Selama seminggu kemudian menjalani aktivitas dan pekerjaan di Uruk, ia semakin bisa berbaur dengan khayalak umum seperti masyarakat Uruk terutama anak-anak dan ibu-ibu dari dapur umum itu. Walaupun begitu, masih belum ada progress sama sekali berbicara pada Raja Gilgamesh. Tapi kali ini, Julia berada di singgasana Ziggurat kembali seperti pertama kali ia diseret kemari oleh para prajurit Uruk. Tapi kali ini, Raja Gilgamesh yang memberikan pekerjaannya untuk hari ini yang membuatnya bingung.
“Kali ini akan ku tugaskan kamu secara langsung. Pergilah ke menara disebelah barat dan berikan pasokan air untuk para peneliti disana, kau mengerti?“ ucap Gilgamesh lantang.
“Baiklah, akan kulakukan dengan segera.“ ucap Julia mengangguk dan memberi hormat.
Tanpa aba-aba, Siduri pun menginstruksikan pasokan air yang sudah ada didalam kereta pengangkutan. Siduri juga tersenyum dan memberi makanan ringan dan minuman untuk dimakan disaat perjalanan. Julia merasa senang bisa berdekatan dengan baik dengan Siduri.
“Hati-hati dijalan ya, kalau ada apa-apa, panggil Merlin ya?“ ucap Siduri tersenyum.
“Tentu, tapi jangan khawatir Siduri! Aku bisa mandiri kok.“ Ucap Julia dengan senyum.
Akhirnya tiba baginya untuk menaiki dan menunggangi kereta pasokan air tersebut. Siduri pun segera berlari kembali ke Ziggurat. Sambil melihat pemandangan sekitar dan udara sejuk, gadis itu pun mulai menyanyi sebuah lantunan nada dengan sangat indahnya. Tanpa terkecuali, ia merasakan kehadiran orang lain didalam kereta kecil itu, saat membuka tirai tersebut ternyata sang Raja ada disitu duduk tanpa rasa bersalah sekalipun.
“Kenapa kau bisa ada disini? Siduri pasti sedang kecewa melihat tumpukan tablet yang berserakan.“ ucap Julia membiarkan pria itu.
“Siduri bisa mengatasi hal tersebut, lagipula aku punya sedikit urusan disana, jadi aku mau melakukan observasi.“ ucap Gilgamesh.
“Oh begitu. Ngomong-ngomong...bagaimana rasanya menjadi seorang raja, hm?“ tanyanya. “Bukan maksudku untuk menjadi tidak sopan tapi hanya sekedar bertanya.“
“Aku disini mengemban tugas sebagai Raja Uruk, jadi aku tidak bisa merasa enak-enakan dengan posisiku. Lagipula, aku telah sekali menelantarkan Uruk..“ ucapnya.
“Kemana Enkidu? Apakah dia tidak ada disini, hmmm?“ tanya Julia sambil makan.
Mendengar nama tersebut, Gilgamesh hanya terdiam dan tidak membalas ocehan sang Gadis. Kalau dipikir-pikir, kemana Enkidu? Bukannya dia teman baik Gilgamesh? Karena Gilgamesh tidak mau bicara lagi, ia pun hanya terdiam juga. Sesampainya di menara tersebut, tiba-tiba Gilgamesh menghilang dari kereta yang ia tumpangi, sementara para prajurit yang ditugaskan menjaga menara pun membantu mengangkat pasokan minuman dan makanan.
“Terimakasih atas bantuannya. Kalau tidak ada kalian, aku minta bantu kepada siapa? Ehehe..“ ucap Julia tersenyum.
“Jangan sungkan-sungkan Nona. Kami akan selalu membantu dan menjaga keamanan kok!“ salah salah satu penjaga yang tersipu malu itu menjawab.
“Baiklah, Nona. Bagaimana kalau beristirahat dulu? Kami ingin mencatat pasokan dan barang-barang yang datang. Pergilah ke sisi pantai saja dulu. Kalau ada apa-apa, panggil kami.“
Mendengar jawaban tersebut, ia mengangguk dan berjalan menuju pesisir pantai disebelah menara. Airnya bening dan juga udaranya sejuk. Tiba-tiba Gilgamesh muncul di belakangnya, membuatnya kaget.
“Darimana saja kau? Kupikir kau hilang. Ah, dasar kau Gil!“ ucap Julia kesal.
“Kan sudah kubilang, aku sedang observasi sekitar menara. Dan barusan apa kau bilang? Gil?“ ucap Gilgamesh melipatkan tangan di dada.
“Iya, Gil. Gilgamesh terlalu panjang jadi disingkat Gil saja. Masalah?“ jawabnya. “Apa? Mau marah?“
“Terserah kau sajalah. Ayo pulang.“ ucap Gil menengok kepada prajurit yang memanggil namanya.
Gadis itu pun beranjak dan menghampiri para prajurit yang baru saja berbicara padanya beberapa menit yang lalu. Mereka pun berpamitan kepada sang gadis tersebut dan melihatnya pergi. Selama di perjalanan, sepi kembali rasanya.
“Aku bosan. Karena kau berasal dari masa depan. Ceritakan sesuatu untuk menghibur Raja seperti ku. Jarang sekali orang-orang bisa menceritakan pengalamannya secara langsung.“ ujar Gilgamesh sambil melihat pemandangan luar.
Julia menatap ke belakang sekilas, memikirkan cerita apa untuk diceritakan. Menghela nafas, “Dikisahkan ada seorang gadis cantik jelita bernama Nirmala yang dijual oleh keluarganya untuk membayar hutang keluarganya, ia dijual kepada pejabat kaya raya dan dinikahkan.“
Mendengar cerita tersebut, Gilgamesh pun melontarkan pertanyaan, “Kisah seperti ini sudah banyak. Jadi dimana daya tariknya?“
“Sabar dulu sih. Jadi, setelah kejadian itu. Beberapa bulan setelah dinikahkan, kehidupannya pun membaik tetapi dihari dia pergi ke kota dan menemukan sebuah buku terlarang...“ ucapnya lagi.
“Buku terlarang?“ tanya Gilgamesh.
Julia pun mengangguk dan menceritakan bagaimana Nirmala dikutuk oleh Dewa karena telah membuka buku terlarang itu. Karena semakin hari, kesehatannya mulai menurun dan raut wajahnya tidak bersinar lagi. Kemudian, puncaknya dengan api berwarna putih itu Nirmala menghabisi semua orang disekitarnya. Karena kutukan tersebut juga dirasakan oleh para keturunannya dimasa yang akan datang. Sebab itulah, Julia menceritakan masa lalu dari leluhurnya yang ia dengar dari neneknya, Meirin.
KAMU SEDANG MEMBACA
Miracle of Golden Star of Singularity ( A Fate Grand Order Fanfic)
FanficTerlahir menjadi keluarga yang lumayan terpandang tidaklah mudah bagi seorang gadis bernama Julia. Dengan ribuan ekspetasi bagi keluarga Wincott kala itu membuatnya terbebani tetapi setelah ia bekerja di Chaldea, dia menemukan sesuatu yang berharga...