Pagi yang cerah nan damai akhirnya semrawut berubah menjadi medan pertempuran. Gadis berambut pirang itu merasa khawatir dengan Ritsuka dan Mash daripada 'suaminya' sendiri. Mengingat tujuannya yang ingin pulang kembali ke masanya tapi terkadang di dalam lubuk hatinya tersimpan sedikit kesakitan meninggalkan mereka yang mau membukakan hati untuk orang sepertinya. Tanpa memberi aba-aba, gadis itu merobos masuk dan melihat ekspresi Gil yang duduk di singgasana merasa bosan dengan pertarungan tersebut.
Tapi Gadis itu langsung senyum melihat kembali anak didiknya, Ritsuka Fujimaru. Anak laki-laki dengan rambut hitam dan mata berwarna hijau, Julia kemudian berlari kearahnya. Dan Mash menoleh kearahnya juga.
"Ritsuka!"
Mendengar namanya dipanggil, ia langsung menoleh dan melihat 'Master', guru sihirnya berada didepan matanya sambil senyum gembira begitu juga Mash yang merasa bahagia. Di lain sisi, Romani langsung merinding dengan suara tersebut.
'Kok keknya pernah ada situasi begini ya?' Ucap Ritsuka dalam hati.
"Nona Julia, anda baik-baik saja kah?" Tanya Mash.
"Tentu saja, aku baik-baik saja. Aku takkan pernah mati semudah itu. Dan...aku berhutang budi pada seseorang." Ucapnya mengeluarkan hawa tajam.
"Tanggung jawab tuh, Romani~" ucap Da Vinci tersenyum.
"Master." Ucap Ritsuka sambil meraih tangannya, "Aku senang melihatmu dengan keadaan utuh. Aku saat ini sedang malu, karena..." Ucap Ritsuka menunduk kepala.
Julia tanpa ragu mengelus-elus kepala Ritsuka. Gilgamesh terlalu bersemangat, jadinya ya Ritsuka bisa kalah telak walaupun dengan bantuan gadis kecil berambut ungu ini.
Tiba-tiba, tanpa diketahui oleh mereka sendiri yang berada di dunianya, Gilgamesh turun dari Singgasana dan menarik tangan Julia menjauh dari Ritsuka. Tidak mungkin orang sekelas Gilgamesh mempunyai rasa cemburu, iya kan?
Mereka kaget sang Raja ada ditengah-tengah mereka, dan Gilgamesh merasa kesal bahwa mereka melupakan telah melihat Cawan Suci yang ada di genggamannya. Itu membuat suasananya berubah dan mengganti topik.
"Apa-apaan sih? Orang lagi reunian diganggu. Jangan-jangan...." Ucap Julia sebelum dibekap oleh Gilgamesh.
"Nona Julia!" Ucap Mash sedikit takut.
Wanita berambut pirang itu ditarik oleh Siduri dan dayang-dayangnya agar menunggu saja diluar. Menurut mereka, sangat tidak sopan seoramg permaisuri Raja tampak dekat dengn pria lain. Gadis itu cemberut dan igin melontarkan kata-kata protes pada Gilgamesh. Lalu, Ritsuka memberikan sebuah negosiasi dimana Cawan Suci menjadi hadiahnya.
"Kau mau mengalahkan 3 Dewi Aliansi? Apakah aku tak salah dengar? FUWAHAHAHAHAAHAHHAHAHA." Ucap Gilgamesh tertawa tanpa henti sampai perutnya sakit.
Merlin senyum-senyum melihat sang Raja tertawa terbahak, mungkin dia butuh hiburan(?)
"Kau lihat Siduri? Mereka mau melawan 3 Dewi Aliansi? Aku akan menulis di berita pertemuan negara hari ini bahwa, "Sang Raja sakit perut karena tertawa terbahak-bahak."
Setelah melihat gadis itu berjalan pergi, Pria berambut pirang itu kemudian duduk kembali ke singgasana. Pria berambut hitam itu mencoba berbicara pada Gilgamesh tetapiー
Ketika itu para pengawal Uruk langsung mengabarkan bahwa Dewi Ishtar menuju ke Ziggurat dan tiba sedetik dengan melewati atap sampai menghancurkannya.
"Senpai, wanita itu..." Ucap Mash.
"Dia itu adalah bagian dari aliansi tiga dewi?!" Ucap Ritsuka terkejut.
"Oh?" Ucap Ishtar.
"Sepertinya kita bertemu kembali." Ucap Ritsuka agak canggung.
"Mingir kamu. Aku tak punya urusan denganmu. Tetapi ku punya urusan dengan si Mas-mas pirang itu!" Ucap Ishtar melangkah sambil mengibaskan rambut hitamnya.
"Oh? Hal aneh sering terjadi rupanya. Bahwa Sang Dewi Agung, Ishtar bisa mengkhawatirkan keselamatan seseorang." Ucap Gilgamesh dengan tatapan sinis.
"Hah? Hah????" Ucap Ishtar langsung salah tingkah, "Bukan maksudku untuk mengkhawatirkan seseorang tahu! Tapi lebih memperhatikan Uruk! Iya, iya begitu..." Dengan cepatnya Ishtar mencari jawaban lain agar tidak dipermalukan. Lalu, ia menggelengkan kepala merubah pikirannya, "T-t-tunggu, Uruk bukan punyaku lagi, untuk apa mengkhawatirkannya?!"
Ishtar langsung kesal dibuatnya karena semua orang didalam ruangan itu terdiam mendengar ocehannya. Mengepalkan tangannya kemudian, "Mengapa aku menjadi semakin kesal? Ah! Bodoamat! Aku akan menghancurkan semuanya berkeping-kepingan!" Ishtar tanpa pandang bulu mengarahkan tangannya ke Gilgamesh dan mengeluarkan semacam energi untuk menyerang si pirang.
Gilgamesh yang masih duduk dengan tenang, tersenyum sambil melihat Ishtar yang membuat dirinya menjadi sirkus(?) Mash pun berlari dan menghalau serangan sang dewi tersebut. Ishtar yang masih ingin melawan, terhadang oleh Anna lalu ia menendang perutnya dan mengeluarkam permata untuk menyerang, tapi Gilgamesh memecahkanmya, "takkan kubiarkan." Ucapnya sambil tertawa.
Setelah itu, Ishtar melilitkan sebuah rantai ke kaki Mash agar ia tidak bisa melawan, dan seketika Ritsuka maju dan Ishtar menyadari sesesuatu. "Ah, semuanya makin rumit. Aku mengubah pemikiranku."
"Sangat mengharukan, apakah kau akan lari dengan ekormu dibelakang?" Tanya Gilgamesh menatap sinis.
"Aku cuma lagi jalan-jalan dan singgah sebentar kesini. Masalah buat lu? Dadah Raja Uruk yang setengah telanjang. Oh ya, Siduri, saat Gilgamesh meninggal nanti, aku mau saja menyelamatkan Uruk, jadi siapkan bendera putih ya!" Ucap Ishtar langsung pergi begitu saja.
"Bendera putih maksudnya apa ya?" Ucap Siduri kebingungan.
Dari luar ruangan, Julia dan dayang-dayangnya melihat Ishtar sudah pamit undur diri. Ah, ia menghela nafas panjang sambil memijat keningnya.
"Wanita itu sungguh merepotkan. Ya sudah lah, Siduri, ayo balik kerja." Ucap Gilgamesh mengambil tablet di meja.
"Baik. Kalau begitu kita lanjutkan kembali rencana untuk mengisi air ke sungai Tigris.." Ucap Siduri.
Suasananya kembali menjadi normal dan Merlin berbisik, "Ya sudahlah. Mood sang Raja lagi down, kita cari penginapan saja dulu malam ini. Besok mungkin dia bisa dibujuk kembali."
Mereka mengangguk, dan keluar dengan kecewa dengan peristiwa hari ini. Tanpa diketahui, matahari telah terbenam di ufuk barat menandakan malam sebentar lagi tiba. Julia duduk termenung menunggu mereka berdua kembali. Akhirnya, ia langsung memanggil Ritsuka.
"Master. Ada apa menunggu disini sendirian?" Tanya Ritsuka duduk disampingnya.
"Ah, aku tidak sendirian kok. Dayang-dayangku, Theta dan Ramis sedang mengambil Snack karena aku lapar.. Hehe.." Ucapnya menggaruk kepala.
"Yang Mulia lebih anda kembali ke istana anda sendiri daripada diluar. Bagaimana kalau dilihat oleh sang Raja?" Ucap Merlin tersenyum.
"Ah, tidak apa-apa kok! Ritsuka adalah murid pertamaku jadi seharusnya tidak apa-apa, ya kan? Dari raut wajahmu.. Sepertinya gagal ya membujuk pria itu?" Ucap Julia.
Mereka menunduk, "Ya, begitulah.. Tapi bisa kita coba lagi esok harinya." Ucap Ritsuka optimis.
Julia mengangguk, "Siduri. Kasih unjuk tempat mereka dimana. Siduri akan menjelaskan pekerjaanmu besok pagi. Aku harus pergi, sampai nanti Ritsuka!"
Mereka pun mengangguk melihat bayangannya menghilang dari pandangan mereka. Siduri pun memberitahukan dimana tempat mereka akan tinggal untuk sementara waktu dan hal apa mereka lakukan keesokan harinya.
![](https://img.wattpad.com/cover/297745347-288-k747940.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
Miracle of Golden Star of Singularity ( A Fate Grand Order Fanfic)
FanficTerlahir menjadi keluarga yang lumayan terpandang tidaklah mudah bagi seorang gadis bernama Julia. Dengan ribuan ekspetasi bagi keluarga Wincott kala itu membuatnya terbebani tetapi setelah ia bekerja di Chaldea, dia menemukan sesuatu yang berharga...