Dua Puluh Satu

1.9K 44 4
                                    

Bantu vote, yaa!

Pagi ini adalah hari dimana Maxi dan Zhelica akan pergi ke Thailand. Sesuai keinginan Zhelica, semuanya ikut, kecuali orang tuanya. Papa dan Mama Zhelica masih di Belgia, mereka berdua belum bisa pulang ke Indonesia apalagi untuk sekedar berlibur. Itu membuat Zhelica mengerucutkan bibirnya, mencebik kesal kala mendengar kabar itu. Tapi Papa-nya bilang, setelah pulang ke Indonesia, beliau akan mengajak dirinya jalan-jalan, khusus Sang Papa, Mama dan Zhelica.

***

Maxi dan Zhelica baru saja sampai di bandara. Mereka memang memutuskan untuk janjian disana. Untuk urusan hotel nanti, itu sudah menjadi tanggung jawab Daddy Maxi. Beliau sendiri yang menyanggupi. Dan untuk itu, segala keperluan mereka di Thailand sudah diatur.

"Gila! Kapan lagi gue bisa liburan gratis kayak gini" seru Revin kala dirinya menginjakkan kaki di bandara.

"Yaelah, Pin. Heboh amat lo, lebay tau gak" sahut Aston.

Revin mendengus, matanya melirik sinis ke arah sahabatnya itu.

"Lebay matamu"

"Lo si enak, setiap ada kerjaan ke luar negeri pasti gratis, sekalian liburan juga tuh. Secara kan pasti Maxi selalu bayarin buat karyawannya" lanjutnya.

"Lo juga pengusaha, bambang. Jangan norak, malu di liatin banyak manusia" ucap Aston sembari menunjuk kearah orang-orang yang memang mencuri-curi pandang ke arah keduanya.

"Itu mereka liatin gue karena gue ganteng. Gak aneh si, udah jadi rutinitas gue buat keliatan biasa aja pas di tempat umum gini" celetuk Revin dengan wajah tengilnya.

"Ck!"

Aston hanya bisa berdecak. Temannya satu ini memang agak-agak. Agak gak waras, udah kena saraf kayaknya.

"Ayo ah ke tempatnya Pak Bos, udah di tungguin pasti nih kita"

***

"Yo, hello bro!" pekik Revin dan Aston bersamaan kala netra matanya melihat Maxi dan Zhelica yang tak jauh dari tempatnya berdiri.

Keduanya berjalan cepat kala Maxi menengok kearahnya.

Saat sampai di hadapannya, mereka hanya mendapatkan tatapan yang menghunus tajam dari kedua bola mata lelaki jangkung itu. Sedangkan gadis mungil disampingnya memberikan senyuman paling manis.

"Malu-maluin" celetuk Maxi tiba-tiba. Tatapannya beralih menatap sekitar.

Mendengar hal itu, Revin dan Aston cengo. Sedetik kemudian kedua pasang mata itu membola, merasa terkaget-kaget dengan celetukan yang barusan mereka dengar. Malu-maluin? gumam keduanya.

"Buset dah, Pak, nge-jleb banget ini di rongga dada gueh" ucap Aston dengan raut wajah yang dramatis.

Maxi hanya menanggapi dengan raut wajah andalannya. Ia menganggap ucapan Aston hanyalah angin lalu.

"Yang lain mana?" tanya Maxi kemudian kala dirinya sadar hanya Revin dan Aston saja yang datang.

Aston dan Revin memang janjian untuk berangkat bersama, lebih tepatnya Aston yang nebeng di mobil Revin yang tadi disupiri oleh supir pribadi di kediaman Revin. Sebenarnya mereka juga janjian bersama Rogi, tapi anak kutub satu itu memilih sendiri karena akan menjemput pacarnya.

"Rogi jemput ceweknya dulu katanya" balas Revin sembari mendudukkan bokongnya di kursi yang memang tersedia disana.

"Terus Stell sama Riri mana? Kenapa gak bareng sama Abang-abang?" tanya Zhelica.

Maxi yang berada disebelahnya itu sontak menengok kearah Zhelica. Tangan kirinya terangkat untuk mengelus puncak kepala gadis itu. Rambut Zhelica ia biarkan terurai, Maxi sendiri yang menyuruh. Rambut indah gadisnya memang pantas untuk dipamerkan, Maxi suka itu.

Revin dan Aston saling pandang, berusaha mencerna pertanyaan yang terlontar dari bibir Zhelica.

"Eh a-anu, kita gak tau Bu Bos"

"Iya, Zhel. Gue sama si Astor gak janjian sama mereka berdua" balas Revin membenarkan ucapan Aston.

Zhelica mengerucutkan kedua belah bibirnya. Pandangannya terarah kebawah seolah menatap lantai yang sedang ia pijak.

"Kenapa gak jemput mereka tadi? Kan biar bisa bareng-bareng berangkatnya" lesu Zhelica.

Revin terlihat menggaruk belakang kepalanya. Untuk apa pula Zhelica ini menanyakan kedua perempuan itu pada dirinya dan Aston. Dia rasa tak sedekat itu dengan mereka berdua sehingga harus berangkat bersama.

Tubuh ringkih Zhelica tertarik menuju pelukan hangat milik Maxi. Dengan punggung yang terus diusap, Zhelica membalas pelukan hangat itu. Wajah cantiknya ia benamkan di dada bidang yang keras, menggigit-gigit pelan baju kemeja hitam yang tengah Maxi gunakan.

Maxi tak bereaksi, seakan gigitan-gigitan itu tak mengganggu dirinya. Ia hanya terus mengelus punggung sempit gadisnya, dan mengecup kening Zhelica beberapa kali.

"Mungkin bentar lagi mereka dateng, sayang. Tunggu sebentar lagi, ya?"

Zhelica mendongak, menatap wajah tampan Maxi dari bawah karena tingginya yang hanya sebatas dada Maxi.

Sebuah anggukan Zhelica berikan pada lelaki jangkung dipelukannya itu.

***

Sebuah mobil putih baru saja terparkir dihalaman rumah yang tidak terlalu luas. Rumah sederhana itulah yang menjadi tujuan Rogi pagi ini.

Seperti yang dikatakan Aston dan Revin tadi, sebelum berangkat ke bandara, Rogi memang menjemput terlebih dahulu sang pujaan hatinya, untuk berangkat bersama. Ia berangkat dengan sopir, tidak mungkin dirinya membiarkan mobil kesayangannya di bandara nanti.

Tok tok tok

"Assalamualaikum"

"Permisi"

Dapat Rogi dengar di dalam sana ada sebuah suara perempuan yang menjawab. Tak lama kemudian, seorang wanita paruh baya keluar dengan senyuman hangatnya. Rogi membalas senyuman itu singkat, ia sudah tak asing lagi dengan perempuan ini.

"Pagi, Tante" sapanya dengan tangan menyalami perempuan didepannya.

"Selamat pagi, Gi" balasnya, ia adalah Mama dari kekasih Rogi, Tante Mega namanya.

"Salma-nya udah siap-siap, Tan?"

"Udah kok, baru aja selesai sarapan. Nak Rogi udah sarapan belum? Sarapan disini, ya?" tawar Tante Mega. Ini yang Rogi suka, keluarga Salma, pacarnya, menerima dengan baik dirinya di keluarga kecil Salma. Ia selalu disambut baik oleh tuan rumah disini.

"Makasih sebelumnya, Tante. Rogi udah sarapan dirumah tadi" tolak Rogi halus.

"Mam" panggilan lembut itu terdengar tak asing lagi bagi Rogi.

Salma, gadis cantik jelita dengan mata sipit yang menjadi ciri khasnya. Gadis itu tersenyum malu saat matanya menatap sosok Rogi. Sedetik kemudian ia alihkan pandangannya kearah sang Mama.

"Salma sama Kak Rogi berangkat dulu, Mam" pamit Salma lalu menyalami tangan Mega, memeluknya singkat dilanjut dengan kecupan hangat di kedua pipi sang Mama.

"Hati-hati ya, sayang. Jaga diri baik-baik disana, inget pesan Papa tadi" beberapa wejangan Mega berikan pada anak semata wayangnya itu.

Tatapan Mega beralih pada Rogi "Tante titip Salma, ya, pasti cuma kamu yang dia kenal disana"

Rogi mengangguk "Iya, Tante, Rogi bakal jagain anak Tante"

"Rogi pamit ya, Tan" ucapnya dengan mengecup punggung tangan Mega.

"Assalamualaikum" pamit keduanya.

"Hati-hati, waalaikumsalam"

***

Maximillian the Possessive GuyTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang