Chapter 3: Her Normal Life in URUK

93 8 0
                                    

Keesokan paginya, matahari bersinar dengan megahnya melalui jendela tanpa kaca yang terlihat dari tempat tidurnya. Sang gadis perlahan beranjak bangun dari tidurnya. Kedua pelayan yang baru saja ia kenal kemarin membantunya untuk mandi dan bersiap-siap. Julia dengan sigap masuk kedalam bak mandi yang luas nan megah itu.

Baru kali ini ia merasakan pemandian yang ada di Uruk itu sendiri, tanpa ada yang menganggunya sama sekali dan juga sangat kesepian. Ia masih belum melupakan bagaimana Romani melakukan hal ini.

“Bagaimana airnya, nona Julia?“ tanya Theta dengan lembut.

“Nona Julia sangat cantik seperti bintang malam, mungkin kecantikannya melebihi dewi sekalipun!“ ucap Ramis yang lantang.

“Oh, ini enak sekali dan menyegarkan. Terimakasih untuk pujiannya, tetapi aku merasa biasa aja. Hehehe.“ ucapnya sedikit tersipu malu.

Setelah selesai mandi, ia menggunakan baju tunik berwarna putih dengan alunan nada berwarna merah yang telah disiapkan oleh Siduri. Walaupun, kedatangan sang Gadis tidak diperkirakan, sang Raja ingin menganggapnya tamu kehormatan Uruk. Setelah dirasa siap, Julia menemui Siduri dan ingin bertanya dengan tugas apa yang harus ia lakukan hari ini.

“Pagi, Siduri.“

Gadis itu menyapa menghampiri sang wanita yang memegang tablet dalam genggamannya dan membenarkan cadarnya. Siduri pun tersenyum dan menatap dengan perlik matanya yang berwarna kecoklatan.

“Selamat pagi, Nona Julia. Apakah tidurmu nyenyak semalaman? Maaf karena Uruk hanya bisa memberikan ..tidak banyak.“

Siduri membalas salamnya dan menanyakan tentang tidurnya dan kenyamananya selama berada di Ziggurat, Siduri hanya ingin tamu yang ada di Uruk selalu terjaga kenyamanannya.

“Tentu saja, aku merasa nyaman disini! Pemandian air panasnya enak dan aku merasa berterimakasih karena bertemu dengan orang baik. Apa jadinya, kalau aku terdampar di padang pasir? Aku merasa bersyukur, terimakasih Siduri!“

Siduri pun merasa lega mendengarkan perkataan yang dilontarkan oleh sang gadis berambut emas tersebut, mata birunya seperti lautanya yang menghanyutkan sampai Siduri lupa menginstruksikan pekerjaan yang harus ia terima hari ini.

“Oh ya, sang Raja menitip salam dan juga pekerjaan yang akan kamu lakukan hari ini adalah membantu para ibu-ibu memasak! Mereka kekurangan orang di dapur umum, jadi.. Kau harus membantu mereka.“

Pekerjaan pertamanya adalah pergi ke dapur, Julia pun mengangguk tidak mau membuat Siduri kecewa kalau sebenarnya, ia tidak bisa masak atau melakukan pekerjaan memasak-masak. Tapi, ia mengira akan diberikan pekerjaan untuk menangkap atau membunuh monster yang ada diperbatasan kota, tapi sepertinya ia salah.

“Baiklah. Kalau begitu, aku harus bergegas ke dapur umum. Terimakasih telah memberikanku pekerjaan, Siduri!“

Julia pun tersenyum dan Siduri menginstruksi kan semua denah peta untuk dipergunakan jika ia tersesat ditengah kota.

“Jangan berterimakasih padaku, berterimakasihlah pada Raja Gilgamesh. Kalau begitu, aku pamit terlebih dahulu.“

Wanita bercadar itu langsung pamit dan sekilas Julia melambaikan tangan dan berjalan sampai gerbang didepan Ziggurat. Udaranya lebih segar ketimbang di masa depan. Karena, efek polusi dan gas pabrik membuat dunia di masa depan seperti tidak layak untuk bernafas lagi, ia pun berjalan sambil menatap kegirangan karena kotanya selalu ramai.

Julia juga tidak lupa memakai cadar untuk menutup wajahnya agar tidak ada curiga darimana dia berasal, sesampainya di dapur umum. Banyak sekali ibu-ibu dan gadis-gadis yang sedang memasak. Julia pun memperkenalkan dirinya dan harap mereka memakluminya karena ini pertama kalinya ia masuk kedalam dapur, semuanya tertawa tetapi mulai fokus dalam pekerjaan yang ada didepan mata mereka.

Pekerjaan pertamanya berakhir dengan sukses, tanpa sadar senja pun mulai bersinar di langit.

Miracle of Golden Star of Singularity ( A Fate Grand Order Fanfic)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang