“Hhh …”
Ohm menghela napas untuk kesekian kalinya pagi itu.Off, Bright, dan Joong melakukan hal yang sama di sebelahnya. Tampang mereka kusut dan mata mereka terpancang ke arah yang sama.
Keempat anak itu sedang berjongkok di depan sebuah ruangan yang dipasangi papan nama bertuliskan 'GMM United'.
“GMM United, ya …,” gumam Ohm tak bersemangat. Keempat anak itu lalu kembali menghela napas di detik yang sama. Tak lama kemudian, beberapa anak datang dan nyengir ke arah mereka.
“Pagi, Kak …,” kata salah seorang dari mereka yang bernama JJ.
Ohm, Off, Bright, dan Joong cuma bergumam tak jelas untuk menjawab. JJ membuka pintu ruangan itu, lalu masuk diikuti beberapa temannya.
Ohm, Off, Bright, dan Joong memandang mereka iri. Seorang anak kelas sebelas bernama AJ , yang baru
akan masuk ke ruangan itu, menatap mereka bingung.“Kak, jangan gitu ah ngeliatinnya, gue jadi malu …,” katanya sambil pura-pura tersipu.
Ohm, Off, Bright, dan Joong langsung berubah garang.
“Ngapain juga malu, nggak ada yang ngeliatin lo!” amuk Ohm membuat AJ terkekeh dan cepat-cepat masuk sebelum kena lempar sepatu Ohm.Ohm berdecak sebal.
“Haah … hasil perjuangan kita,” kata Joong. Matanya masih menerawang pada papan nama itu.Ohm, Off, dan Bright
mengangguk-angguk lesu.Seorang anak cowok kelas sepuluh tak sengaja melewati mereka dan langsung merapat ke tembok saking kagetnya melihat mereka berempat sedang jongkok berderet di depan semak-semak.
Ohm, Off, Bright, dan Joong menatap anak itu tanpa ekspresi.
“Jalan terus aja lo,” perintah Ohm, dan anak kelas sepuluh itu langsung melesat pergi. Ohm menggaruk-garuk kepalanya kesal.
“Hhhhh … kenapa jadi begini sih???”
“Nggak ada pilihan lain, Ohm.
Dari dulu kita udah tau bakal kayak begini,” kata Bright. “Cuma … gue nggak nyangka aja bakal begini sakit ati.”Yang lain mengangguk-angguk setuju.
“Tapi seenggaknya ekskul bola tetep berdiri, kan?” kata Joong berusaha menghibur.“Tapi … tetep aja kita nggak bisa main,” kata Off kembali membuat anak-anak itu depresi. Dan dalam hitungan detik mereka menghela napas lagi.
Ohm menggaruk-garuk kepalanya lagi, frustrasi.
“Kenapa sih si Suppangsit tua itu setujunya pas kita udah kelas tiga???” seru Ohm emosi sambil bangkit dengan kasar.“Siapa yang tua?” kata Suppasit yang tiba-tiba muncul dari belakang Ohm, membuat Ohm terlonjak satu meter ke depan. Suppasit menatap keempat anak itu tidak suka.
“Kenapa kalian ada di sini?”
“Memangnya harus izin dulu kalo mau jalan-jalan?” kata Off sengit.
“Saya nggak liat kalian lagi jalan-jalan,” balas Suppasit tenang.
“Yah, terus kalo nongkrong harus izin, gitu?” kata Bright membuat Suppasit menatapnya tanpa ekspresi.
“Jangan bilang kalau kalian masih menyalahkan saya karena kalian tidak bisa ikut ekskul bola,”
kata Suppasit.
“Itu di luar kemampuan saya.”“Harusnya Bapak bisa berbuat sesuatu dong. Masa Bapak tega
liat kita udah susah-payah mendirikan ekskul ini, tapi kita malah nggak boleh ikutan?” kata Ohm.“Kenapa saya harus nggak tega?” balas Suppasit membuat Ohm
melotot. “Saya nggak pakai perasaan pribadi. Peraturan tetap peraturan. Kalau kalian memaksa, bicara langsung sama Kepala Sekolah.
Saya tunggu.”
KAMU SEDANG MEMBACA
LOVE UNITED (OhmNanon)
FanfictionCinta memang berjuta rasanya.... Begitu juga sekarang yang terjadi pada Fantastic Four-nya GMM School, Bright, Off, Joong dan Ohm. Semuanya terkena demam 'Cinta', walau tentu saja nggak meninggalkan kegilaan mereka pada satu hal yang sama, SEPAKBOL...