warning: dark!Sehun
***
Ahra bersenandung pelan, ujung jemarinya menyentuh lembut sekelompok mawar berwarna merah muda yang baru saja mekar. Telapak kakinya yang telanjang dengan lembut dan berhati-hati melangkah di atas rumput yang masih basah oleh embun.
Gadis itu tersenyum saat dia meraih setangkai bunga mawar yang memiliki warna yang lebih gelap dari yang lainnya, memetiknya untuk kemudian mendekatkan mawar itu ke hidungnya sendiri, menghirup aroma dari bunga favoritnya.
Gaunnya yang sewarna sekelompok bunga mawar itu terjuntai anggun pada rerumputan yang basah, bagian lengannya yang bertumpuk sedikit melambai terbuai angin sejuk musim semi.
Ahra bahkan lupa kapan terkahir kali dia menghirup udara segar dan merasakan rerumputan di bawah telapak kakinya. Rasanya sudah lama sekali.. dia amat merindukan hal-hal favoritnya ini, dan sungguh tidak ada yang bisa mengalahkan rasa bahagia Ahra saat ini.
Tetapi tanpa sepengetahuannya, sepasang obsidian sedang mengawasinya dibalik sekelompok pohon rindang di sudut tempat itu, sedikit demi sedikit, melangkah mendekati figur mungil itu tanpa sedikitpun menimbulkan
suara, tidak ingin membuat gadis itu terkejut."Aku rasa warna merah lebih cantik, sweetheart," pria itu berucap, membuat Ahra terkesiap—tanpa sadar menjatuhkan setangkai mawar diantara jemarinya.
Tubuhnya sesaat terdiam tak bergerak menatap pria di hadapannya.
".Ares?" bibir merahnya berbisik, tidak mempercayai apa yang dia lihat di hadapannya saat ini.
"Sehun," pria itu berucap, mengoreksi, sudut bibirnya sedikit tertarik ke atas, "Sudah berapa kali aku katakan untuk memanggilku dengan nama itu, baby?"
Ahra refleks melangkah mundur–menjauhi pria itu, kedua netra russetnya masih menatap pria itu dengan tidak percaya. Luka yang melintang di bagian mata kanan pria itu seolah memperlihatkan betapa brutal perang yang biasa dia hadapi. Entah dari perang yang mana dia mendapatkan luka itu.
Tidak mungkin..
"Kau.. kau sudah gugur dalam perang itu, kau.. kau seharusnya tidak berada disini.." Ahra berbisik, seluruh tubuhnya mulai dialiri rasa takut menyadari pria ini masih bisa memijakkan kaki di taman tempat ini setelah apa yang Athena katakan kepada dirinya—bahwa sebilah pedang yang dilapisi racun telah menembus jantungnya dalam
perang itu. Itulah alasan satu-satunya yang membuat Ahra akhirnya keluar dari persembunyiannya untuk menghindari pria ini."Aku tahu, sayang.. aku tahu," Sehun kembali tersenyum, dia sedikit menunduk untuk meraih setangkai mawar yang kini tergeletak di atas rumput yang basah, baju zirahnya yang bernoda lumpur dan darah dari orang-orang yang dia bunuh dalam perang itu benar-benar kontras dengan mawar merah muda yang ada di tangannya.
"Hades memperbolehkanku untuk kembali kesini, sayangku. Dengan perjanjian aku akan kembali ke tempatnya lagi sambil membawa Aphrodite, untuk menjadi teman Persephone yang kesepian.." Sehun mengalihkan perhatiannya kembali, menatap Ahrą sepenuhya yang sudah terurai air mata.
"Tidak.."
"Ahra," Sehun menyela dirinya, menatap gadis
itu sepenuhnya, "Kau tahu aku tidak akan pernah meninggalkan dirimu," tangan pria itu beralih untuk menyentuh kelopaknya sebelum dengan kejam menghancurkan mawar itu di telapak tangannya.Air mata Ahra menetes turun, kakinya kembali mencoba untuk melangkah mundur, mencoba kembali menjauhi pria itu, tapi segalanya sudah terlambat saat Sehun dengan sigap melangkah mendekat dan menangkap tubuh mungilnya dalam dekapan lengannya.
"Kita ditakdirkan untuk bersama, Aphrodite. Walau bagaimanapun caranya mereka mencoba mangambilmu dariku, aku selalu akan mendapatkanmu kembali," pria itu berbisik.
Kedua mata Ahra masih terbuka lebar, sementara air mata sudah deras mengaliri pipinya yang berwarna kemerahan.
Seharusnya dia sadar bahwa dia tidak akan
bisa melakukan apapun untuk membebaskan diri dari obsesi sang dewa perang. Dari takdir mereka. Tidak, dia tidak akan bisa membebaskan diri dari Ares yang begitu menginginkan dirinya."'Aku mohon.." Ahra kembali berbisik, tubuh mungilnya bergetar di pelukan Sehun.
"Athena akan membayar segalanya padaku setelah apa yang dia lakukan, tapi sebelum itu.." Sehun mengangkat wajahnya untuk menatap kedua mata besar Ahra yang sudah basah oleh air mata, "Sebelum itu.. aku akan membawamu terlebih dulu, sayang."
Dalam sekejap, tempat itu segera dipenuhi kabut pekat, awan hitam bergerombol memenuhi langit cerah di atas mereka, kilat yang mulai menyambar-nyambar membuat
suasana semakin mencekam. Ahra benar-benar tidak bisa menghindari takdir."Saatnya kita pergi, sayangku.." pria itu kembali berbisik, membuat Ahra mulai menjerit dan memberontak, mencoba melepaskan diri dari cengkraman sang dewa perang yang brutal tanpa belas kasihan.
"Kau milikku, Aphrodite. Tidak ada yang bisa mengambilmu dariku, meski kematian sekalipun," Sehun berbisik, sebelum akhirnya kabut pekat itu menelan mereka berdua, membawa mereka kembali masuk ke tempat kekuasaan sang dewa kematian.
Tempat dimana mereka menyimpan orang mati dan jiwa-jiwa kelam yang terkutuk.
KAMU SEDANG MEMBACA
Sweethearts' Journal • osh [ R/18+ ]
Fanfic[ mature contents ]🔞 stories from fanfic tittle games with Oh Sehun and Choi Ahra as main pair🤎 tag : fic tittle game (ftg) first written in 2021, repub 2022©️caramel-hun