama Cessa, kita bisa makan setelah gue anter lo balik." putus Ezra sedikit kesal, bahkan tatapan tajamnya belum luntur membuat Kei seketika bungkam, aura Ezra yang menakutkan kembali dirinya rasakan.

Tanpa menoleh pada gadis lain, Ezra menaiki motornya, dia mengenakan jaket kulit berwarna hitam pekat, begitupun dengan helm yang ditutupnya rapat-rapat seolah tak membiarkan Princessa melihat wajah kesalnya. Kei yang merasa tak enak entah dengan Ezra ataupun Princessa hanya dapat menunduk kecil pada sosok kakak kelasnya itu sebelum naik, membonceng Ezra.

Sebelum Princessa dapat menyuarakan kalimatnya, Ezra sudah menarik kedua lengan Kei agar memeluk dirinya erat, setelahnya dia melajukan motornya, inilah Ezra jika sedang dalam mood buruk, dia tak peduli siapa yang dia hadapi selama bukan orang tua yang memang dia hormati, dia akan bersikap seenaknya.

Kei sendiri ikut bungkam, bingung harus bagaimana. Apa dia salah tadi? Tapi bukankah mereka memang berpacaran karena sebuah kesepakatan, bukan karena saling suka? Dan dia tak ingin dianggap Ezra bahwa Kei adalah orang yang mengaturnya karena mereka pacaran, Kei hanya ingin membebaskan Ezra jika memang cowok itu menyukai gadis lain, dia tak masalah. Seperti diawal, mereka tak memiliki perasaan apapun bukan?

Kebungkaman keduanya membawa Ezra untuk semakin melaju cepat, membuat Kei tanpa sadar meremas ujung jaket Ezra, cukup takut. Bukannya segera membawa Kei pulang, yang ada cowok itu malah mampir ke sebuah taman yang cukup ramai, mengundang tanya dalam diri Kei.

Ezra membuka helmnya, mengacak rambutnya yang semakin berantakan.

"Turun." 

Dengan jantung yang berdetak cepat, Kei hanya mengikut cowok itu setelah melepaskan helmnya, dimana ternyata Ezra duduk di bangku kosong yang tersedia dan kini menatap Kei tajam.

"Tadi, apa maksudnya nyuruh gue lebih nemenin Cessa?" tanya Ezra to the point.

menghela napas panjang, Kei ikut duduk disamping cowok itu.

"Gue nggak tau lo lupa atau gimana, tapi lo minta gue jadi pacar lo karena surat gue yang salah sasaran. dan gue nggak mau lo anggap sebagai pengatur hidup lo kalau gue larang lo deket sama cewek lain atau mungkin cewek yang lo suka?" terang Kei mencoba menjelaskan maksudnya itu, bukannya paham tapi kerutan di dahi Ezra semakin menjadi.

"Jadi, nggak hanya Princessa, bahkan lo juga mungkin akan nyodorin gue sama cewek lain gitu? Biar kita putus dan lo bisa suka sama Nash leluasa? Gimana ketemu Mama Nash tadi? Gugup?" sinis Ezra yang seketika menganggap penjelasan Kei hanyalah cara agar mereka putus.

"Kok lo ngomong gitu?" tanya Kei tak percaya.

"Ya dipikir deh, lo baru ketemu sama ibu dari cowok yang lo suka terus tiba-tiba nyodorin cowok lo sendiri ke cewek lain, lo mau gue bepikir apa? Lo baik banget gitu?" kata Ezra datar, begitupun dengan tatapannya saat ini.

Hal itu tentu saja membuat Kei ikut kesal, kenapa Ezra sampai berpikir seperti itu? Bukankah dia sudah mengutarakan apa yang dia pikirkan?  Bahkan sejak tadi pun dia tak pernah memikirkan Nash ataupun mamanya.

"Kalau lo masih marah kayak gini, mending gue pulang sendiri aja!" terang Kei mencoba sabar.

"Nggak, gue anter. Mungkin gue marah, tapi gue bukan cowok yang ngelepas tanggung jawab gitu aja."

Ezra kembali melangkah menuju motornya, keduanya kembali dalam mode diam. Entah apa yang keduanya rasakan, tapi bisa dikatakan ini merupakan kali pertama keduanya bertengkar cukup dingin.

Bahkan sampai di depan pagar rumah Kei, Ezra tak turun dan segera melajukan motornya. Meninggalkan Kei yang menatap punggung itu dengan hembusan napas panjang, dia juga bingung harus bagaimana.

Dimana sebenarnya salahnya?

TBC


LOVE LETTERTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang