"Kalo ini gimana?"
"Bagus, ini tapi manis kalau lo pake."
Kei menatap dress yang tengah Allura tunjuk, saat ini mereka bertiga dengan Thalita juga tengah berada di sebuah butik. Kemarin saat Ezra dan Kei pergi bersama, ternyata Ezra memberitahu jika sang ayah akan berulang tahun beberapa hari lagi. Dan setelahnya, Ezra juga berkata akan mengajak Kei ke sebuah oesta kecil. Hanya untuk sebuah perayaan saja dan hanya keluarga inti yang datang.
Jadi disinilah mereka, memilih dress yang cocok untuk dikenakan. Meskipun sudah coba Kei tepis rasa berdebar sejak kemarin, tetap saja tidak bisa dihentikan. Mengingat siapa yang akan ditemuinya sekaligus bertanya-tanya, kenapa Ezra melakukan hal sejauh itu padahal mereka hanya dalam hubungan bohongan?
"By the way Tha, hubungan lo sama Langit tuh gimana sih?" tanya Kei menatap Thalita yang kini tengah memilih dua buah dress berwarna hitam dengan design yang berbeda.
"Hubungan apaan?" jawab Thalita ikut bertanya.
"Well, emang jelas sih si Fani punya rasa sama Langit. Apalagi setelah kemarin dirumah Langit, sepupunya nyapa lo. Lo yakin nggak kenal dia?" terang Allura.
"Seriusan deh, gue tuh juga bingung kenapa tuh cowok nyapa gue. Lagian ya, gue malah mikirnya apa kenalan gue juga temen Elang, sampai dia bisa sok akrab gitu." balas Thalita ikut bingung.
"Trus, kalau hubungan lo sama Langit gimana?" tanya Kei yang seolah hanya ingin benar-benar memastikan. Entah kenapa, semenjak keluar dari rumah Langit sore itu, dia jadi berpikir tidak mungkin Elang bisa mengenal Thalita jika tidak berkaitan dengan Langit.
"Ih, udah gue bilangin gue nggak ada hubungan apa-apa sama dia. Entah itu masalalu atau masa depan. Kita hanya sebatas temen satu angkatan disekolah." terang Thalita sedikit kesal.
"Jadi lo gapapa kalau Fani deketin Langit?"
Kali ini Thalita memutar manik matanya jengah, "ya gapapa dong, lagian siapa dia buat gue ampe gue pusing mikirin Langit deket sama siapa." balasnya acuh.
"Yah padahal gue berharap lo punya hubungan sama dia." terang Kei yang mengundang pelototan Thalita, membuat Allura tertawa.
"Bukan apa-apa, tapi emang gue ngerasa kalian tuh ada apa-apa gitu."
"Nah iya, apalagi kalau kalian temen satu sekolah dulu, lo keliatan judes banget tau kalau menyangkut Langit!"
"Ya dia dulu ngeselin, asal kalian tahu dulu itu dia lebih parah dari sekarang. Beruntung aja dia udah tobat, dulu beh tiap hari tongkrongannya di sekolah tuh ruang kepsek!" ujar Thalita sedikit berbisik, entah untuk apa.
"Dia bad boy dulu?"
"Badboy parah."
"Tapi kalau sekarang dia keliatan kalem kok." perkataan itu tidak membuat Thalita membalasnya, karena kini otaknya seolah memutar memori semasa dia SMP.
Dimana itu merupakan memori yang ingin sekali dia hapus, dia anggap tak pernah terjadi. Tapi tak akan bisa, karena bayang-bayang itu akan selalu menghantuinya dan mungkin juga menghantui Langit.
Dan terdiamnya Thalita, ternyata tidak memdapat perhatian dari kedua sahabatnya itu yang kini sibuk memilih baju lain yang mereka lihat. Membuat Thalita bersyukur, mereka tidak bertanya lebih lanjut. Karena jika harus mengungkit, sejujurnya dia tak ingin mengungitnya kembali. Bahkan keinginannya hanyalah mengubur memori itu dalam-dalam.
Tapi apa daya, setiap dia melihat sosok Langit hanya teringat kejadian buruk itu. Thalita hanya berharap jika dia bisa melupakan semuanya, meskipun dia tahu itu tak akan mungkin.
KAMU SEDANG MEMBACA
LOVE LETTER
Teen FictionCalendre Kei Ashana menyukai sosok Nash, kekasih dari sahabatnya sendiri. Tanpa sadar memasukkan surat cinta yang telah dibuatnya sepenuh hati ke dalam loker milik Nash, sayangnya disaat dia menyesal telah melakukan hal itu. Surat cinta yang telah d...