Bab 14

9 4 1
                                    

Thalita mengotak-atik ponselnya, memastikan pesan yang dirinya kirim untuk supir keluarganya sudah terbaca. Hari ini dia terpaksa harus menaiki angkutan umum, karena sang supir harus mengantarkan sang mama mengikuti kegiatan bersama teman-temannya.

Allura sudah pasti pulang bersama Nash, sedangkan Kei tadi mengatakan akan pergi bersama Ezra.

"Thalita!!" sebuah suara yang sangat dia kenal membuat Thalita menoleh dan mendapati Kei yang melambaikan tangan semangat.

"Kei? Kok disini? Katanya pergi?" tanya Thalita beruntun.

"Nggak jadi, Ezra nganterin temennya yang sakit. Kasihan udah pucat juga, lagian kalau pergi kan bisa besok-besok." terang Kei, Thalita mengangguk mengerti.

"Lo nggak dijemput?" tanya Thalita saat menyadari bahwa Kei mengikutinya menuju halte bus.

"Dijemput, udah telpon tadi. Ini nemenin lo aja." jawab Kei tertawa geli, Thalita ikut tertawa dan merangkul sahabatnya, berjalan bersama.

"Btw, siapa nih temen Ezra yang sakit, perhatian banget sampe janji sama lo di cancel?" tanya Thalita yang entah kenapa teringat sosok gadis cantik penggemar Ezra, moga saja bayangan dia salah.

"Itu kak Sessa, tau kan? Kakak kelas kita? Kata Ezra dia tetangganya deket dan mereka memang udah kenal dari kecil. Makannya tadi Ezra minta dia balik lagi, tapi kan kasihan gitu. Apalagi katanya dia sendirian dirumah." Thalita mendengarkan cerita Kei dengan seksama, sesekali mengerutkan dahi bingung.

Princessa memang penggemar utama Ezra, sikapnya udah mirip orang yang bermuka dua. Dimana dia sering mendengar bahwa mantan-mantan Ezra putus bukan hanya karena sikap dingin cowok itu, tapi banyak juga karena ancaman tersirat Princessa pada mereka.

Ah dia sampai lupa memperingati Ezra ataupun Kei, meskipun Thalita tau Kei pacaran dengan Ezra karena sesuatu bukan murni tertarik. Tetapi akhir-akhir ini melihat keduanya, membuat Thalita sadar, jika entah perjanjian apapun tetap saja bisa mengantar keduanya larut dalam perasaan satu sama lain kan?

Dan Thalita tak ingin Kei berakhir sedih.

"Lo... Nggak ada rasa kan sama Ezra?" tanya Thalita hati-hati, seketika Kei menghentikan langkahnya dan menatap sang sahabat yang balik menatapnya khawatir.

"Kok tanya gitu?" jika dulu, saat belum benar-benar mengenal sosok Ezra dari dekat, Kei pasti sudah menjawabnya dengan cepat.

"Ya gimana ya, akhir-akhir gue liat lo kayak nyaman banget sama dia. Kalaupun suka, gue cuma mau ngingetin. Lo tau kan Ezra tuh gimana sama para mantannya dulu? Belom lagi, yang harus lo hadapi fans garis kerasnya dia. Kalaupun mereka berani, tenang aja gue selalu dukung lo kok. Gue hanya khawatir." terang Thalita.

Kei terdiam, dia pun juga mulai goyah dan dia tahu hal itu. Ingin menepis, tetapi dia memang mulai nyaman dengan keadaannya saat ini. Sampai akhirnya Kei juga teringat akan surat cintanya untuk Nash, sikap Ezra yang memang suka menggoda gadis lain saat dikelas sebelum mereka jadian.

Dia yang mewanti-wanti dirinya agar tak terjatuh dalam pesona Ezra tetnyata luluh juga.

"Gue... Jujur aja gue juga nggak tau Tha. Tapi tenang aja, gue akan cpba untuk menjalani status ini tanpa perasaan!" ujar Kei sok yakin, padahal di dalam hatinya dia juga mulai bertanya dimana sosok Nash yang selalu membayanginya sejak Ezra memasuki hidupnya itu?

"Gue percaya sama lo, seperti kata gue, gue akan selalu dukung dan bantuin lo jika lo butuh itu semua, okey? Jadi jangan sungkan sama gue." seketika keduanya tertawa geli, Thalita kembali merangkul Kei.

Saat Kei ingat, jika dia ingin menanyakan sesuatu pada sang sahabat, mobil keluarga Kei sudah terlihat dan kini berhenti di depan kedua gadis itu. Membuat Kei kembali menarik pertanyaannya, mungkin besok dia bisa bertanya akan pertanyaan Ezra lalu. Mengapa Thalita terlihat begitu membenci Langit?

LOVE LETTERTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang