06. Gangsta

3.6K 112 1
                                    

warning : Mafia!Sehun

***

Seharusnya Ahra tidak mendengarkan kata-kata Seokjin, seharusnya Ahra tidak percaya begitu saja.

Seharusnya—seharusnya Ahra tidak menganggap remeh surat yang Sehun kirimkan padanya dua bulan yang lalu.

Seharusnya dia tidak mengambil jam kerja hingga selarut ini hari ini.

Yang Ahra harapkan saat dia masuk melalui pintu apartemennya setelah seharian penuh lelah bekerja adalah Kim Seokjin, tunangannya yang akan menyambutnya dengan pelukan hangat dan kata-kata manis penuh kasih sayang seperti biasa, bukannya—bukannya mayatnya yang sudah bersimbah darah di
atas sofa ruang tamu mereka dengan sayatan lebar di tenggorokannya.

Air mata Ahra semakin mengalir deras, turun membasahi kain berwarna gelap dan kini terikat melingkari mulutnya—membuat suaranya teredam, membuat semua
makian yang dia tujukan pada pria yang duduk di hadapannya itu hanya sia-sia.

"Kau tahu sayang, sebenarnya semua ini adalah salahmu sendiri," pria itu berucap, memposisikan kedua sikunya iatas lutut dan mencondongkan tubuhnya lebih dekat pada Ahra yang terikat kuat pada kursi kayu di hadapannya, membuat gadis yang belum berhenti berteriak dan bergerak diatas kursi itu semakin keras menangis.

"Kalau saja kau mendengarkanku dan membatalkan pernikahan kalian." Sehun kemudian beralih menatap cincin berlian di tangan kanannya yang baru saja dia ambil paksa dari jari manis Ahra beberapa saat lalu, memperhatikan dengan seksama, "Pecundang ini bahkan tidak mampu memberikanmu berlian yang sesungguhnya," dia kemudian tertawa kecil.

Ahra tahu seharusnya dia tidak pernah bermain-main dengan seseorang seperti Sehun—atau bahkan meragukan soal kalimatnya yang mengatakan bahwa dia berbisnis di dunia gelap.

Mafia, gangster, Yakuza, Ahra tidak mengerti Sehun termasuk kategori yang mana, tapi yang pasti—pria itu sudah biasa menghabisi nyawa orang lain melihat bagaimana mudahnya dia membunuh tunangannya dengan kejam hanya karena Ahra menolak untuk membatalkan pernikahan mereka bulan depan.

Tak berapa lama, pria itu mengambil ponselnya, menatap layarnya sesaat sebelum bangkit kembali, "Saatnya untuk pulang, baby."

Teriakan Ahra semakin keras—tetapi yang terdengar hanyalah suara teredam yang tidak jelas. Air matanya semakin deras mengaliri wajahnya yang sudah memerah dan berantakan. Saat pria itu akhirnya melepaskan semua ikatan di tubuhnya dan membawa tubuh mungil gadis itu di salah satu bahunya, Ahra sudah menyerah—dia bahkan hanya
bisa memejamkan erat kedua matanya saat mereka melewati ruang tamu, tidak sanggup melihat kembali mayat Seokjin yang masih berada diatas sofa.

Dalam hatinya, gadis itu hanya bisa merapalkan kata maaf dan penyesalan berulangkali pada tunangannya, Seokjin, karena dia sudah mengkhianati pria itu demi sebuah one night stand bersama seorang pria asing bernama Oh Sehun.

Sweethearts' Journal • osh [ R/18+ ]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang