Dua Puluh Lima

2.1K 81 30
                                    

Bantu vote, yaaa!

***

Maxi dan Zhelica baru saja turun dari mobil yang mereka tumpangi saat pulang tadi. Dengan Zhelica digendongannya, Maxi berjalan tanpa menimbulkan suara menuju lift guna ke kamar hotelnya.

Ting

Tiba dilantai dua puluh satu, saat Maxi ingin membuka akses pintu dengan kartunya, gadis dalam gendongan koalanya terbangun. Menguap lebar yang langsung di tutup dengan telapak tangan Maxi.

"Eum...Lian," gumam Zhelica dengan masih setengah sadar.

Maxi mendudukkan dirinya di tepi kasur dan Zhelica masih berada di pangkuannya. Mengusap rambut panjang Zhelica.

"Kenapa, hm? Kok bangun? Bobo lagi, babygirl,"

Sebuah kecupan Maxi daratkan di kening mulus gadis pujaannya.

"Lica mau ke Stell, mau bobo sama Stella," pintanya dengan bersiap akan turun dari paha Maxi.

Terdengar helaan nafas Maxi. Baru saja dirinya ada kesempatan lagi tidur berdua dengan kekasihnya.

"Jangan turun, sayang, biar aku gendong,"

Maxi berjalan keluar kamar, dan perlahan mengetuk pintu kamar di seberangnya.

Tak lama pintu terbuka menampilkan Stella dengan masih pakaian tadi saat mereka keluar. Bisa dipastikan Stella juga baru saja memasuki kamarnya.

"Eh Zhel, kamu kenapa?" tanya Stella saat melihat temannya berada dalam gendongan.

Zhelica tak menjawab. Matanya tertutup sempurna.

"Bisa minggir?"

Itu suara Maxi.

"E-eh, oh iya, masuk Kak," ucap Stella seraya menggeser tubuhnya ke samping, mempersilahkan lelaki jangkung didepannya untuk masuk.

Menelan ludah kasar kala pertanyaannya tak digubris sama sekali.

Begitu masuk, Maxi membaringkan Zhelica hati-hati di kasur bersprai putih itu. Setelah mengecup kening Zhelica, sorot mata tajamnya beralih kearah teman dari gadisnya yang berdiri di sudut kasur.

"Tolong gantiin bajunya, kalo bangun kasih tau gue,"

Stella mengangguk ribut.

"Iya Kak,"

Maxi keluar dari kamar gadisnya setelah beberapa saat menatap wajah tenang Zhelica, menyisakan Stella yang langsung menghela nafas lega kala matanya tak melihat siluet tubuh jangkung itu.

"Huh, deg-degan parah, njir,"

***

Maxi merebahkan tubuh lelahnya di kasur. Menatap langit langit kamar hotel yang berwarna putih itu. Tak lama matanya terpejam, ia tak tidur, hanya memejamkan mata.

Beberapa menit berselang, dirinya beranjak. Tubuh kekar itu hilang dibalik pintu kamar mandi.

Setelah berendam beberapa menit dalam bathtub, Maxi keluar dengan sebuah handuk putih yang menutupi sebagian tubuhnya, menyisakan perut sixpack hingga dada bidangnya.

Dirinya beralih pada sebuah lemari disamping tempat tidur, mengambil asal sebuah celana pendek berwarna coklat tua yang berada ditumpukan paling atas. Tanpa memakai atasan, Maxi mendudukkan bokongnya di ranjang dengan punggung yang bersandar nyaman di kepala ranjang. Matanya melirik kearah meja nakas yang terdapat laptop miliknya disana.

"Huft"

Lebih baik menyelesaikan pekerjaan daripada melamun tak bisa tidur, pikirnya.

***

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Jan 18 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Maximillian the Possessive GuyTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang