Butuh waktu lama bagi Lilly untuk sampai dirumahnya yang sepi dengan berjalan kaki dan pandangan kosong seolah neratapi nasib naasnya hari ini.
Tak ada seseorang yang bertanya keadaannya, bahkan tak ada ayahnya yang selalu menunggunya pulang.
Lilly menjatuhkan tubuhnya dikasur dan menangis lirih.
Samar-samar ia mencium aroma kayu manis bercampur vanilla itu lagi.
Melihat jendelanya yang tertutup, Lilly berpikir bahwa ia sedang berhalusinasi, kemudian kembali menenggelamkan kepalanya pada bantal."Lilly, kau lupa aromaku atau sengaja menghiraukannya?"
Suara laki-laki itu seperti familiar di telinga Lilly, spontan Lilly menoleh dan mendapati Thomas sedang berdiri di ambang pintu kamarnya.
"Tom? Bagaimana kau masuk? Dan apa yang mau kau lakukan lagi padaku?" tanya Lilly cepat karena terkejut.
"Kau lupa aku ini apa? Oh ya, soal itu aku minta seribu maaf darimu. Tolong maafkan aku, Lilly. Saat itu aku dijebak" sanggah Thomas dengan wajah memelas.
"Baiklah, aku juga sudah memaafkanmu. Untuk apa kau kemari? Aku sedang tidak selera melakukan apapun" gumam Lilly sedikit menahan tangis.
"Ada apa denganmu? Apa kau putus dengan Sam?" tanya Thomas sedikit mengejek.
"Diam kau! Sam lupa ingatan karena jatuh dari tangga kemarin malam" air mata Lilly tak bisa dibendung lagi kemudian keluarlah butiran air mata itu dari pelupuk mata Lilly yang membuat Thomas terkejut.
"Maafkan aku lagi kali ini. Aku tak bermak--"
"Tak apa Thomas, bisakah kau meninggalkanku sendiri?" potong Lilly sesaat sebelum Thomas menyelesaikan kalimatnya."Baiklah, aku akan kembali setelah kau merasa baikan" tambah Thomas yang kemudian menghilang menyisakan kilauan perak dilantai tempat ia berdiri tadi.
"tadi dia menghilang? Ah sudahlah"
Lilly melanjutkan kegiatannya kembali yaitu menenggelamkam diri di tempat tidurnya sambil menangis lirih.
Badannya tersentak lalu tersuduk, berpikir sejenak kemudian menghampiri meja belajarnya di depan lemari pakaian.
Lilly membuka sebuah kotak hitam berisikan kalung pemberian Sam saat ulangtahunnya "munggkin ia akan ingat dengan ini" kemudian Lilly mengenakan kalung itu dan tertidur.
*
Terbangun dengan cahaya matahari yang masuk dari sisi-sisi kamarnya, Lilly lekas menyeka wajahnya kemudian duduk menatap cermin.
"ohh tidak, wajahku sangat kacau!" terkejut dengan keadaannya saat ini, ia sengera berhambur ke kamar mandi.
Lilly berusaha melupakan kesedihannya dan meyakinkan dirinya bahwa Sam akan kembali mengatnya.
"Think positive. Dia akan mengingatku kembali dengan benda ini" ucap Lilly dengan sedikit senyum sambil memegang kalung di lehernya. Kalung pemberian Sam.
Bunyi nada dering ponselnya sontak membuyarkan lamunan Lilly, setelah melihat layar screen siapa yang menelpon, teryera nama 'daddy' disana.
Lilly melihatnya langsung menggigit ibu jarinya, menimbang-nimbang apakah ia akan menjawabnya atau tidak.Kalau ia menjawabnya, pasti ayahnya akan menanyakan alasannya tidak memberikan kabar selama berhari-hari, "Tak apalah, sedikit berbohong untuk kebaikan" gumamnya kemudian menjawab telepon dari ayahnya.
"Sweetheart, dari mana saja kau? Ayah tak bisa menghubungi ponselmu dan telepon rumah juga tidak kau angkat. Apa terjadi sesuatu?" tanya Armand dengan nada panik.
"Tenanglah, dad. Aku tidak apa-apa. Ponselku terselip di kamar dan aku baru menemukannya. Oh ya, aku juga jarang berada dirumah karena mengajar judo, kau tahu kan. Maafkan aku membuatmu khawatir, dad" sanggah Lilly sedikit dengan suara bergetar karena takut ayahnya akan mengetahui ia berbohong.
"baiklah, dimana Sam? Ayah ingin bicara dengannya--"
"Sam sedang dirumah sakit, dad. Dia kecelakaan kemarin. Aku tak bisa..dia.." ucapan Lilly dengan suara lirih yang kemudian berubah menjadi isakan, membuatnya sedikit terbata-bata saat berbicara."ada apa dengannya, sweetheart? Okey, ayah akan dirumah dalam dua hari, bisakah kau menunggu ayah?" balas Armand dengan panik mendengar Lilly yang terisak di seberang telepon kemudian menutupnya.
"It's all my fault! Bodoh. Bodoh!" umpat Lilly sambil memukul keningnya frustasi.
"Ini bukan salahmu, Lill. Berhentilah memaki dirimu" ucap seorang laki-laki yang beada di depan Lilly, diseberang meja makan tempatnya duduk yang sontak mengagetkan Lilly.
"Tom, kau bisa menghilang?" tanya Lilly terkejut melihat Thomas yang tiba-tiba berada didepannya.
"Kau lupa aku bisa teleport? Baiklah lupakan itu tidak penting, yang penting sekarang adalah ingatan Sam" jawab Thomas dengan melipat kedua tangannya di dada
Mendengar nama Sam, Lilly langsung menerjapkan matanya, menunggu Thomas memeruskan ucapannya.
"apa?" sahut Thomas bingung melihat Lilly memandanginya dengan tatapan mengintimidasi.
"Kau bilang Sam tadi?" gumam Lilly menanggapi pertanyaan konyol Thomas.
"Ahh ya! Sam. Aku bisa membuatnya mengingatmu" Thomas tersenyum pada Lilly dan melipat tangan di meja.
"Bagaimana? Tunggu...kau bisa sihir?"