Seminggu kemudian, pagi yang buta itu dimana semua orang berkumpul di ruang singgasana, Gilgamesh yang sudah bekerja menerima laporan dari tentaranya yang sedang melindungi kota dari monster kembali selamat, dan menyuruh mereka Istirahat. Ketika rombongan Ritsuka datang, Gilgamesh menyuruh Merlin, Ritsuka, dan Mash untuk menemukan tablet takdir yang berada di kota Kutha. Gilgamesh yang menuliskan namun ia lupa dengan konten yang telah ia tuliskan sebelumnya. Ritsuka ternganga karena seharusnya sesuatu yang ditulis diri sendiri bisa diingat dengan mudah. Dengan gampangnya, Gilgamesh meminta tolong.
"Tablet Takdir?" tanya Ritsuka bingung.
"Benar sekali, tablet yang berisi rekaman masa depan yang kulihat dahulu." jawab Gilgamesh.
"Tapi bukankah, kalau anda yang menulisnya sendiri seharusnya anda mengingat isinya?" tanya Ritsuka lagi. Dari sisi lain, Julia datang dari belakang Ritsuka mengagetkannya, "master..jangan bikin kaget dong!" seru Ritsuka mengelus dadanya.
"Maaf, maaf.. aku datang karena mendengar percakapan kalian. Gil, bukankah lebih baik jujur saja, bila kau lupa akan isinya? Kau tak pernah mau jujur ya.." ucap Julia mengejeknya.
"Kenapa aku harus mengingat apa yang kutulis didalam mimpi?" ucap Gilgamesh tidak mau menatap mereka dan mulai membaca tablet yang ada didepan matanya, menghiraukan perkataan wanita tersebut.
"Noh, lihatkan Ritsuka, manusia seperti dia tidak ingin mengakuinya. Lebih baik turuti saja, maunya. dia." ucap Julia menghela nafas.
Semua yang di ruangan itu hanya dapat membatin dengan sikap tak acuh Raja Uruk yang malah mengalihkan pandangan dan fokus pada dunianya sendiri. Bahkan, penyihir sekelas Merlin merasa tercengang dengan sikap sang Raja tersebut. Julia langsung pergi ke sisi Siduri sambil menonton percakapan mereka.
"Aduh maaf nih, jadi... kau sudah tahu lokasi tabletnya dimana?" tanya Merlin.
"Saat aku berada didunia bawah kembali ke Uruk, Aku menuliskannya di kota Kutha." ucap Gilgamesh.
"Jadi, bukan di wilayah barat ya?" ucap Merlin merasa usaha sebelumnya sia-sia.
"Terasa aneh ya bila Raja dapat sesuka hati ke dunia bawah." ucap Mash berbisik.
"Kau benar juga." jawab Ritsuka.
"Bagiku, dunia tanpa Dunia Bawah atau dewa-dewi di duniamu terasa lebih aneh." ucap Gilgamesh lagi.
"Ya, mau bagaimana lagi. Dunia dimana kami berasal cukup modern dengan berbagai macam budaya dan agama disana. Jangan samakan." ucap Julia, menjawab pernyataannya.
"Tapi bukankah kalau begitu manusia menjadi lebih serakah dan melakukan peperangan secara sepihak?" ucap Gilgamesh lagi.
"Itu... kekacauan dan konflik dimanapun pasti ada dimanapun zamannya, itu tidak terhindarkan namun, masih banyak manusia yang mengharapkan masa depan." ucap Julia menatap Ritsuka dan Mash.
"Kota Kutha adalah wilayah milik Dewi Ishtar." ucap Siduri memberikan informasi.
"Ishtar.." gumam Ritsuka.
"Suatu hari nanti, kita mau tidak mau berhadapan dengannya. Itu akan menghemat usaha kita. Perintah Raja: Bawa kembali tablet takdir di kota Kutha" ucap Gilgamesh.
Setelah perintah tersebut di anugerahkan, rombongan Ritsuka meninggalkan singgasana dan bersiap-siap untuk segera pergi keesokan harinya. Julia menghela nafas menatap mereka yang kembali ke rumah yang mereka tinggal untuk sementara. Sayang sekali, Julia tidak ikut kedalam misi mereka jalankan. Wanita itu tidak sedikitpun lupa akan posisinya setelah menjadi Ratu Uruk. Namun, mereka pasti berhasil bahwa keyakinannya akan berbuah hasil. Ia mendengar langkah kaki Gilgamesh yang menuju ke arahnya.
"Untuk apa kau kesini? Bukannya kau sibuk, ya?" tanya Julia menoleh.
"Aku memang sibuk sebagai Raja, namun aku punya waktu sedikit. Siduri menyuruhku beristirahat sebentar." ucap Gilgamesh menjawab.
"Ah, iya. kau bekerja tanpa mengenal lelah. Ya.. jadi begini deh. Aku takkan terkejut kalau kau mati karena kelelahan." ucapnya meninggikan kedua bahunya.
"...Itu tidak akan terjadi selama aku hidup. Pikirkan posisimu sendiri, Mongrel." ucap Gilgamesh dengan nada tidak suka, namun tidak menghina.
"Posisiku? Aku juga ingin tahu mengapa aku disini juga." ucapnya, gadis tersebut masih belum tahu mengapa Romani melakukan hal sedemikian rupa, ntah karena prank atau sekedar tidak kesengajaan olehnya.
Malam pun tiba, semua orang di dunia, menikmati malam yang indah dan hari berganti begitu mudahnya seakan angin berlalu namun disisi lain kota, Ritsuka yang sudah menepati tujuannya bertemu dengan Ishtar, dan diselamatkan oleh dewi itu. Mereka dapat kembali ke Uruk dengan selamat setelah beberapa hari kemudian. Julia yang menatap langit berbintang merasakan ada sesuatu yang akan terjadi kedepannya.
Namun, mereka mendapatkan kabar dari gerbang pertahanan Niddur bahwa Leonidas sampai akhir penghabisan dapat mengusir Gorgon walaupun wanita berbentuk siluman ular itu lari setelah menghancurkan gerbang tersebut. Selama Julia hidup, ia tidak tahu seberapa pengorbanan yang di buat Uruk demi masa depan. Tetapi, rombongan Ritsuka belum juga kembali.
"Apakah aku tidak bisa ikut bertarung juga?" gumamnya menatap langit.
"Tentu tidak boleh, Yang Mulia permaisuri, Raja Gilgamesh pasti tidak ingin." ucap Semi, salah satu dayang. "Hee.." ucapnya agak kecewa. Padahal, dia adalah salah satu siswa terbaik dalam angkatannya, namun tertahan.
Ketika dirinya sedang melamun, dirinya pun membuat cemas dua dayangnya yang saling bingung dengan permaisuri yang ingin pergi ke medan perang, namun Gilgamesh yang memasuki ruangan menyuruh kedua dayang itu untuk keluar dan menarik tangan gadis yang didepannya.
"Oi, mongrel. Aku ingin bicara dengan Chaldea. Sekarang."
KAMU SEDANG MEMBACA
Miracle of Golden Star of Singularity ( A Fate Grand Order Fanfic)
Fiksi PenggemarTerlahir menjadi keluarga yang lumayan terpandang tidaklah mudah bagi seorang gadis bernama Julia. Dengan ribuan ekspetasi bagi keluarga Wincott kala itu membuatnya terbebani tetapi setelah ia bekerja di Chaldea, dia menemukan sesuatu yang berharga...