Chapter 05

253 22 4
                                    

✧✧✧

*sepulang sekolah kemarin,

"bang, sini dulu" Nino bicara dengan nada pelan mengajak abang-abangnya agar mendekat.

"kenapa?" tanya Esa penasaran.

"ssttt. Pelan-pelan, nanti Ayra denger,"
ucap Nino melihat sekitar memastikan Ayra tidak ada di sekitar mereka. "tadi di sekolah..."

Nino menceritakan apa yang ia lihat tadi di sekolah. Bian dan Esa shock mendengar kejadian beberapa tahun lalu terulang lagi.

Singkatnya, beberapa tahun yang lalu, saat Ayra masih duduk di bangku kelas 8 SMP, ia pernah menjadi korban bullying. Ia dibully hanya karena ada seorang kakak kelas laki-laki di sekolahnya yang menyukai Ayra. Sebenarnya Ayra tidak tahu mengenai hal itu, sampai ada seorang perempuan yang juga kakak kelasnya datang ke kelas Ayra dan melabraknya. Perempuan itu melabrak Ayra karena lelaki yang ia suka, menyukai Ayra. Semenjak saat itu, masa-masa sekolah Ayra menjadi sangat buruk. Ia tidak berani mengadu kepada orangtua atau abang-abangnya, entah siapa yang sudah memberi tahu Esa dan Nino sampai mereka tahu kejadian itu. Esa dan Nino tidak menceritakannya hal ini kepada Ayah Bundanya, lantaran takut mereka khawatir.

Akhirnya mereka mengambil keputusan untuk memindahkan Ayra ke sekolah lain, sekolah yang lebih nyaman tentunya. Mati-matian mereka mencari sekolah yang standar akreditasi sekolahnya tinggi, agar bisa menjadi alasan kepada Ayah Bundanya untuk memindahkan Ayra sekolah. Pasalnya, SMP yang Ayra tempati sebelumnya adalah termasuk sekolah terbaik di kota itu, cukup sulit bagi mereka untuk mencari sekolah yang lebih baik.

And, saat itu Bian gak ada, karena dia menuntut ilmu di negeri lain, Yaman tepatnya. Saat pulang ke Indonesia, Nino menceritakannya ke Bian. Tentu saja Bian merasa bersalah, karena saat itu ia tidak bisa menjaga Batarinya.

"pokoknya besok kita harus siap siaga bang. Takut-takut nanti Ayra diganggu lagi." Nino berbisik pelan kepada abang-abangnya agar Ayra tidak mendengar pembicaraan mereka.

"hmm.. iya juga, tapi apa Ayra gak bakal marah?" fikir Bian.

"kayaknya bakal marah deh, Ayra kan waktu itu udah bilang kalo dia gak mau dianter jemput sama kita bang. Males jadi pusat perhatian kan katanya," timpal Esa.

Esa dan Bian diam sejenak untuk berfikir, sedangkan Nino menghela nafas panjang, tak habis fikir dengan sikap abang-abangnya. Harusnya mereka tau apa yang harus mereka lakukan, karena ini bukan yang pertama kalinya—mengikuti Ayra secara diam-diam.

"ya kita diem-diem lah banggg
" Nino menepuk jidatnya tidak habis fikir dengan kelemotan abang-abangnya. Padahal di akademik mereka pintar, tapi kenapa saat menyusun renca mereka jadi begini hanya karena takut Batari kecilnya akan marah?

Bian dan Esa saling menatap satu sama lain seperti sedang saling bertukar pikiran.

"hmm.. oke oke. Terus apa rencana kamu?" tanya Esa penasaran dengan rencana Nino dan diangguki setuju oleh Bian.

"jadi nanti gini...." Nino menjelaskan strategi yang akan mereka jalani, dan sepakat besok akan mulai melangsungkan aksi mereka.

Di sisi lain, Ayra tengah asik membaca buku dikamarnya. Tanpa ia ketahui, abang-abangnya sedang merencanakan sesuatu.

***

Don't Touch Our 'BATARI' -!!Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang