!WARNING!
buat yang sudah baca eps sebelumnya yang belum di revisi, sedikit pemberitahuan kalau ada satu nama tokoh yang diganti. Supaya pas baca ini gak ngang ngong ngang ngong karena merasa ada yang agak pelik.
Jadi nama tokoh Aiden di eps sebelumnya (sebelum di revisi) berubah menjadi Angkasa.
Seperti ituuu, boleh dibaca ulang kalo agak bingung, terimakaziehhselamat membacaa~~~
***
Laki-laki berkacamata itu masih terus berkutik dengan pena dan bukunya. Dibawah sinar lampu belajarnya terdapat buku-buku dan alat tulis lainnya. Jam yang menunjukkan pukul 00.30 dini hari tidak membuat seorang Arkana Nasution menghentikan aktivitas belajarnya.
"Arka!" panggil seorang pria dari balik pintu kamar Arkana.
"gak dikunci Pah, masuk aja," sautnya.
Seorang pria paruh baya datang dengan kemeja putih yang terbalut jas berwarna hitam dan dasi berwarna biru tua yang terlihat sedikit kendur. Pria yang nampak berwibawa itu menghampiri Arkana yang duduk di bangku meja belajarnya.
"istirahat dulu, nanti sakit. Mata kamu butuh istirahat juga," ucapnya menasehati sang putra.
Arkana menghentikan aktivitasnya dan menatap ayahnya. Ardi Nasution, lelaki terhebat sepanjang hidup Arkana. Sesosok laki-laki yang bersusah payah berusaha menjadi sosok ayah sekaligus ibu untuk anak semata wayangnya itu. Lelaki tangguh yang dulu berusaha bangkit dari keterpurukan demi anaknya.
"masih ada satu bab lagi yang belum Arka pelajari. Arka juga udah target buat selesaikan hari ini," ujarnya. "Papa sendiri? Baru pulang?" ucapnya lagi bertanya kepada sang ayah.
"tadi tiba-tiba ada sedikit problem jadi Papa harus pulang lebih lambat," jawabnya.
Arkana mengangguk sambil berdeham pelan. Lalu ia melanjutkan aktivitas belajarnya yang belum selesai.
"Arkana itu anak hebat, gak belajar satu hari saja gak bakal bikin nilai kamu anjlok nak. Sekarang istirahat dan lanjut besok!" titah Ardi sambil menutup buku Arkana.
Ia tahu kalau anaknya itu sangat ambisius terhadap nilai. Tentu saja ia senang memiliki anak yang pintar dan berbakti, tetapi ia juga tidak mau kalau masa-masa remaja yang seru harus Arkana lewatkan karena sibuk belajar.
Ia merasa tenang saat Arkana memperkenalkan temannya yang bernama Nino dan Angkasa. Karena dulu saat Arkana duduk di bangku SMP ia tidak pernah mempunyai teman dekat yang sampai ia ajak main ke rumah dan dikenalkan kepada ayahnya. Masa-masa pubertasnya ia habiskan dengan belajar, dan belajar. Bahkan disaat anak sebayanya sibuk menikmati masa puber mereka dengan bercinta-cinta, justru Arkana tidak tertarik dengan hal itu. Ia lebih memilih belajar.
Terkadang Ardi khawatir dengan kebiasaan anaknya itu. Seperti sekarang ini, Arkana belajar hingga larut malam. Ia takut kalau anak satu-satunya itu jatuh sakit.
"tanggung Pah, satu bab lagi ya?" bujuk Arkana.
Ardi menggeleng dan merapikan meja
belajar Arkana yang dipenuhi dengan buku."naik ke kasur, dan tidur. Papa gak mau lihat kamu sakit. Kamu tahu kan?" ucapnya tidak mau dibantah.
Arkana mengangguk. Ia memilih menurut kepada sang ayah. Arkana tahu, semua yang ayahnya bilang dan lakukan adalah demi kebaikannya. Ardi tidak ingin anak semata wayangnya itu jatuh sakit lagi. Seperti dulu, saat Arkana sakit karena kelelahan, dan saat awal mata Arkana menjadi rabun karena terlalu sering membaca buku.
KAMU SEDANG MEMBACA
Don't Touch Our 'BATARI' -!!
CasualeAlmahyra Batari Pratama, atau Ayra adalah putri bungsu dari 4 bersaudara, semua kakaknya adalah laki-laki. karena ia adalah satu-satunya anak perempuan di keluarga ini, ia diperlakukan seperti tuan putri dengan julukan di rumahnya yaitu Batari (pere...