13. Clarity

1.4K 181 50
                                    

Junkyu tiba di kosan nya sekitar pukul 2 siang.

Ia mengambil jadwal cuti hari ini karena harus interview tadi.

Menurut Junkyu semuanya berjalan baik tak ada kendala sama sekali namun tidak tahu bagaimana penilaian HRD padanya.

Junkyu menggaruk bagian kepalanya yang tidak gatal, ia jarang sekali pulang ke kosan di siang hari, dan Junkyu bingung harus melakukan apa.

Di depannya ada sebuah kantong besar berisi berbagai macam makanan, bumbu masak dan cemilan. Junkyu memang suka kalap kalau sudah masuk super market, padahal niat awalnya hanya membeli roti tawar dan selai coklat, tapi nyatanya satu kantong belanjaan telah penuh dengan snack kesukaannya.

"Jihoon pulang jam 5" gumam Junkyu yang berpikir apakah ia harus memasak saja untuk makan malam dengan Jihoon?

"Tidur dulu aja deh, kapan lagi tidur siang" Junkyu mengendikkan bahunya kemudian menghempaskan diri di kasur empuknya.

Junkyu tidak tahu berapa lama ia ketiduran, yang jelas ia terbangun dari tidurnya ketika mendengar suara grasak grusuk dari arah dapur kamarnya.

"Jihoon?" panggil Junkyu.

"Siapa Jihoon?" suara wanita yang menyahuti muncul dari balik dinding pembatas dapur dan kasurnya.

"Bunda?" Junkyu membulatkan matanya terkejut menemukan sang bunda ada di kamarnya saat ini.

"Kenapa mukanya kaget gitu? Kamu kecewa karena bunda bukan si Jihoon?" tanya Bunda dengan mata menyelidik.

"Ih gak gitu! Ya tumben aja bunda dateng kesini gak bilang-bilang" ujar Junkyu.

"Bunda udah nelfon ya, kamu nya aja yang gak angkat telfon bunda" delik Bunda Jisoo.

Junkyu tak menjawab lagi, lelaki itu bangkit dari kasurnya berjalan ke dapur untuk melihat apa yang dilakukan bundanya, namun dahi Junkyu berkerut ketika melihat sebuah tas baju ada di atas sofa kamarnya.

"Bunda.. kabur dari rumah?" tebak Junkyu.

Bunda Jisoo menoleh singkat pada Junkyu kemudian kembali sibuk dengan kegiatannya menata lemari es putranya.

"Bunda nginep disini. Bunda lagi marah sama ayahmu" ujar sang bunda terdengar bukan seperti meminta izin namun seperti sebuah perintah yang harus Junkyu lakukan.

"Bunda sama Ayah berantem? Kenapa?" Junkyu bertanya agak terkejut. Pasalnya dimata Junkyu kedua orangtuanya adalah pasangan paling harmonis, Ayah yang selalu menuruti keinginan bunda dan bunda yang selalu menjadi istri berbakti untuk ayah. Namun sekarang Ayah dan Bundanya bertengkar? Apa gerangan?

"Bunda mau liburan ke pulau sama temen-temen arisan bunda, tapi ayahmu gak ngasih izin. Jadi bunda ngambek" lugas sang Bunda.

Junkyu menghembuskan nafasnya, lega? Junkyu cukup paham kalau ini bukan masalah serius.

"Kenapa sih? Kamu juga gak ikhlas numpangin Bunda disini?" tanya Bunda sewot. Junkyu jadi bingung sendiri dengan bundanya yang mendadak jadi sensitif.

"Bukan gitu, Bund" jawab Junkyu.

Tok! Tok!

Suara ketukan pintu berbunyi membuat Junkyu dan bundanya menoleh ke arah pintu masuk.

"Bentar bund" Junkyu berjalan menuju pintu kamar tanpa menduga siapa yang datang.

"Gimana interview nya tadi?" sambar lelaki yang bukan lain adalah Jihoon itu pada Junkyu sesaat setelah Junkyu membuka setengah pintu kamarnya.

Mata Junkyu membulat, kenapa Jihoon langsung menyambarnya dengan pertanyaan tanpa memperhatikan situasinya, dimana ada sang bunda di dalam kamarnya, "Interviewnya.."

1524 (Fifteen Twenty Four) || Jihoon Junkyu (Jikyu)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang