Dinner Bareng

174 26 2
                                    

Akhir-akhir ini, mood Nanon turun drastis. Alasan utamanya adalah kuis-kuis dadakan yang tiba-tiba jadi sering.

Alasan lainnya adalah Win tidak mendengarkannya dan tetap saja jalan dengan Bright.

Sekarang, Nanon sedang menggosok meja bar di Xavier sambil menggerutu.

“Woy, jangan pake tenaga dalem ngegosoknya, ntar catnya ikutan ngelupas!” sahut Ohm mengingatkan, tapi Nanon hanya mencibir.

Saat itu di Xavier hanya ada mereka berdua. Anak-anak yang lain belum pada datang. Nanon tiba-tiba mendapat ide. Dia segera mendekati Ohm yang sedang membaca majalah otomotif.

“Apa?” tanya Ohm merasa terganggu dengan tampang ada maunya Nanon.

“Eh, Ohm, lo pasti tau kan, kenapa si Bright jadi playboy gitu? Dia bukan dari bayi kan begitu? Pasti ada alasannya, kan?” tanya Nanon bertubi-tubi.

Ohm menatapnya sebentar, lalu menghela napas.

“Ini bukan urusan gue dan bukan urusan lo juga,” kata Ohm.
“Udah deh, mendingan lo jangan ikut campur.”

“Eh, nggak bisa! Ini menyangkut sahabat gue! Gue harus tau!” seru Nanon serius.

Ohm menatapnya lagi, tak yakin apa harus memberitahunya.

“Hhh … ya udah kalo lo maksa. Tapi jangan bilang Bright, ya,” kata Ohm dan Nanon dengan cepat mengangguk.

“Jadi, dulu Bright pernah ditinggalin ceweknya ….”

“Nah! Bener, kan! Pasti dia ada trauma gitu!!” sahut Nanon membuat Ohm kesal.

“Dengerin dulu kenapa sih!” kata Ohm membuat Nanon minta maaf.

“Kalo lo mau tau alasannya kenapa dia sering jalan sama yang lebih muda karena dulu mantannya tuh lebih tua dari dia.”

Mata Nanon membesar mendengar cerita Ohm.
“Dulu pas SMP, Bright tuh satu-satunya di antara kita berempat yang pemikirannya udah dewasa. Dia naksir sama guru privatnya yang udah kuliah dan guru privatnya itu nanggepin. Selama setahun lebih, Bright cinta mati sama guru privatnya. Guru privatnya itu selalu bilang kalo dia nggak bakalan ninggalin Bright hanya karena Bright masih kecil. Tapi beberapa bulan setelahnya …, guru privatnya itu nikah,” kata Ohm panjang-lebar.

“Semenjak itu, Bright nggak pernah lagi keliatan bener-bener suka sama orang. Dia jalan sama sembarangan yang dia mau, dan kebanyakan lebih muda.”

“Jadi, dia … balas dendam??” tanya Nanon tak percaya.

“Yah, gue juga nggak tau,” kata Ohm.

“Kalo mau dibilang balas dendam, harusnya dia mainin yang lebih tua, kan? Kalo kata gue sih, dia trauma sama yang lebih tua, makanya dia jalan sama yang lebih muda.”

“Jadi … Win adalah satu dari sekian banyak sembarangan itu?” gumam Nanon kesal.

“Nanun, gue kasih tau aja ya sama lo. Bright nggak pernah ngajak jalan orang mana pun,” kata Ohm membuat Nanon menatapnya.

“Selalu dia yang diajak jalan sama cewek dan dia tinggal pilih. Makanya, sekarang mungkin aja dia serius sama Win.”

Nanon terdiam, tampak berpikir. Mungkin Win benar. Mungkin selama ini Bright tidak seburuk yang dipikirkannya.

Mendadak ponsel Ohm berbunyi. Ohm menatap layar ponselnya, lalu mengernyit. Mamanya meng-SMS-nya agar segera pulang karena ada yang harus dibicarakan.

Ohm punya firasat buruk soal ini.
“Eh, gue pulang dulu ya. Nyokap gue kayaknya ada perlu,” kata Ohm sambil bangkit dan mengemasi ranselnya. “Ntar pulangnya lo minta anter si Joong aja, ya?”

LOVE UNITED (OhmNanon)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang