Bab. 18

977 233 154
                                    

Mana suaranya?

Mana bintangnya?

Happy reading, ya. Di Karya karsa sudah dipublish sampai tamat. Yang mau ngintip silakan.

###

"Saya kok sungkan ya, Bu." Akhirnya Mayang mengutarakan keberatannya.

"Sungkan kenapa?"

"Masak sama Pak Darmawan?"

"Oh, saya pikir sungkan apaan, Yang. Kamu santai saja, Yang. Jangan mikirin Mas Darmawan di kampus. Kalau kamu mikir renang bareng pak rektor ya kayaknya agak aneh saja. Pikirin Mas Darmawan yang di sini. Darmawan yang bukan siapa-siapa. Pria biasa yang juga bagian keluarga kita."

Meskipun Endah berkata dengan begitu santai. Namun, tetap saja Mayang menyimpan keraguannya. Hingga akhirnya suara Vela terdengar memanggilnya. Gadis kecil itu menghampiri dengan langkah tergesa lengkap dengan pelampung di tubuhnya.

"Kak Mayang sudah ditungguin tuh. Ayo cepetan. Vela maunya renang sama Kakak," ucap Vela sambil menarik tangan Mayang untuk mengikutinya. Akhirnya, Mayang pun tak kuasa menolak. Gadis itu berpamitan pada Endah lalu tergesa mengikuti Vela yang menarik tangannya sambil berlarian menyeberangi ruangan menuju kolam renang.

Sesampainya di kolam renang, suara riuh pun terdengar. Ketiga anak Herman sudah menceburkan diri di sana. Begitupun kedua kakak Vela. Hanya Darmawan yang masih belum terlihat. Mayang mendesah lega. Ia segera melemparkan diri ke air dingin itu menyusul Vela. Ikut berteriak menambah keriuhan bersama anak-anak Herman yang beranjak remaja. Bahkan si sulung sudah duduk di bangku kuliah di kampus Mayang meskipun berada di fakultas yang berbeda. Gadis itu sedari tadi terlihat memegang kameranya sambil bermain air. Tak hanya saat ini, tadi pun saat mereka semua memetik apel, gadis itupun terlihat membidikkan kameranya ke mana-mana.

"Kak Mayang geser ke kanan dikit," ucap Tita, anak sulung Herman. Mayang mengerutkan alis tak mengerti. Namun, saat dilihatnya gadis muda itu mengarahkan kamera ke arahnya, Mayang pun paham. Ia segera menuruti ucapan gadis itu. Bergeser untuk lebih dekat dengan para sepupu Tita dan adiknya. Mengikuti semua ucapan gadis itu hingga beberapa menit kemudian tanpa Mayang sadari seseorang telah bergabung bersama mereka. Saat Tita berucap barulah ia menyadari kehadiran sosok itu.

"Om maju sedikit di belakangnya Kak Mayang."

Mayang menoleh dan mendapati Darmawan Wirayuda sudah duduk di tepi kolam dengan mencelupkan kakinya.

"Nah, kalau kayak gini kan bagus. Banyak anak banyak rezeki." Tita berucap sambil berkutat dengan kameranya. Membuat Mayang kebingungan dan berkali-kali menoleh ke belakang. Pada sosok pria yang tetap duduk dengan santainya di pinggiran kolam dengan ke lima keponakan yang mengelilingi mereka.

"Kak Mayang! Jangan noleh-noleh terus. Itu anak-anak sulit banget diatur. Sayang banget kan kalau lagi bagus-bagusnya gini mereka kabur." Suara Tita terdengar nyaring mengagetkan Mayang. Membuatnya terpaksa mengalihkan pandangan ke depan. Fokus pada Tita yang masih belum selesai dengan kamera di tangannya.

Dan benar saja, tak lama kemudian Vela sudah berteriak kesal lalu berenang menjauh dengan pelampungnya. Begitu pula kedua kakaknya dan terakhir adik-adik Tita. Meninggalkan Mayang berdua saja dengan Darmawan. Tita seolah tak terusik dengan kepergian mereka. Gadis itu masih terus menekuri kameranya. Membuat dua orang di depannya merasa jengah.

"Sudah, Ta?" tanya Darmawan. "Om mau renang, bukan foto-foto."

Kalimat Darmawan hanya mendapat cengiran keponakannya diikuti acungan jempol. Hal yang akhirnya membuat Mayang cepat-cepat berenang menyusul Vela. Bukannya apa, pria di belakang Mayang itu berenang dengan bertelanjang dada. Hal yang tentu saja membuat Mayang canggung luar biasa.

The Pursuit of Perfection 2Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang