Sebelas

3.9K 116 3
                                    

Bantu vote, ya.

Sore ini, sekitar pukul empat lewat, yang dilakukan kedua insan tersebut hanya berbaring ria diruang santai mansion Maxi. Sebuah serial kartun lah yang menjadi tontonan mereka kali ini.

"Lian" celetuk Zhelica.

Ia tengah berbaring diatas tubuh Maxi yang kini memejamkan kedua matanya. Ia tidak terlelap sama sekali, hanya sekedar memejamkan indra penglihatannya.

"Kenapa, sayang?" balas Maxi dengan mata yang mulai terbuka. Dirinya mengecup sekilas ujung kepala Zhelica yang masih fokus pada tv.

"Nanti Mama sama Papa pulang kesini, kan?"

Maxi berpikir sejenak.

"Aku gak tau, sayang. Mau ditelfon?" tawarnya.

"Boleh?" tanya Zhelica antusias. Kini fokusnya teralihkan pada rupa tampan prianya.

Maxi tak menjawab, tapi tangannya terulur menggapai benda pipih miliknya. Jarinya bergerak menggulir layar ponsel tersebut. Men- dial nomor yang ia beri nama 'Papa.'

Setelah deringan keempat, terdengar suara pria dewasa yang sangat amat familiar ditelinga keduanya.

"Hallo, Max"

"HAI, PAPA!"

Itu suara antusias Zhelica.

"Hey, sayang. Gimana? Sehat?"

"Sehat, Papa. Papa sama Mama lagi dimana?"

"Papa sama Mama lagi di pesawat, sayang. Seperempat perjalanan lagi Papa sama Mama sampai"

Mendengar jawaban calon mertuanya, sontak Maxi bertanya.

"Dari sana berangkat jam berapa, Pa?"

"Kalo di Belgia sekitar pukul sebelas malam"

"Siapa, Pa?"

Terdengar suara perempuan dibalik telfon. Itu suara milik Mamanya, Angel.

"Putri kecil kita, Ma"

"MAMA!" teriak Zhelica.

"Jangan teriak dong, Zhel. Nanti pengang kuping Mama"

"Mama, Lica kangen tau"

Andaikan jika mereka sedang videocall, pasti Rexi dan Angel akan melihat putrinya tengah mengerucutkan bibirnya.

Kekehan keluar dari dua belah bibir wanita paruh baya itu.

"Mama juga kangen, sayang"

"Mama nanti ke rumahnya Lian, kan?"

"Eum, Mama sama Papa ke rumah Lica dulu, sayang. Nanti hari H nya kita ke rumah Maxi"

"Kenapa gak langsung kesini aja? Lica kangen berat loh"

Zhelica sedikit melirik Maxi yang setia mengelus punggungnya dengan satu tangan. Tangan lainnya Maxi gunakan memegang ponsel yang masih terhubung dengan Rexi dan Angel. Maxi hanya diam mendengarkan. Ia memberikan waktu untuk berbincang antar orang tua dan anak tersebut.

Jari-jari mungil milik Zhelica senantiasa mengelus pelan rahang kokoh Maxi.

"Gak enak sama Maxi dong, Zhel"

Netra kembar Zhelica kembali melirik mata tajam Maxi yang kini tertutup.

"Yaudah deh, nanti Mama sama Papa kesana satu hari sebelum acara, ya? Sekalian liat dekorasi tempatnya"

Maximillian the Possessive GuyTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang