"Jangan sia-siakan waktu kalian menacari keabadian, lakukan hal yang bermakna selama kalian hidup dan kembalikan kedamaian di negeri ini" lanjut leluhur bangsa Hederith yang kemudian mundur untuk kembali bersama ketiganya lalu cahaya hitam pekat itu kembali ke langit.
"Tuan, sepertinya para Elf melarikan diri" gumam bawahan Raja itu kepada Rajanya dengan wajah terkejut.
"Kita tak memerlukan mereka lagi. Jadi biarlah mereka pergi" balas sang Raja yang juga terdengar diseluruh ruangan.
Bangsa Hederith yang sudah mencerna pesan dari sang leluhur akhirnya berhamburan keluar ruangan meninggalkan sang Raja yang masih memikirkan pesan sang leluhur di singgah sananya.
Lilly tiba disuatu tempat yang hijau, banyak bunga bermekaran dengan sungai-sungai kecil di sekitarnya.
Ia kemudian sadar bahwa tempat ini adalah kampung halamannya, tempat tinggal Elf dan Ofridate, Allion.
Disana Thomas dan beberapa Elf lainnya langsung menyambut Lilly.
Mendapati seseorang didepannya adalah orang yang menghianatinya selama ini, Lilly memasang wajah murka pada Thomas.
"Aku bisa menjelaskannya, Lill. Jadi tolong dengarkan aku" ucap Thomas memohon.
"Lill, dia benar. Kami punya alasan dibalik kejadian tadi" tambah Anna yang langsung membuat Lilly mundur beberapa langkah kebelakang.
"Kami? Jadi kalian bersekongkol?" timpal Lilly yang merasa emosinya memuncak.
"Kami telah lama menunggumu, Lilly"
Kalimat itu keluar dari salah satu Elf murni, yaitu Elf api yang terbaring masih terlihat lemah namun berusaha terduduk dipelukan Anna."Kami bertiga sebelumnya menyerahkan diri agar bangsa Hederith tak lagi menyerang bangsa Ofridate. Kemudian kami menugaskan Thomas membawamu kemari" tambahnya meyakinkan Lilly.
"Ya, puncaknya saat malam aku mengunjungi rumahmu. Saat itu pasanganku hendak dijadikan santapan sang Raja" sahut Thomas yang berusaha membuat Lilly percaya.
Lambat laun raut wajah Lilly mulai berubah dan mulai mencerna penjelasan mereka.
"Pada kenyataannya, kedua orangtuamu adalah Elf murni yang membuat dan meminum ramuan kekal. Secara tidak langsung, kau meminumnya dari ASI ibumu sejak lahir dan menjadikan tubuhmu sekuat sekarang" gumam Anna mencoba menjelaskan.
"Hanya Elf murni yang dapat beradaptasi pada ramuan itu karena kedua orangtuamu sang pencipta ramuan sekaligus keduanya adalah Elf murni. Dengan itu, kau tak kebal dari ramuan atau racun apapun dibumi ini" tambah Anna.
Lilly mengatupkan sayapnya dan menghilangkannya, tanda bahwa ia sudah meredam emosinya.
Tanpa pikir panjang lagi, "Jadi bolehkah aku pergi? Aku merindukan dua orang di luar Allion" gumam Lilly yang merasa sedikit lebih lega mendengar semua rahasia hidupnya yang sungguh mengagumkan.
"Tentu, aku akan mengantarmu" sahut Thomas.
"Anna, bisakah kau yang mengantarku?" ucapan Lilly yang kelihatannya sengaja tidak memperdulikan Thomas berbicara.
"Aku akan menunjukkan jalannya, Lill. Tapi aku tak bisa ke dunia manusia bersamamu untuk kedua kalinya" balas Anna yang menghampiri Lilly.
Sesampainya diperbatasan, mereka berdua berhenti.
Tanpa mereka sadari, Thomas mengikuti keduanya.Dalam hati Thomas merasa sangat menyesal karena tak mengatakannya sejak awal.
Bagaimanapun juga, Lilly pasti tak akan lagi mempercayainya.
**
"Perjalanan berakhir, kau hanya harus masuk ke gua itu yang akan membawamu berpindah ke hutan tempat kau datang" jelas Anna panjang lebar yang hanya dibalas Lilly dengan anggukan pelan tak menatap Anna.
Sedikit berat bagi Lilly meninggalkan Anna yang selama ini menjadi bibi sekaligus sahabatnya, sehingga Lilly memanggil Anna dengan nama, bukan dengan sebutan bibi.
Mereka berpelukan dan menandai perpisahan mereka dengan airmata Anna tak berhenti mengalir menatap Lilly yang masuk dan menghilang di dalam gua tersebut.
******
Cahaya matahari menyilaukan mata langsung menyambut kembalinya Lilly di hutan tempat ia terakhir melihat wajah Sam.
Tanpa pikir panjang, tujuan utama Lilly adalah Sam.
Masih dengan keadaan tak percaya bahwa ia bisa keluar dari Allion, negeri yang sungguh aneh dengan para penghuninya yang menakjubkan juga menyeramkan.
Negeri yang membawanya pada kenyataan bahwa dirinya adalah sosok penting bangsanya.