Bermalam di hutan rimba sambil menyalakan api unggun, Merlin tetiba menjadi terkagum dengan kedatangan Ritsuka dan Mash. Sejak lama, ia telah memperhatikan usaha dan tekad Ritsuka di setiap Singularitas sampai ke tahap ini. Benar-benar, sedikit berbeda tetapi membuat penyihir taman gantung itu menjadi terpesona sedikit.
"Maaf, aku tidak bisa memberikan apa-apa untuk saat ini. Besok, kita langsung ke ibukota, tidak apa kan Fujimaru-kun?" Ucap Merlin dengan lembut.
Ritsuka mengangguk, "Dengan kau membantuku untuk sampai ke ibukota Uruk sudah menjadi bantuan bagiku! Jangan sungkan, Merlin!"
"....." Ana yang diam hanya menjaga sekeliling.
Akhirnya, mereka tertidur pulas kecuali Merlin dan Ana yang menjaga tempat dimana mereka bermalam. Saat fajar tiba menyingsing dari timur yang menandakan pagi telah tiba. Mereka pun mematikan api unggun tersebut dan berjalan bersama-sama menuju Uruk.
Siang hari kemudian, mereka sampai di gerbang pemeriksaan. Tiba-tiba ada penjaga yang mendatangi dan memberikan cemilan untuk Ana. Ana pun ingin menolaknya tapi Ritsuka dan Merlin tersenyum agar ia menerimanaya.
Ia pun mengulurkan tangannya sambil mengangguk malu. Tiba lah saatnya mereka dicek oleh penjaga sekitar, Merlin pun menunjukkan sebuah kalung permata biru sambil tersenyum.
Mash dan Fujimaru bingung, tapi sang penjaga langsung mengenali kalung tersebut dan mempersilahkan mereka masuk tanpa di cek apapun, vip mungkin?
Kota itu terlihat ramai, banyak orang yang berjualan makanan, pakaian, juga barang siap pakai. Walaupun Uruk adalah peradaban kuno, mereka hidup makmur dan dapat memanfaatkan teknologi yang mereka punya.
"Wah! Kotanya sangat ramai sekali. Aku masih kaget bahwa ini peradaban kuno, loh!" Ucap Fujimaru matanya berbinar-binar.
"Iya, benar senpai! Ini adalah pengalaman sekali seumur hidup!" Ucap Mash juga berpikiran sama.
"Hahaha, kalau begitu cobalah beradaptasi sedikit, lihat disana banyak berkerumun! Hahahaha, Uruk adalah kota perdagangan jadi jangan salah!" Ucap Merlin.
Sepanjang perjalanan mereka menuju istana Raja Gilgamesh, mereka melihat pemandangan sana sini sambil melihat aktivitas masyarakat sehari-hari. Bahkan, ada anak-anak berlarian kesana kemari sambil bermain. Tanpa mereka sadari, mereka pun sudah sampai sambil menaiki tangga. Bahkan, arsitekturnya membuat Romani sampai terkagum-kagum.
Saat tiba di ruang singgasana, mereka melihat banyak orang yang sedang menghadap sang raja, Fujimaru menggepalkan tangannya, "Kita tidak bisa menunggu. Disaat seperti ini, kita harus berani dan berbicara kepadanya!"
"Itu benar sekali. Kau tidak boleh menunggu sampai raja itu bersantai." Ucap Merlin memegang tangannya.
Ritsuka berkeringat dingin ditarik ke depan singgasana Raja oleh Merlin.
"Raja Gilgamesh, aku Merlin, sang penyihir membawa tamu dari dunia lain. Apakah kau sibuk? Ah ya, kalau dilihat sih lagi sibuk." Ucap Merlin memegang erat Fujimaru yang masih kaget.
"Merlin!" Ucap Fujimaru.
"Hm?" Ucap Gilgamesh menatap.
Hening sejenak, sambil bertatap mata. Fujimaru menelan air ludahmya sendiri.
"Akhirnya kau kembali juga, Merlin, sang penyihir. Kerja yang bagus. Sang Raja senang melihatmu kembali. Jadi, bagaimana hasilnya? Apa kau membawa Tablet takdir itu?" Ucap Siduri memotong pembicaraan.
"Tidak, kali ini aku tidak beruntung lagi. Tidak ada di hutan barat. Dasar, merepotkan saja. Kalau saja Yang Mulia masih ingat menaruhnya dimana, aku takkan kesusahan mencarinya. Sampai membawa jimat dari Yang Mulia permaisuri lagian." Ucap Merlin sedikit kecewa. Bahkan Merlin masih mempertanyakan posisinya; Servant atau hanya budak?
"Kau terlalu lancang. Tutup mulutmu. Daripada itu, siapa mereka? Dari penampilan, mereka bukan berasal dari Uruk." Tanya Siduri menoleh.
"Tak apa. Aku sudah paham situasinya. Mundurlah Siduri." Ucap Gilgamesh sambil berdiri.
"Raja Gilgamesh? Jangan-jangan.." Ucap Siduri kaget.
"Seperti yang kau curigai, aku akan mengacaukan singgasana ini! Aku sedang sibuk! Terlalu sibuk untuk mengobrol dengan kalian atau memahami situasi kalian." Ucap Gilgamesh men-summon griomoirenya.
Siduri menghela nafas panjang sambil mundur. Kalau Gilgamesh mainnya bukan main. Di tempat permaisuri, ia langsung sangat gembira mendapat laporan bahwa Merlin telah kembali dengan dua orang yang berpakaian aneh. Julia dengan ekspresi yang bersemangat, ditemani oleh dua dayang-dayangnya bersiap ke ruang singgasana dan mendapati Gilgamesh ingin mengajak mereka duel di singgasana. Beberapa penjaga menghalanginya untuk masuk, Siduri sampai menggelengkan kepalanya.
"Aku memeriksa keaslian kalian didalam pertarungan. Persiapkan diri kalian, Penyihir dari Organisasi pengamatan bintang!" Seru Gilgamesh.
KAMU SEDANG MEMBACA
Miracle of Golden Star of Singularity ( A Fate Grand Order Fanfic)
FanficTerlahir menjadi keluarga yang lumayan terpandang tidaklah mudah bagi seorang gadis bernama Julia. Dengan ribuan ekspetasi bagi keluarga Wincott kala itu membuatnya terbebani tetapi setelah ia bekerja di Chaldea, dia menemukan sesuatu yang berharga...