Chapter 13

22 4 0
                                    

"apa harus seperti ini, Tom?"
Tanya Lilly dalam pelukan Thomas, hingga tak ada lagi jarak antara mereka.

"Maafkan aku, Lill. Tapi memang harus seperti ini agar kau dan aku bisa pergi dalam satu waktu" jawab Thomas masih dalam pelukan Lilly.

"Baiklah, ini akan membuatmu sedikit pusing. Tapi tahanlah, tak akan memakan waktu lama" tambahnya.

Sesaat kemudian mereka berpindah dari ruang makan rumah Lilly ke dalam ruang perawatan Sam yang untung saja dalam keadaan sepi, spontan Lilly melepaskan pelukan Thomas. Memecahkan kecanggungan mereka beberapa saat.

Sam masih terbaring tidur, dengan balutan kain perban di kepalanya juga selang infus yang melekat di tangannya.

Lilly tak tahan untuk segera memeluk laki-laki yang terbaring lemah dihadapannya, tapi..

"jangan bangunkan dia Lill, dia mungkin belum bisa menerima kita disekelilingnya" secara cepat tangan Thomas menarik tangan Lilly agar tidak mendekati Sam.

"baiklah, lalu apa yang akan kau lakukan padanya, Tom?" gumam Lilly cemberut menahan kekesalan pada Thomas.

"Stay tuned" bujuk Thomas seraya melambaikan tangan tanda untuk Lilly agar menjauh.

Lilly hanya mendengus kesal, terlihat ia mengucapkan 'what' tanpa suara disertai wajah tak terimanya karena di perlakukan seperti tadi.

Thomas berdiri di ujung tempat tidur Sam, tepatnya didekat kaki Sam. Ia mengangkat kedua tanyannya menghadap Sam dan keluarlah sebuah asap putih dari telapak tangannya yang membumbung keatas kemudian turun ke arah tubuh Sam seolah menyelimutinya.

Lilly yang melihat kejadian itu hanya diam terpaku, "how can?" ucapnya sedikit berbisik.

Thomas yang merasa konsentrasinya terganggu, sontak menoleh ke arah Lilly.

Mengetahui dirinya ditatap oleh tatapan intimidasi dari Thomas, Lilly langsung membekap mulutnya.

Thomas pun melanjutkan kegiatannya pada Sam.

Lilly tak mengerti apakah sebenernya yang dilakukan Thomas, hanya saja ia langsung percaya ketika Thomas hendak membantunya.

Setelah beberapa menit Thomas melafalkan beberapa gumaman tak jelas yang diyakini Lilly adalah mantra itu, akhirnya Thomas menurunkan tangannya.
Seketika udara yang menyelimuti Sam itu hilang bercambur dengan oksigen di sekitar mereka.

"Tunggu saja saat Sam sudah sad--"

"Lilly..."
Ucapan Thomas terpotong oleh Sam yang memanggil Lilly dengan nada lemah yang langsung ditanggapi oleh Lilly dengan berlari kearah Sam dari tempat dimana Thomas menyuruhnya menjauh tadi.

"Thank, God!" seru Lilly saat menghampiri Sam.

"Hai.."

"Hai.." Lilly menjawab panggilan Sam, tiba-tiba butiran air mata jatuh membasahi pipinya.

"Aku tidak apa-apa, Lill. Please berhentilah menangis, kau menyakitiku" gumam Sam pelan kemudian menghapus air mata di pipi Lilly dengan ibu jarinya.

"Kau tau kau yang hampir membuatku mati, kau Sam! Ku kira kau tak akan kembali, kau--"
"Shh, sekarang aku masih disini, Lill. Aku akan disampingmu, aku akan melindungimu, okey? Maafkan aku"

Lilly tak menjawab, namun langsung memeluk tubuh Sam.

"hm, aku disini Lill" Thomas berdehem, sejelak ia sangat merasa bersalah tengah mengganggu dua sejoli yang sedang saling melepas rindu. Tapi...

"Oh ya, Thomas. Kau ingat kan, Sam?"
"tentu aku ingat, Lill. Memangnya aku sepikun si tua Greg?" ucapan Sam membuat Lilly terpaku sejenak.
Tapi Thomas langsung angkat bicara agar Lilly kembali berpikir untuk menentukan kata-kata pada Sam.
"Bagaimana kepalamu, Sam?
"Lukanya masih sedikit perih, kurasa" jawab Sam sedikit terkekeh.

"Hai kalian, aku tidak tahu kalian datang. Padahal aku sedang di meja administrasi tadi"
Suara wanita yang khas memenuhi seisi ruangan tempat Sam dirawat. Untung saja tak ada pasien lain di ruang ini.

"Hai Jessie, aku dan Thomas datang sejak 15 menit yang lalu. Mungkin kau tak menyadari kami masuk" sanggah Lilly agar pembicaraan kedatangannya dengan Thomas tang tiba-tiba tidak diungkit lagi oleh Jessie.

"Sam, bagaimana kepalamu? Oh ya Sam? Lilly? SAM! KAU SUDAH TAK HILANG INGATAN?" teriakan Jessie sedikit membuat sakit telinga.

Bagaimana tidak, suaranya memantul dari empat dinding di ruangan itu dan membuat suaranya dua kali lipat lebih nyaring.

"Apa maksudmu Jess, tadi Lilly juga bertanya apa aku mengingat Thomas? Jadi apa aku hilang ingatan? Berapa lama? Lilly, tolong jelaskan padaku" pertanyaan Sam yang bertubi-tubi membuat Lilly diam sejenak, bukan untuk berpikir, tapi ia sedikit terkejut dengan respon Sam.

"I'm sorry, Sam. Aku bingung harus mulai dari mana. Jadi 3 hari yang lalu saat kau terjatuh dari tangga rumah Lilly, keesokan harinya ketika kau terbangun kau tidak mengingat siapa Lilly hingga hari ini" ujar Jessie mencoba menjelaskan pada Sam.

"Oh, God. Lilly, maafkan aku" ucap Sam meraih tangan Lilly.

"Itu tidak penting lagi Sam, kau harus hargai tiap waktu bersama Lilly kali ini" sergah Thomas dengan senyum manis yang menghiasi wajahnya.

***

Beberapa jam setelahnya, Lilly dan Thomas pergi ke caffetara di area rumah sakit untuk mengisi perut mereka.
Seusai mendapatkan makanan, mereka pun duduk di bangku kosong yang berada di dalam ruangan tersebut.

"Jadi, Tom. Bagaimana kau melakukannya?" tanya Lilly yang berkutat dengan makanan didepannya.

"aku hanya mengembalikan ingatannya saat terakhir dia bersamamu, saat itu adalah saat dimana ia terjatuh. Aku hanya menghapus sisanya" jawab Thomas dengan nada tenang.

Lilly hanya merespon dengan anggukan dan lekukan bibirnya yang membentuk huruf 'o'. Membuat Thomas tak tahan dan tertawa dengan kelakuan temannya itu.

The Last LegacyWhere stories live. Discover now