Di rumah besar dengan pilar-pilar menjuntai tinggi, gerbang tinggi berwarna hitam terbuka lebar. Dua mobil terlihat memasuki rumah tersebut.
Ayra dan keluarganya sudah pulang dari liburannya. Liburan satu minggu yang terasa singkat, rasanya, baru kemarin mereka pergi. Liburan selesai, yang artinya besok Ayra harus kembali sekolah dan mengejar pelajaran yang tertinggal selama pergi liburan. Memikirkannya saja sudah pusing.
Satu persatu dari mereka turun dari mobil, sambil membawa barang-barang di tangannya yang dibantu oleh beberapa asisten rumah tangga mereka.
"Bun, Ayra ke kamar ya, mau tidur. Nanti Bunda bangunin yaa," ucapnya sedikit berteriak karena Karina masih di luar.
"iya nak,"
***
Senin pagi, seperti biasa Gionino masih sibuk sendiri di toilet. Kegiatan panggilan alam ini bagaikan salah satu rutinitasnya di pagi hari. Ia selalu membuat yang lain menunggu. Tapi hari ini Gionino lebih lama menghabiskan waktu di kamar mandi, entah apa yang dilakukannya.
"Abaaaanggg," teriak Ayra di depan kamar mandi tempat Nino beraksi. Info saja, kamar mandi itu terletak berdekatan dengan ruang keluarga yang tidak jauh juga dari ruang makan. "Bang cepett, udah ditunggu yang lain," sambung Ayra sambil sesekali mengetuk pintu itu.
"iya sebentar lagiii,"
"cepet ya!" Ayra berlalu ke ruang makan yang sudah terdapat orangtua dan kakak-kakaknya.
Mereka mengobrol sembari menunggu GIonino. Ini memang sudah seperti tradisi. Makan dimulai ketika anggota sudah berkumpul semua. Seperti sekarang ini, makan belum dimulai sampai Gionio selesai dengan kegiatan rutinnya itu.
Tak lama, Gionino datang dengan keringat di dahinya, sepertinya dia habis berjuang. Seisi ruang makan terheran-heran. Dia habis buang air besar atau habis lomba lari?
"abis berjuang ya, Nin?" Tanya Areksa yang dijawab anggukan kecil oleh Gionino. semua tertawa dibuatnya, pantas saja Gionino lama sekali di toilet.
***
"Pelajaran selesai sampai sini, jangan lupa pelajari lagi di rumah. Selamat siang," ucap sang guru lelaki yang baru saja menyelesaikan kegiatan mengajarnya. Beliau adalah Pak Dani, guru mata pelajaran Fisika, dia terkenal killer karena gaya mengajarnya yang sangat tegas dan disiplin, tapi disisi lain beliau adalah orang yang baik hati dan asik jika di luar sekolah.
Pak Dani keluar dari kelas tersebut Tepat setelah dia melangkah satu langkah dari pintu, bel sekolah berbunyi menandakan waktunya istirahat.
Murid-murid dari berbagai kelas langsung heboh keluar kelas, ada yang pergi ke kantin, perpustakaan, atau hanya sekadar duduk di taman saja.
Ayra dan Jiaa masih duduk di bangku mereka sembari membereskan buku-buku dan memasukkannya ke dalam tas.
Hari ini mereka tidak pergi ke kantin, karena mereka sudah berjanjian untuk membawa bekal.
"tebak aku bawa apa?" tanya Jiaa menyuruh Ayra menebak.
"aku mau cium baunya dulu." Ayra mengambil tempat bekal Jiaa dan mengendusnya, matanya terpejam seperti sedang berfikir, makanan apakah yang ada didalamnya.
"nasi goreng?" tebaknya.
"BETULL," jawab Jiaa girang membenarkan jawaban Ayra. "tau gak apa yang spesial di nasi goreng ini?" lanjutnya memberi pertanyaan lagi kepada Ayra.
"apaan tuuu," Ayra bertanya balik sambil memanyunkan bibirnya diakhir kalimatnya.
Jiaa menarik nafasa, "aku bikin ini sendirii~~" terangnya dengan antusias.
"woah keren, aku mau cobaaa," Ayra merespon dengan tidak kalah antusias.
Mereka makan bersama dan saling mencicipi bekal satu sama lain. Di tengah-tengah kegiatan makan mereka, terdengar suara bising di luar.
"cieee, cieeee." Terdengar suara murid-murid lain di luar kelas. Sepertinya terlahir pasangan baru di sekolah ini.
"ada yang baru jadian kayanya," ucap Jiaa sambil mengunyah makanan dimulutnya. Ayra membalas dengan anggukan.
***
Larut malam, segerombolan remaja tengah mengendarai motor tanpa tujuan dengan sambil menyanyi bersama. Mereka bernyanyi dengan sangat kencang seolah sedang mengeluarkan beban fikiran mereka, raut wajahnya bahagia dan damai.
Gionino yang berada paling depan itu hanya diam dan tersenyum mendengarkan teman-temannya bernyanyi.
Leggero Gang ini adalah sebuah gang motor remaja, tapi tidak seperti tampangnya yang sangar, mereka tidak pernah berkelahi tanpa sebab dan membuat kerusuhan. Mungkin sesekali mereka akan berkelahi jika ada yang menganggu salah satu diantara mereka atau mengusik sekolah mereka. Tapi diluar itu, mereka tidak akan membuat kerusuhan tanpa sebab, bahkan mereka convoy hanya ketika malam atau liburan saja. Leggero Gang terkenal damai dan disegani. Walaupun perkumpulan ini berbasis Gang motor, image mereka tidak terkenal buruk dikalangan masyarakat. Justru masyarakat kerap kali meminta bantuan mereka untuk mempromosikan sesuatu, bekerja bakti, atau bantuan lain yang sekiranya dapat mereka bantu.
Gionino melirik jam tangannya, 00.30.
"SEMUANYA, KITA BALIK KE MARKAS," teriak Gionino selaku ketua, kepada anggotanya.
Mereka mengangguk kecil dan mengikuti Gionino dari belakang. Sebenarnya tidak ada aturan sang ketua harus berada di depan, dan anggota di belakang. Tapi entah kenapa sistem itu seolah ada dan dilakukan oleh para anggota sebagai bentuk penghormatan kepada ketuanya. Padahal Nino saja tidak mengharapkan itu, baginya posisinya sama saja seperti yang lainnya.
5 menit berlalu, mereka sampai di sebuah gedung bertingkat 2 lantai yang didekorasi serba hitam dengan banyak lampu menghiasi. Di atasnya tertulis "Leggero Gang, we're lights for all."
Satu persatu dari mereka mulai memasuki halaman gedung tersebut dan memarkirkan motornya secara rapi.
Mereka berkumpul dan bermain sesuka mereka. Disini mereka bebas bercanda gurau dan saling berbagi cerita satu sama lain. Tempat yang sudah seperti rumah untuk mereka. Gionino dan beberapa anggota inti lainnya berada di dalam ruangan.
"gua balik duluan ya. Kata Bunda jam 01.00 harus udah di rumah," ucapnya sedikit tergesa-gesa.
Semua mengangguk. Walaupun dia adalah ketua Gang dari sebuah gang motor, ia tetaplah anak Bunda yang harus menuruti kata Bunda.
Kadang dirinya menjadi bahan ejekan diantara teman-temannya karena kerap kali ditelepon oleh sang Bunda jika belum pulang sesuai perjanjian.
Gionino langsung berlari ke motornya dan bergegas pulang.
Di jalan ia terus melirik jam tangannya. Ia tidak mau membuat Bundanya harus menunggunya terlalu lama, ia harus pastikan ia sampai di rumah kurang dari jam 01.00.
triring triring
Ponsel Gionino yang berada di saku celananya itu berbunyi, tapi ia tidak menghiraukannya. Ia masih berfokus pada jalannya agar dia tidak datang telat. Ia dibesarkan dengan terbiasa menempati janji, entah itu hal kecil sekalipun. Seperti sekarang ini, ia tidak mau melewatkan satu detik pun dari janjinya kepada Karina.
tririring triring
---
"kenapa gak diangkat sih?"
***
•
•
•helouwwsss everyone!!!
buat kalian yang baca ini, makasih banyak banyakkkkmaaf karena sempat ga bertanggung atas kelanjutan cerita ini
aku mager puollll🙏🏻🙏🏻
aku usahain kedepannya bakal lebih baik (inshaAllah) 🙏🏻😅😞🙂😄
KAMU SEDANG MEMBACA
Don't Touch Our 'BATARI' -!!
RandomAlmahyra Batari Pratama, atau Ayra adalah putri bungsu dari 4 bersaudara, semua kakaknya adalah laki-laki. karena ia adalah satu-satunya anak perempuan di keluarga ini, ia diperlakukan seperti tuan putri dengan julukan di rumahnya yaitu Batari (pere...