Keesokan malamnya Thomas datang kerumah Lilly, ia terlihat sangat tergesa-gesa seperti dikejar hantu dengan peluh yang membasahi tangannya.
Sesampainya didepan pintu rumah Lilly, ia langsung mengetuk pintu dengan cepat tanpa jeda.Keluarlah Armand, yang mengatakan bahwa Lilly sedang pergi bersama Sam.
Namun tak butuh waktu lama, sebuah mobil hitam dengan Sam dan Lilly didalamnya berhenti tepat didapan halaman rumah Lilly.
Melihat kedatangan Thomas, Lilly langsung berpikir hal penting apa yang membuat Thomas kerumahnya malam-malam seperti ini.
Kemudian Lilly meminta izin kepada Armand untuk pergi lagi sebentar.
Sesampainya ditempat sepi yang dekat sebuah hutan, Sam, Lilly dan Thomas turun dari mobil Sam.
"Keadaan memburuk, Lill. Para tetua Elf telah dibantai. Kau harus segera pergi ke Allion untuk menyelamatkan sisanya" ucap Thomas cepat.Sam dan Lilly terkejut kemudian saling bertukar pandang.
"Tenang, Tom. Aku akan kesana segera setelah ayahku kembali pergi bekerja diluar kota, dan itu masih 3 hari lagi. Bisakah kita bersabar sebentar" balas Lilly menenangkan Thomas yang terlihat panik.
******
Setelah peristiwa semalam, Lilly, Sam dan Armand menghabiskan waktu selalu bersama, melakukan kegiatan apapun dari mulai bermain catur hingga memasak bersama. Seakan tiga hari kedepan adalah tiga hari terakhir dalam hidup Lilly.
Bahkan Armand yang melihat Sam sangat menyayangi anaknya mulai berpikir bahwa Sam akan menjadi menantunya kelak.
*
Tiga hari berlalu sangat cepat, Armand pergi ke bandara diantar oleh Sam dan Lilly. Sebelum berpisah, Armand hendak mengatakan sesuatu pada Sam dan sedikit menjauh dari Lilly, tak ingin pembicaraan mereka didengar.
"Sam, jagalah putriku dengan baik apapun kekurangannya. Dan ingat, walaupun aku menyetujuimu, kau tidak boleh melakukan 'hal' itu dengan Lilly sebelum waktunya. Aku mempercayaimu, Sam" pesan Armand pada Sam yang menekankan pada 'hal' itu yang pasti sudah dimengerti oleh Sam.
Kemudian mereka berdua kembali menghampiri Lilly.Terdengar panggilan dari operator bandara bahwa pesawat yang ditumpangi Armand akan lepas landas dalam 5 menit.
Lilly yang tak bisa menahan air matanya lagi, langsung memeluk ayahnya tersebut. Armand yang juga sedih berusaha menenangkan Lilly dengan mengelus-elus rambut putrinya dalam pelukannya.
Armand juga turut memeluk Sam kemudian membisikkan sesuatu ke telinga Sam "Berjanjilah". Satu kata yang langsung membekas dibenak Sam.
Sam hanya menangguk kemudian Armand tersenyum pada keduanya seraya berlalu meninggalkan Sam dan Lilly yang belum melepas pandangannya dari Armand.
Dalam perjalanan pulang, Lilly terlihat sedih dan menitihkan air mata tanpa henti.
Air mata yang berarti banyak hal.
Ditinggalkan ayahnya, meninggalkan Sam dan tentu saja tugas berat yang ia hadapi nanti di Allion.Malam harinya Lilly, Sam dan Thomas berkumpul di pinggir hutan yang mereka datangi tiga hari yang lalu.
Tak ada satu patah katapun terucap dibibir Lilly kecuali isakan tangis lirih yang tersengar darinya.
Sam hanya memeluk tubuh gadisnhanya "Ingat pesanku, kau harus kembali secepatnya. Dan ingat pula kau lebih kuat dari yang kau tahu, mengerti?" gumam Sam pada Lilly yang terlihat sedang dalam titik lemahnya.Lilly hanya mengangguk kemudian berjinjit mengecup singkat bibir Sam yang lebih tinggi darinya.
Sam membalasnya dengan mencium kening, kedua mata, hidung dan kemudian berakhir dibibir Lilly tanda perpisahan.Sam berusaha, sangat berusaha menahan air matanya agar tak keluar saat ini.
"Sudah waktunya. Ayo Lilly" panggil Thomas yang berdiri beberapa meter dari mereka.
"Ini bukan perpisahan Lill, anggap saja kau akan pergi liburan mengunjungi kakakmu, okey" saran Sam pada Lilly berusaha supaya Lilly mengerti bahwa tak ada yang perlu dikhawatirkan.
Kemudian Lilly berjalan memasuki hutan bersama Thomas dan menghilang dibalik kabut meninggalkan Sam sendiri di heningnya malam, masih memandangi tempat Lilly menghilang.
Sam masuk kedalam mobil dan akhirnya meneteskan airmata yang berusaha ia bendung selama berada dihadapan Lilly.
******
Lilly dan Thomas menyusuri sulur-sulur pohon yang lebat dengan sedikit cahaya dari ujung tongkat yang dibawa Thomas.
Benda itu berbetuk tongkat, bercahaya tetapi saat dibuka, didalamnya ada sebuah pedang seperti pedang pemain anggar, bedanya adalah pedang yang dimiliki Thomas tidak dapat melengkung seperti pedang yang digunakan pemain anggar.
Beberapa langkah kemudian mereka menemukan gua kecil yang bercahaya. Saat mereka memasukinya, terdapat sebuah gubuk-gubuk kecil, persis seperti desa yang berada di pedalaman hutan tropis.
Tapi aneh, seperti tercium aroma rumput basah, darah dan asap bercampur jadi satu.
Lilly merasakan sesuatu dipunggungnya memaksa keluar. Rasanya sama seperti awal butiran emas berbentuk sayap akan keluar.
Tapi yang ini terasa lebih berat.
Seketika benda apapun itu, berhasil merobek bagian belakang bajunya. Beruntung ia memakai tang-top yang terbuka dibagian punggung.
Tapi yang ini berbeda, bukan sayap emas yang ia lihat melainkan sepasang sayap putih berukuran dua kali lipat lebih besar dari biasanya sudah bertengger dipunggungnya.
Lilly yang mulai menyadarinya pun ikut terkejut dengan perubahan pada sayapnya.
"Lilly, apa yang kau lakukan pada sayapmu?" tanya Thomas.
"Aku tak tahu Tom, kedua sayapku keluar dan berubah dengan sendirinya." jawab Lilly yang juga terlihat bingung dengan perubahan yang terjadi pada sayapnya.
Tapi Lilly merasakan sesuatu yang aneh dan segera mengatupkan kemudian menghilangkan sayap dari punggungnya itu yang hanya menyisakan butiran-butiran emas di tanah.
Karena jaket yang Lilly kenakan robek oleh sayap baru yang tiba-tiba keluar itu, alhasil ia hanya mengenakan tang-top saja sebagai atasannya.
Menyadari Lilly dengan pakaian seperti itu, Thomas melepaskan jaketnya kemudian ia berikan pada Lilly.
"Pakailah!" sahut Thomas.
"Thank's, Tom" jawab Lilly kemudian mengambilnya"Sepertinya Thomas sangat menghargai perempuan, tipe pria yang tak mudah tergoda oleh lawan jenisnya." Gumam Lilly dalam hati.
Sesaat pandangan Lilly yang teralihkan karena sibuk memakaikan jaket ketubuhnya, Thomas yang tadi berjalan didepannya pun sudah menghilang.
"Thomas...Thomas?!" panggilnya dengan berteriak.
Lilly terkejut saat tiga makhluk besar yang tingginya sepuluh kaki dengan rupa yang aneh datang menghampiri dan mengepung dirinya.
"Sepertinya mereka yang disebut Hederit, keturunan Troll yang dulu pernah diceritakan oleh Anna" gumam Lilly pelan hampir tak bersuara sambil mengatur napasnya karena ketakutan.