Tiba didepan rumah Sam, Lilly tak sabar mengetuk pintu.
Pintu terbuka, tetapi bukan Sam. Jessie, kakak Sam terkejut melihat penampilan Lilly yang lusuh dan berantakan.
"Lilly? Darimana saja kau? Bertarung dengan banteng di Spanyol dan meninggalkan Sam?" tanya Jessie pada Lilly yang diam terpaku didepannya.
"Saranku, cepat kau temui Sam. Dia dikamarnya, hanya melamun seperti kehilangan akal sehatnya" tanpa perlu Lilly tanya, Jessie telah memaparkan seluruh jawaban dari pertanyaan Lilly.
Lilly memandangi punggung Sam yang melamun di depan jendela kamarnya, berusaha menahan kerinduannya selama ini.
"Sam..." panggil Lilly pada sesosok pria yang terlihat hampir depresi didepannya.
Lilly melihat tubuh Sam menegak dan perlahan menoleh kearahnya.
Saat itu juga Sam bangkit dari lamunannya dan menghampiri tubuh Lilly, memegang setiap inci wajahnya.
"Ini benar kau? Aku tidak berhalusinasi kan?" tanya Sam pada Lilly yang berdiri mematung seraya menangis melihat keadaan Sam.
Lilly yang menangis sendu hanya menjawab dengan anggukan yang kemudian dibalas dengan pelukan dari Sam.
Tak ada satu kata pun yang terdengar selain isakan tangis mereka berdua.
Sam yang menatap wajah Lilly langsung mengecup bibirnya yang langsung dibalas oleh Lilly.
Kemudian mereka berpelukan melepas kerinduan mendalam diantara keduanya.******
Keduanya kini berada dirumah Lilly, tepatnya dikamar Lily yang bernuansa cokelat, terbaring ditempat tidur.
Lilly berbaring dengan lengan Sam menjadi penopang kepalanya.
"Kalau kau diutus paksa oleh Raja untuk menjalankan misi dan keselamatanku sebagai balasannya, apa kau rela melakukan hal itu? Walaupun menghianati kepercayaan seseorang?" tanya Lilly pada Sam yang terbaring disisinya."Tentu saja aku akan melakukan apapun agar kau selamat, Lill. Apapun itu" jawab Sam dengan pasti tanpa keraguan.
Sejenak Lilly berpikir, "apakah semua pasangan akan melakukan hal seperti itu demi pasangan hidupnya persis seperti yang Thomas lakukan? Apa seegois itukah aku pada Thomas? Pasti saat ini dia berpikir bahwa hatiku sekeras batu. Maafkan aku Thomas" gumam Lilly dalam hati.
"Apa yang kau bicarakan, Lill? Apa kau sedang diancam?" tanya Sam sedikit terkejut setelah memikirkan pertanyaan Lilly.
"Tidak, aku hanya penasaran dengan jawabanmu" sanggah Lilly dengan senyum dan memeluk tubuh Sam dari samping.
"Ohh, jadi kau mengetesku hah? Hah?" balas Sam tertawa dan menggelitik tubuh Lilly yang sontak merasa kegelian langsung turun dari tempat tidur dan berlari keluar seolah menghindari tangan-tangan jahil Sam.
Sam spontan mengejarnya dan berakhir terjatuh di lantai saat hendak menuruni anak tangga.
Melihat Sam yang jatuh tak sadarkan diri, Lilly sangat panik dan menggoyangkan tubuh Sam, berpikir bahwa dengan usahanya itu dapan menyadarkan Sam. Lilly juga memeriksa tubuh Sam, tetapi tak ada setetes pun darah yang keluar dari tubuh Sam.
"Sam, please bangun!"
Sam hanya diam tak bergerak sama sekali membuat Lilly semakin panik dan berlalu menghampiri telepon untuk segera menghubungi ambulance.Menekan tiap tombol telepon dengan tangannya yang begetar, berharap seseorang segera mereson panggilannya.
Mendengar suara seseorang merespon, Lilly yang sedang panik langsunh berteriak "Whillberd 24. Paradise, Ohio. Cepatlah".
Sekitar 15 menit ambulans datang dan membopong tubuh Sam.
Lilly tak bisa berhenti dari paniknya dan ikut masuk kedalam ambulans.
Setelah beberapa jam...
"Hey?" tanya Sam yang bingung melihat seorang perempuan tertidur disisi kiri Sam.
Lilly berusaha membuka matanya yang serasa pedih karena tak henti mengeluarkan air mata kemudian melihat Sam yang sudah tersadar.
"Oh Sam. Thank, God" sahut Lilly dengan wajah bahagia walaupun mata sembabnya masih terpampang jelas."Kau siapa? Aku dimana? Apa yang terjadi?" tanya Sam cepat dan menjauhkan tubuhnya dari Lilly.
Wajah bahagia Lilly langsung berubah panik seketika "Sam ini aku Lilly, kau dirumah sakit karena jatuh dari tangga rumahku. Apa kau tak ingat itu?" sanggah Lilly mencoba menjelaskan kejadian sebenarnya pada Sam.
Namun Sam masih terlihat bingung.
Pikir Lilly dalam hati "apakah dia hilang ingatan karena kepalanya terbentur? Oh tidak, Sam"Lilly membekap mulutnya menahan tangis kemudian berjalan ke luar ruangan dan menangis sekuat tenanga menumpahkan isi dihatinya.
Terdengar suara langkah kaki cepat lalu menghampi Lilly "bagaimana keadaan Sam, Lilly? Apa yang terjadi sebenarnya?" tanya Jessie dengan nada tak kalah panik mengetahui adik laki-lakinya tengah tertimpa musibah.
Dengan wajah menyesal, Lilly menceritakan kecelakaan itu, tak lupa Lilly juga memberitahu bahwa Sam tidak mengingat siapa dirinya. Suara Lilly hampir tak jelas karena ia menceritakannya sambil menangis.
Setelah mengetahui kronologis kejadian yang sebenarnya, Jessie langsung memeluk tubuh Lilly dan mengusap-usap punggungnya yang bergetar hebat "Shh, tenangkan dirimu, Lill. Aku akan menemui dokter nanti" jelas Jessie mencoba menenangkan.
Walaupun bukan Lilly yang menyebabkan Sam terjatuh, tetap saja Lilly merasa sangat bersalah karena saat itu Sam sedang bersamanya.
Jessie yang keluar dari ruang dokter langsung menghampiri Lilly dan menceritakan semua penuturan dokter yang menyatakan Sam mengalami gegar otak ringan dan kehilangan memori jangka pendeknya.
Jessie merasa sangat sedih ketika melihat tampang Lilly yang seolah terpukul, ia hanya mengatakan pada Lilly untuk pulang dan beristirahat setelah semalaman menunggu Sam sadar.
Lilly begitu saja mengiyakan saran Jessie dan melenggang pergi dari hadapan calon kakak iparnya itu.
Jessie yang memperhatikan cara berjalan Lilly terlihat layaknya seseorang yang tak punya arah tujuan, tak sanggung menahan tangisnya yang berusaha ia simpan sedari tadi agar Lilly tidak semakin terpukul.