16. A Muse (Special Part)

3K 96 2
                                    

Bibir Ahra yang lembab dan masih sedikit membengkak itu terbuka, helaan nafas pelan kembali lolos dari sana

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Bibir Ahra yang lembab dan masih sedikit membengkak itu terbuka, helaan nafas pelan kembali lolos dari sana.

Ujung jemarinya dengan lembut menyentuh kembali kain tipis yang begitu rapuh melapisi pinggul dan salah satu pahanya yang kini terbuka. Ahra tahu kequnaan kain itu bukan untuk menutupi tubuhnya, lebih jauh lagi, Ahra mengerti benda itu hanya untuk menambah keindahan' yang pria itu katakan sudah sempurna pada tubuh telanjangnya.

Perhatian kedua netra russet itu kembali teralihkan pada jemari yang masih menggoreskan ujung pensil pada lembaran kertas buku sketsa. Sesekali, kedua obsidian
milik pria itu akan berpusat pada dirinya, membuat Ahra, lagi dan lagi, merasa menjadi makhluk paling indah di dunia ini. Membuat Ahra merasa menjadi pusat dari dunia seorang Oh Sehun.

"Stay still, sugar," sebuah senyum terbentuk di sudut bibir pria itu, wajah tampannya terlihat begitu indah saat dia sedang berkonsentrasi penuh seperti saat ini. Jemarinya masih belum terhenti menggoreskan pensil di atas buku sketsa miliknya, tubuhnya kini bersandar pada kursi dari kayu jati yang dia ambil dari sisi jendela, ditariknya mendekat hingga sampai di sisi tempat tidur mereka. Pria itu bertelanjang dada, hanya sebuah selimut tipis yang menutupi bagian selangkangannya karena Ahra tidak bisa berhenti tergelak geli melihat kejantanannya yang masih setengah menegang sedari tadi.

Padahal itu juga terjadi karena gadis itu sendiri.

Sehun kembali mengalihkan perhatiannya, menatap tubuh mungil di atas tempat tidur itu dengan seksama.

Kulitnya terlihat begitu bersinar dengan pancaran rona kebahagiaan dan cinta yang begitu besar. Tubuhnya dengan begitu rileks berbaring di atas tempat tidur, dadanya naik turun dengan perlahan dan teratur, memberi tanda pada Sehun bahwa gadis itu merasa nyaman, membuat dada Sehun terisi penuh oleh rasa bangga karena dia bisa membuat gadisnya merasa seperti itu.

Ahra kembali tersenyum kecil, kedua mata indahnya sesaat terpejam, dan kedua kakinya sedikit berpindah posisi, memberi sinyal pada Sehun bahwa dia mempercayai pria itu bahkan dalam keadaan paling rentan sekalipun.

Saat kedua mata indahnya kembali terbuka, mereka terpatri erat pada figur Sehun dan tidak beralih sedikitpun hingga pria itu terkekeh geli karenanya, sesaat memiringkan kepalanya ke samping dan balas menatap gadis itu.

"Kenapa kau melamun, sugar?" pria itu berucap, "What are you thinking about?" pertanyaan itu terlintas, lolos dari bibir pria itu begitu saja.

Ahra membuka bibirnya, sesaat, seolah terpana pada apa yang Sehun lakukan saat ini—menempatkan ujung pensilnya pada bibirnya sendiri.

"Aku hanya sedang berpikir.." Ahra menjawab, jemarinya kembali bergerak menelusuri kain tipis yang masih menutupi sebagian tubuh telanjangnya, membuat perhatian Sehun kembali teralihkan saat ujung jemari gadis itu bergerak melintasi pahanya sendiri, Sehun masih bisa melihat bagaimana lembabnya kulit paha Ahra saat ini setelah apa yang mereka lakukan semalam suntuk.

Sweethearts' Journal • osh [ R/18+ ]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang