Chapter 15: A familiar PRESENCE

71 8 3
                                    

                        Didekat pantai dengan udara yang sangat sejuk serta pemandangan yang indah terlihat oleh mata, dan suara ombak kecil yang berlari dengan riangnya di air membuat kedua manusia yang datang dari Chaldea bersantai sejenak karena sudah memenuhi tugas yang telah diembankan pada mereka. Seseorang yang sedang memejamkan mata perlahan Ritsuka dan Mash yang sedang asik memainkan pasir putih yang layaknya serpihan yang jatuh dari tangannya. Gadis berambut pink ini terkesima dengan melihat pemandangan dan pasir ini yang bahkan dia hanya bisa melihatnya didalam buku-buku bergambar yang diberikan Romani. 

"Senpai, aku baru pertama kalinya melihat pasir seputih kapas. Aku hanya bisa melihatnya dari buku bergambar." 

Jawab Mash yang perlahan mencoba memenuhi ke ingin-tahuannya pada pasir pantai di Uruk ini. Ritsuka mengangguk dan terlihat sampah masih belum ada disini ketimbang di zaman asalnya dimana polusi dan sampah mulai mengotori bumi. Andai, keindahan dan kebersihan bisa terjaga seperti ini, pasti bumi yang sama bisa menjadi pemandangan menakjubkan. 

"Ya, pasir putih biasanya bisa di lihat di pantai kok. Tetapi, lebih unik daripada pasir di pantai biasa. Aku juga pertama kali baru melihatnya- Jadi, maafkan aku, Mash. Setelah kita pulang Singularity ketujuh, aku akan coba mempelajari apa yang ingin kau ketahui, kalau mau kita bisa belajar bersama." 

Ritsuka menjawab, tanpa sadar Romani dan Da Vinci yang mendengar pembicaraan itu terpikirkan apa yang mereka lakukan setelah permasalahan Singularitas ini terpenuhi. Tapi, tiba-tiba salah satu Staff Chaldea, Anna memberitahukan bahwa ada signal Enkidu yang mendekat perlahan dan memberikan peringatan pada keduanya dan bersiap-siap untuk memasuki mode pertarungan. Sepoi angin berhembus yang membuat Julia menarik sedikit rambutnya dibalik telinganya, seperti biasa dia menunggu Gilgamesh yang sedang berdiskusi dengan para peneliti di gedung tersebut. Tiba-tiba, ia merasakan kehadiran yang tidak asing lalu masuk kedalam gedung tersebut.

Para peneliti yang melihat sang Ratu yang berlari menaiki tangga sampai menghela nafas itu menjadi kebingungan dan enggan menyapa. Saat ia melihat Gilgamesh yang sedang seriusnya mendengar penjelasan dari peneliti paruh baya tersebut, Julia berjalan dan memegang lengan pria berambut pirang itu.

"Hei, mongrel. Aku sedang mengamati pembicaraan peneliti, mengapa kamu menganggu? Oh, apa kau sekarang sudah tidak-" ucap Gilgamesh yang protes ditarik sepihak.

"Sudahlah, hal itu bisa di-pause untuk di hari lain. Tapi ini penting." ucap Julia tidak menerima protes. 

Gilgamesh pun menyerah dan membiarkan gadis itu melakukan sesukanya, lalu para peneliti yang ada disana hanya mengangguk pelan dan tidak berani mengutarakan satu kata yang akan membuat mereka akan bertaruh nyawa. Tiba-tiba, Gilgamesh juga bisa merasakan kehadiran "Enkidu" yang dimaksud. Mash dan Ritsuka mencoba melawan tapi tidak mempan. Sekejap, sebuah kapak emas melayang dan Gilgamesh menyelamatkan mereka.

"Hoo...ini sebuah kejutan besar atau aku hanya berhalusinasi"

"Sayangnya, ini adalah kenyataan." 

Dengan tatapan mata kosong, "Enkidu" menatap Gilgamesh dan sang pria pirang lompat dari bukit berhadapan dengan pria berambut hijau tersebut. Julia mendekati Mash dan Ritsuka dan mengatakan untuk menjauh sedikit dari mereka berdua. 

"Bukankah taktik yang kupikirkan dahulu pernah diejek sebagai, "penghabisan energi yang sia-sia." 

"Kau salah, I-i-itu karena kau.." 

"Raja Gilgamesh!" sahut Mash.

"K-k-kau...Gilgamesh?" tanya "Enkidu" terkejut.

"Memang siapa lagi kalau bukan aku? Dasar bodoh. Bagaimana efisiensi yang pernah kau katakan dulu? Bagaimana menjadi tenang dan tetap fokus sebagai senjata? Tak biasanya kau menikmati medan perang, Enkidu." ucap Gilgamesh men-summon Grimoire-nya dan melangkah maju.

"Hati-hati, Gilgamesh. Aku punya firasat buruk soal hal ini..." ucap Julia menggiring Ritsuka dan Mash mundur. 

Tanpa aba-aba, "Enkidu" langsung menyerang mem-babi buta dan Mash berkata bahwa ia adalah "Enkidu" palsu. Tetapi dari gaya bertarung hampir sama dan demikian. Gilgamesh dengan cepatnya menghalau rantai "Enkidu" menggunakan perisai api.

"Hoo.." Gilgamesh menghindari dengan mencoba mundur dan menyerang balik. "Tapi dia seperti yang aslinya saja."

"T-tutup mulumu..!" ucap "Enkidu,"

"Sepertinya Enkidu mulai kehilangan kendalinya. Apa kalian yakin itu yang palsu?" tanya Julia.

"T-t-tapi master.. dia yang berkata sendiri kok! Ya'kan Mash?" ucap Ritsuka membopong Mash.

Mash pun mulai mengangguk. Julia pun menghela nafas dan akhirnya mau mempercayai keduanya kalau itu adalah Enkidu yang palsu. Pertarungan sengit itu masih berlanjut dan keduanya masih bertarung tetapi, "Enkidu" yang sudah kehilangan kendali akhirnya menggunakan kekuatan penuhnya untuk menghancurkan musuh "ibu" dan Gilgamesh dengan lihainya bisa mengalihkan semua serangan tersebut. Tiba-tiba, ada yang aneh pada "Enkidu' palsu itu dan akhirnya ia pergi. 

"Apa kau baik-baik saja? Ah, seharusnya aku tidak menanyakan hal tersebut. Mari kita pulang saja dulu." ucap Julia menatap Gilgamesh.

Mereka berempat memutuskan pulang tanpa mengatakan satu kata di sepanjang perjalanan. Ritsuka dan Mash melapor terlebih dahulu tentang pekerjaan mereka dan langsung pulang. Merlin yang melihat raut wajah yang kelam di wajah mereka berempat bisa tahu apa yang baru saja terjadi tetapi, ia tidak bodoh untuk bertanya seperti itu.

Malam pun tiba, Julia menatap langit berbintang dari sudut jendela. Pemandangannya memang jauh berbeda dengan di kota yang penuh asap kendaraan setiap hari dan jarang bintang bisa muncul. Gadis itu mengingat sejarah bahwa Enkidu dan Gilgamesh dari musuh menjadi teman akrab. Mungkin bagi Gilgamesh, melihat kembali teman baiknya hadir di hadapannya membuat sedikit terkejut tetapi ia masih menahan dirinya. 

Tiba-tiba suara pintu mendapat ketukan.

"Sudah kubilang ku ingin sendi-" ucap Julia kaget. 

Gilgamesh datang dan duduk di tempat tidur. Julia yang terkejut melihat sang Raja sok tsundere itu masuk kamarnya menjadi terdiam dan sekali lagi, dia menghela nafas agar tidak salah tingkath dihadapan pria itu.

"Tidak ada yang menyuruh-m-m-mu masuk tau!" seru Julia.

"Memang tidak boleh ya? Semua yang ada di dunia ini adalah milikku. Itu juga termasuk kamarmu." ucap Gilgamesh menoleh.

"T-t-tapi tidak bisa seenaknya saja, tahu...Ngomong-ngomong... kesini ada apa ya.." ucap Julia gugup.

"Aku ingin menceritakan padamu kisah pertemuanku dengan Enkidu." ucap Gilgamesh monoton.

Gadis berambut pirang itu membeku seketika. Ia berharap Gilgamesh mau sedikit terbuka kepadanya, akan perasaannya. Yah, tapi untuk seorang Gilgamesh menceritakan tentang sahabat baiknya sudah langkah yang bagus. Julia pun berjalan menuju tempat tidur dan duduk disebelahnya.

"Baiklah, Aku akan memperbolehkanmu melakukan itu." ucap Julia dengan senyum.

"Ini akan jadi cerita sangat panjang, jangan sampai kau tertidur, mongrel."



Miracle of Golden Star of Singularity ( A Fate Grand Order Fanfic)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang