20. Inferno

2.6K 170 13
                                    

"Ck," Ahra berdecak, kedua netranya yang masih terpatri pada layar komputer di hadapannya, dengan alis yang bertaut dan bibir yang melengkung ke bawah, sebal.

Dalam hatinya, dia kembali mengumpat, mempertanyakan kenapa perusahaan sebesar ini selalu mengalami trouble di bagian sistem komputer—terutama miliknya, yang sudah ke tiga kalinya minggu ini. Dan setiap minggu, Ahra rasa akan semakin bertambah parah saja.

Gadis itu menghela nafas, kemudian beralih untuk meraih interkom di sebelah komputernya, menekan beberapa angka sebelum menunggu sejenak. Tak berapa lama, suara seseorang dari seorang sana segera Ahra dengar.

"Hei!" sebuah senyum refleks menghiasi wajah cantik Ahra, "bisa kesini sebentar? Aku rasa komputerku bermasalah lagi," dan setelah itu, panggilan berakhir saat Ahra mendapatkan jawaban dan mengucapkan terimakasih.

Meraih sesaat ponselnya, gadis itu terlihat memperhatikan penampilannya sendiri, persis seperti seseorang yang sedang kasmaran.

***

"Dan.. kita selesai."

Pria itu tersenyum setelah menekan salah satu tombol keyboard di hadapannya, kemudian, tak berselang lama, tampilan komputer Ahra kembali seperti semula, seperti tidak terjadi kerusakan atau error sebelumnya.

Ahra ikut menatap layar monitor komputernya dan menggigit bibir bawahnya sesaat, kemudian mendesis pelan di bawah nafasnya, "Aku yakin aku pasti sudah dipecat sejak beberapa bulan yang lalu kalau tidak ada kau disini," katanya, sesaat menatap bergantian pada layar komputernya dan pria yang duduk di sebelahnya itu.

Sehun yang mendengar hal itu segera tergelak pelan, memperhatikan komputer di meja kerja Ahra yang sudah dia perbaiki sekitar delapan kali dalam bulan ini dengan seksama, "Menyebalkan sekali bukan? Seharusnya mereka menggantinya sejak beberapa saat yang lalu. Aku tidak mengerti bagaimana perusahaan sebesar ini tidak dapat mengganti satu unit komputer yang sudah bermasalah."

"Mungkin karena aku karyawan baru," Ahra ikut tertawa, "para senior disini mana mau repot-repot membantuku meminta unit komputer baru disini?" gadis itu kemudian menggeleng dan memutar matanya jangan, membuat Sehun sekali lagi tergelak pelan. Pandangan pria itu akhirnya teralihkan pada sisi meja Ahra yang lain, memperlihatkan satu tumpuk buku yang masih terbungkus plastik.

"Apakah kau sudah menyelesaikan seri sebelumnya?" Sehun bertanya kembali, menatap Ahra dengan sebuah antusiasme yang cukup besar. Dia senang karena rupanya Ahra benar-benar membaca rekomendasi buku kesukaannya pada gadis itu—dan Ahra benar-benar menurut untuk membacanya. Bahkan gadis itu terlihat sudah membeli seri buku yang lain.

Tatapan Ahra mengikuti arah pandangan Sehun, dan dia segera tersenyum lebar sembari mengangguk menjawab pertanyaan pria itu.

"Sudah," katanya, "Aku benar-benar menyukainya," lanjutnya kembali meraih salah satu buku di mejanya yang masih tersegel plastik bening. "Kau lihat? Aku bahkan sudah membeli seri keduanya!"

Sehun kembali tergelak pelan, tersenyum saat mengatakan, "Seharusnya kau tidak perlu membelinya, aku memiliki semua seri lengkap mereka. Kau bisa meminjamnya dariku nanti," ucapnya, menawarkan, yang segera dijawab oleh anggukan antusias oleh gadis di hadapannya.

"Benarkah?!"

Dan saat Sehun kembali mengangguk, Ahra refleks memekik senang dan hampir tergelak bahagia, "Terimakasih, Sehun. Aku benar-benar tidak tahu harus membalas semua kebaikanmu ini dengan apa."

Mendnegar kalimat itu, seperti sudah menduganya, Sehun dengan cepat menyela, "Bagaimana kalau secangkir kopi?"

Wajah Ahra segera dihiasi oleh senyuman lebar mendengar itu, samar, pipinya segera dirambati oleh rona merah, gadis itu menganggap ini adalah sebuah ajakan kencan secara tidak langsung.

"Baiklah!" Katanya, begitu bersemangat, "Coffee shop seberang gedung kantor, sore nanti sepulang kerja?" dia melanjutkan, memastikan, dan saat Sehun mengangguk, senyuman Ahra semakin lebar lagi.

"Kalau begitu sampai bertemu nanti sore," Sehun berucap saat akhirnya dia bangun dari tempat duduknya di sebelah Ahra, sementara gadis itu sendiri masih mengangguk sembari tersenyum, kini sudah bersiap untuk melanjutkan kembali pekerjaannya setelah Sehun memecahkan masalah pada komputernya yang sering sekali mengalami hal seperti ini. Bahkan karena alasan itulah dia dan Oh Sehun dari bagian IT jadi sering bertemu dan berbicara, dan kini, sedang begitu dekat.

Ahra rasa hal itu adalah sebuah takdir karena rupanya, setelah semua kejadian-kejadian komputernya bermasalah itu, dia dan Sehun justru begitu dekat bahkan pada tahapan akan saling berkencan. Tentu Ahra tidak keberatan, apalagi mengingat betapa tampannya Sehun—yang sepertinya sedikit tidak disadari karena pria itu memakai kacamata dan bergelut dengan dunia komputer saja—dan baik hatinya  pria itu yang tidak pernah menolak berapa kalipun gadis itu meminta bantuan dengan komputernya.

bagi Ahra sendiri, baru kali ini dia bertemu dengan pria yang begitu rendah hati, tampan, dan cerdas disaat yang bersamaan. Hanya dalam beberapa kali berbicara, Ahra sadar kalau dia sudah jatuh hati pada pria itu.

Ahra yang naif.

Yang tidak dia ketahui adalah bagaimana senyuman yang bahkan lebih lebar lagi terpatri di wajah tampan Sehun.

Rencananya bermain-main dengan sistem komputer Ahra akhirnya berhasil membuatnya dekat dengan gadis itu—bahkan lebih baik lagi, membuat Ahra yang cantik itu jatuh hati padanya.

Rencananya berjalan sempurna.

Kini yang harus dia lakukan adalah bersandiwara sebagaimana orang-orang normal lainnya yang saling berkencan satu sama lain. Dan kemudian, Ahra akan menjadi miliknya seutuhnya. Tanpa gadis itu tahu seberapa jauh apa yang sudah Sehun lakukan pada dirinya—seperti memasang tracking pada ponselnya diam-diam, atau membajak kamera laptop pribadinya yang ada di dalam kamar tidur untuk memantau kegiatan gadis itu sehari-hari saat dia tidak berada di kantor.

Obsesi Sehun terlalu besar hingga dia hampir gila rasanya. Hingga dia sanggup melakukan apapun agar Ahra menjadi miliknya.

Seiring langkahnya untuk kembali ke tempatnya, Sehun beberapa kali mengangguk pada orang-orang yang berpapasan pada dirinya—semua orang yang membungkuk sopan dan sama sekali tidak berani mengusik apa yang dia lakukan kepada Choi Ahra, karyawan baru yang pria itu rekrut sendiri untuk mencapai tujuannya—memiliki gadis itu seutuhnya.

Sehun mendesah pelan dan tersenyum. Setelah ini dia bisa bersantai kembali di kantornya sembari menunggu kencannya bersama si cantik Ahra beberapa jam lagi.

Segalanya hampir terlalu sempurna untuk Oh Sehun. Hanya saja, satu-satunya yang bermasalah adalah jalan pikirannya yang sanggup melakukan apapun untuk menjerat gadis pujaan hatinya. Bahkan sekelas menyamar menjadi karyawan biasa di perusahaannya sendiri.

Sehun tersenyum kembali, menghela nafas dan hampir bersenandung riang.

Choi Ahra yang cantik akan segera menjadi miliknya.

Choi Ahra yang cantik akan segera menjadi miliknya

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
Sweethearts' Journal • osh [ R/18+ ]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang