Chapter 4: The Sunset of the HORIZON

83 9 0
                                    

Hari itu, malam pun telah menyapa setelah ia membereskan beberapa piring yang ada didapur umum walaupun hanya pekerjaan biasa, Julia merasa telah dapat berbaur dengan masyarakat Uruk secara singkat. Mereka sangat baik dan memaklumi bahwa dia tidak bisa memasak. Maklum, seorang putri bangsawan hanya bisa memerintah dan memberi titah. Setelah menyelesaikan itu, dia melangkah keluar dari perumahan kecil itu. Berbeda dengan masa depan, dimana Chaldea tidak bisa melihat bintang dimalam hari, udaranya juga masih terasa segar.

Gadis bersurai emas itu melangkahkan kakinya kembali ke Ziggurat dan menghela nafas, kalau dipikir juga, baru dua hari dia disini tapi belum bisa bicara dengan sang Sang Raja karena dia setiap hari kemungkinan sibuk. Dia memejamkan matanya menatap dari kejauhan, kalau dibilang Raja Gilgamesh tampan juga, dia setengah dewa lagipula. Tanpa aba-aba, gadis itu mendatangi singgasana yang sepi itu. Dia masih berkosentrasi terhadap tablet yang pegangnya ya?

Gilgamesh yang merasakan kehadiran sang gadis hanya memfokuskan matanya ke pekerjaan yang ada didepan matanya. Ia masih punya tugas untuk diemban bagi kemakmuran negaranya. Julia hanya menatap dan merasa seperti di cuekin oleh sang Raja dan akhirnya...

“Apakah kau tidak capek bekerja setiap dan sepanjang malam, Raja Gilgamesh? Walaupun kau setengah dewa sekalipun pastinya masih ada batasnya..“

Julia pun akhirnya melontarkan sebuah kata-kata yang ingin ia katakan, walaupun sebenarnya dia khawatir kalau sang Raja akan jatuh sakit atau sesuatu.

“Aku tak butuh nasehatmu. Aku melakukan pekerjaan ini demi negara dan rakyatku. Kau anjing kampung jangan mengurusi masalahku. Aku sedang sibuk dan tak ada keinginan untuk meladenimu.“

Gilgamesh tidak punya waktu meladeni gadis tersebut, Julia hampir saja ingin mencekik pria ini karena memanggilnya dengan sebutan 'Anjing Kampung'.

“Hahaha, begitu. Tapi hari ini aku berhasil mengerjakan tugas pertamaku. Aku akan membuatmu berbicara denganku tanpa terkecuali, bleeh!“ ucapnya dengan nada yang kesal.

Tiba-tiba, Julia mengibaskan rambutnya dan meninggalkan sang Raja sendirian di singgasana, tiba-tiba Magus Bunga bernama Merlin tiba-tiba datang kepada sang Raja yang sedang sibuk mengerjakan urusan kerajaan. Merlin hanya tersenyum dan melihat betapa menariknya keadaan ini. Julia yang berjalan di koridor Ziggurat menggembungkan pipinya karena masih kesal dengan percakapan singkatnya tadi dengan Raja Gilgamesh.

“Memangnya dia siapa memanggil anjing kampung seenaknya saja... Kalau saja dia bukan Raja, aku sudah mencekiknya.“ Ucapnya mengumam dengan pelan.

Malam itu, semua sudah tertidur dengan lelap tanpa terkecuali sang Raja. Julia pun menarik selimutnya dan juga tidur pulas. Keesokan paginya, matahari pun bersinar dengan megahnya dan gadis itu mulai terbangun dari tidurnya.

Siduri yang sudah bangun sedari tadi sedang merapikan tablet-tablet yang akan dibacakan oleh sang Raja, suasana di singgasana pun ramai kembali.

Semua bekerja dengan khidmat tak terkecuali Siduri sedang menginstruksikan kepada Theta dan Ramis tentang pekerjaan sang gadis hari ini. Mereka pun mengangguk dan meninggalkan singgasana. Dikamarnya, Julia sedang menghabiskan sarapannya dengan lahap, kemudian kedua pelayannya kembali.

“Selamat pagi, Nona Julia.“

Kedua pelayan itu langsung membungkuk dengan hormat sambil memberikan tablet untuk pekerjaan hari ini. Julia pun tersenyum sambil mengambil tablet itu dari tangan Theta.

“Selamat pagi, dan terimakasih. Makanan Uruk enak-enak juga ya..tidak terbayang bagiku bisa memakannya sekarang..“ ucapnya dengan nada riang.

“Masakan Nona Siduri juga enak loh, Nona Julia! Apalagi kue mentega yang dibuatnya, sedap!“ Ramis dengan riangnya mengingat masakan Siduri serta kue mentega yang lezat itu, seakan seperti masakan dewa?

Theta pun mencubit lengan Ramis yang semakin tidak sopan itu membuat gadis berambut emas itu tertawa sedikit karena Ramis dimarahi tetapi Julia ingin kedua pelayannya tidak terlalu gila hormat kepadanya.

Setelah menghabiskan makanan dan berbincang sebentar dengan Theta dan Ramis, Julia pun berangkat akan mengantarkan tablet ini ke perbatasan di timur. Tanpa basa basi, ia pun harus menunggangi kuda yang diberikan oleh Siduri agar bisa sampai kesana tepat waktu.

Tanpa berlama-lama, ia pun sampai dan beberapa prajurit tersenyum menyambut kehadirannya, dia melambaikan tangan dan memberikan tablet sesuai dengan instruksi Siduri.

“..... Jadi, bagaimana dengan keadaan disini? Apakah semua baik-baik saja?“    ucap Julia bertanya sambil duduk.

“Yah..kalau Nona ingin tahu semua baik-baik saja. Benteng-benteng yang telah dibuat Raja Gilgamesh mampu menghalau semua iblis-iblis dengan mudahnya tapi tetap saja ada yang bisa melewatinya. Tetapi, dengan Jendral Leonidas, Benkei dan Ushikawaru yang di summon oleh sang Raja dapat menaikkan moral prajurit.“ ucap salah satu prajurit.

“Begitu.. Mungkin aku tidak bisa membantu banyak. Kalau butuh apa-apa, jangan sungkan-sungkan!“ Julia tersenyum dan berjabat tangan dengan para prajurit Uruk.

Walaupun situasinya genting, mereka masih bisa bersemangat demi keamanan negara mereka dan itu patut untuk dicontoh? Dalam perjalanan pulang, lagi-lagi senja kembali datang dan terlihat indah untuk ditatap.

“Tidak ada hal menarik apa? Aku bosanー“ gumam sang gadis.

Miracle of Golden Star of Singularity ( A Fate Grand Order Fanfic)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang