Chapter 14

86 13 0
                                    

Di atas motor berwarna hitam, seorang laki-laki dengan jaket kulit dan helm full face itu menambah laju kecepatan motornya. Hujan yang tadinya hanya gerimis kini mulai membesar dan mengguyur dirinya.

Di setiap halte atau tempat yang ia lewati terdapat orang-orang yang sedang berteduh. Tapi laki-laki yang sangat merindukan kawannya itu tidak perduli kalaupun hujan membasahinya. Senyuman lebar nan indah merekah diwajahnya. Sahabat yang dulu ia jumpai saat masa-masa orientasi SMA dan meminjamkan sabuk agar dia tidak terkena hukuman, itu, sekarang akan ia temui lagi setelah satu tahun lebih tidak berjumpa. Terdapat rasa rindu yang tidak bisa ia ungkapkan.

Tak lama ia sampai di depan sebuah cafe. Dia langsung memarkirkan motornya di lahan yang tersedia. Membuka helm dan lalu berlari masuk ke dalam cafe tersebut.

Matanya mengedar mencari orang yang ia tuju. Sampai akhirnya netra cokelatnya menangkap sosok laki-laki bertopi dengan kaus oblong yang sedang memainkan ponsel di kursi bagian pojok cafe. Nino tersenyum simpul dan langsung menghampiri lelaki tersebut.

Nino menepuk bahu si lelaki yang membuat sang empu menoleh. Lelaki tersebut bangkit dari duduknya saat menyadari siapa yang menepuk bahunya. Ia langsung memeluk lelaki dihadapannya itu tanpa ragu.

"long time no see, Anta," sapanya sembari menepuk-nepuk punggung Angkasa. "akang santri masih ganteng aja," gurau Nino

"dasar, lo! Duduk, biar gue pesenin minuman," titah Angkasa.

Nino mengangguk dan duduk di kursi di depan Angkasa. Ia membuka jaket kulitnya yang agak basah karena hujan tadi. Ternyata Angkasa tidak berubah, ia masih saja suka mentraktir temannya.

Angkasa memanggil seorang pelayan dan memesankan satu minuman untuk sahabat di depannya itu.

"kapan balik tinggal di Indo lagi?" tanya Nino memulai topik.

Angkasa mendelikkan bahunya. "gak tahu, Abang gue belum lulus kuliah, jadi mungkin masih lama," jawabnya santai.

Nino mengangguk paham dengan situasi Angkasa saat ini. Angkasa pindah ke luar negeri-tepatnya di Arab Saudi- atas keinginan orang tuanya. Angkasa memiliki seorang kakak laki-laki yang bersekolah di Yaman sejak SMA dan berlanjut hingga kuliah. Orang tua Angkasa meminta Angkasa agar pindah ke Yaman mengikuti sang kakak. Tapi orang tuanya tidak mengharuskan Angkasa untuk melanjutkan kuliah di sana seperti kakaknya. Keputusan itu ada ditangan Angkasa.

"Abang lo sepantaran Bang Bian kan?" tanyanya lagi. Angkasa mengangguk. "masih lama juga yaa, hmm," gumamnya.

"tapi kayanya gue bakal ajak nyokap sama bokap buat pindah lagi ke Indo setelah gue lulus nanti," ujarnya.

"permisi, satu Americano sudah siap, selamat menikmati," ucap seorang pelayan perempuan.

"makasih mba."

"sama-sama." pelayan itu membungkuk dan lalu pergi melanjutkan pekerjaannya.

"tahu aja kesukaan gue." Nino menyeruput Americano-nya. Bahkan Angkasa masih ingat minuman yang biasa Nino pesan.

"mba-mba yang tadi juga masih inget sama kopi kesukaan lo, lo inget dia ga? " tanya Angkasa.

Nino menaikkan alisnya mengiyakan pertanyaan Angkasa. Pelayan wanita tadi adalah pelayanan yang dulu selalu melayani mereka di cafe itu. Nino dan Angkasa pun beberapa kali memberikan sedikit tip untuk pelayan tadi. Berbeda dengan pelayan yang lain, caranya melayani pengunjung sangat ramah dan sabar. Nino pernah dilayani dengan pelayaan lain di sana, dengan cara pelayanan yang terbilang tidak sopan. Nino adalah salah satu pencinta kopi hitam, tapi saat dia memesan Americano, saat itu, si pelayan malah me-nyinyiri-nya. Nasib baik, saat itu mood Nino sedang dalam keadaan bagus. Kalau tidak, mungkin ia sudah protes atas pelayanan yang tidak mengenakkan itu.

Don't Touch Our 'BATARI' -!!Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang