Seoham kini berada di hadapan jaechan yang tengah meneguk segelas frappe oreo yang ia pesan.
"Sejak kapan lo dipalak sama mereka? Nyaut mulu sama gue, nyaut sama mereka kaga. Untung aja gue dateng, kalo ga dah raib duit lo."
Jaechan sibuk dengan pikirannya sendiri.
"Woy" lantang seoham.
"Lo tadi dengerin apa aja?" Jaechan kini berani angkat bicara walau gengsinya harus ia lawan.
"Ya.. pas lo dimintain 10 juta itu"
"Oh..."
Seoham tidak tau masalah video itu rupanya dan sepertinya ia baru saja datang ketika menolong jaechan.
"Lo.... Kenapa belum pulang??" Jaechan memutar-mutar sedotan frappenya agar ia tidak terkesan kikuk, ini juga upaya-nya untuk mengalihkan topik.
"Tadi gue mau pulang sih, tapi denger lo ya.. gue bantuin aja."
Seoham menatap ke jendela cafe sambil menyedekapkan tangannya. Mereka berdua terlihat sangat canggung ketika topik berakhir, seoham sudah mewanti-wanti kakaknya akan lepas dari tugasnya menjadi teman jaechan secepat mungkin.
"Lo dijemput??"
Hanya anggukan datang dari jaechan, ia juga tidak ada niat untuk memperpanjang percakapan membuat seoham malas.
Seoham itu extrovert dan suka mencari topik tapi apa gunanya jika teman yang diajak bicara sama sekali tidak menghargai upaya-nya?
"Yaudah gue balik, gausah balikin duit minumannya gue masih mampu buat hidup sampe besok." Ujar seoham lalu berdiri ingin meninggalkan cafe namun ia merasa pergelangan tangannya tertahan.
"Seoham" jaechan berkata lirih sambil menggigit bibirnya.
"Apa.." balas seoham malas dan ingin cepat pergi.
Remasan di pergelangan tangan seoham menjadi agak kuat dan jaechan kini makin bergerak-gerik bak ingin menyampaikan sesuatu.
"Makasih... banyak.."
Bagaikan petir di siang bolong hanya 2 kata keluar dari mulut jaechan namun membuat badan seoham tak bergerak, rasanya seperti ada ladang kupu-kupu di perutnya tak lupa pipinya yang kini mulai memerah.
"INI MIMPI KAN?!?!?!? Gamungkin ini gamungkin." Begitulah pertarungan yang ada di dalam seoham sekarang, ia menatap tajam jaechan memastikan bahwa anak itu sedang tidak mengerjainya.
"Buka mulut lo lagi, bilang sekali lagi ke kuping gue sini"
Seoham mendekatkan kupingnya ke jaechan.
"Terimakasihseohamdahnolonginguetadi" ucap jaechan dengan cepat dan tebak apa yang seoham alami? Pipinya sudah memerah seperti tomat rebus.
"Y-ya, Sama-sama. Mau gue anterin keluar sama tunggu supir lo sekalian?"
"Shit!! Kenapa gue refleks ngomong gitu ya padahal gue pen cepet-cepet pergi anjir."
Kata-kata tersebut muncul secara spontan dari seoham dan lebih kaget lagi ketika jaechan keluar ke bangku depan kafe seakan mengiyakan ajakannya.
Kini posisi mereka jaechan tengah duduk dan seoham berdiri di belakangnya. Saat menunggu yoon, jaechan merasakan handphone-nya bergetar karena ada pesan. Ia segera membaca pesan tersebut.
Joon.
Mati lo hari ini anjing, untung temen lo belain. Dapet dimana lagi lo? Jangan harap bisa lepas, transfer gue malem ini.
Tangan jaechan segera mematikan handphone-nya dan ia merasakan sesak di dadanya, kenapa semua ini harus terjadi padanya? Seoham tentu saja memahami gestur jaechan.
"Lo di-sms sama dia?"
"Gausah, biar gue urusin aja."
"Halah"
Seoham seseorang yang sangat peka ketika ia mengetahui tangan jaechan yang bergetar selepas membaca pesan yang ia dapat. Ia tau jaechan sedang tidak baik-baik saja.
"Siniin hp lo"
"Buat apaan?" Dengus jaechan tidak bertenaga.
"Siniin dulu"
Hp jaechan direbut oleh seoham. Seoham menambah nomornya dan mencatat nomor joon ke daftar sebuah buku catatan kecil tidak lupa ia juga membalas pesan joon.
Park Jaechan
Muka lo dah jelek gausah sok.
Masih nagih? Gue tungguin besok kalo berani.
-seoham.Setelah itu seoham memberikan kembali handphone jaechan dan memblokir kontak joon agar jaechan lebih tenang.
"Ntar malem gausah transfer, gue peringatin. Telfon gue aja, udah ada nomor gue disana ya... Kalo lo mau"
Bertepatan setelah itu ada klakson dari yoon. Jaechan dengan cepat mengiyakan dan berlari ke arah mobilnya meninggalkan seoham yang masih berkutat dengan apa yang terjadi pada dirinya.
"Yoon!" Jaechan berbicara dengan lantang setelah memasuki mobil.
"E-eh?!?? Iya???" Yoon terjengit kaget karena sikap jaechan padahal kemarin jaechan menangis di mobil karena ditolak oleh sooyoung.
"Hehehe, gapapa"
Kekeh jaechan membuat yoon kegemasan.
Kalian pasti merasa aneh dengan sikap jaechan yang berbanding 180° tapi nyatanya, inilah jaechan yang sebenarnya.
"Itu tadi adeknya sooyoung kan?" Sembari menyetir yoon berusaha mengajak bicara jaechan
"Iya!! Ga beda jauh sama sooyoung ternyata" jaechan memakan snack hingga mulutnya penuh membuat yoon tersenyum gemas.
Sepanjang perjalanan yoon seringkali mencuri-curi pandang melihat apa saja hal absurd yang jaechan lakukan, ia tau bahwa jaechan tidak pernah menjadi dirinya sendiri walaupun di dalam rumah.
Ia hanya menjadi dirinya sendiri di perjalanan pulang dan perjalanan menuju kampus, selebihnya bisa dibilang semua orang tidak memedulikan jaechan. Yoon juga mengetahui tentang video itu namun ia memilih untuk tetap diam kepada ayah jaechan.
Yoon melirik sesuatu terselempit di mobil, fotonya dengan jaechan saat keluarga jaechan pergi berlibur tanpa membawa jaechan. Sosok jaechan yang tersenyum lebar disertai yoon berada di belakangnya menyandarkan telapak tangannya pada pucuk kepala jaechan. Karena kejadian itulah awal ia tau bahwa jaechan bukanlah orang yang harusnya ia takuti.
Jaechan itu susah ditebak, namun amat sangat indah begitu kau mengenal dirinya.
-kyoungyoon.Haloo kalo ada sarkritik bilang aja yaa T^T
Makasih banyak juga yang sudah vote-!!^^
Jujur aku ga expect banyak-banyak soalnya fanfict ini beneran pure isi kesenangan aku sbg suamchan-ist hehehe :")
KAMU SEDANG MEMBACA
Spoiled Brats [SUAMCHAN]
Fiksi PenggemarMenurut seoham, jaechan itu tengil, sombong, dan naif. Park Seoham x Park Jaechan [suamchan] BXB/BL/Male Loving Male