Enam

5K 135 0
                                    

Bantu vote, ya.

10.30

Setelah selesai dengan acara barbeque - annya, saat ini ketujuh remaja tersebut berada didalam ruangan bioskop pribadi milik Maxi. Ruangan ini sengaja Maxi desain sendiri untuk dirinya dan gadis pujaannya.

Memang tak besar, tapi dapat dikatakan bahwa ruangan ini cukup luas untuk berada disebuah mansion. Ruangan yang didominasi dengan warna hitam pekat itu diisi dengan sebuah layar besar tentunya, dan beberapa sofa.

 Ruangan yang didominasi dengan warna hitam pekat itu diisi dengan sebuah layar besar tentunya, dan beberapa sofa

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"Gila, keren banget"

"Keren si, tapi hawanya serem, item-item" celetuk Aston.

"Iya, serem. Kenapa warnanya gak lilac aja coba, kan lucu" gumam Zhelica yang masih terdengar di indra pendengaran mereka.

"Yaelah, Zhel. Item kan ciri khas nya laki lo" bisik Riri pelan, sangat amat pelan.

Takut kena bacok laki nya Zhelica.

Maxi yang sedari tadi diam pun, kini melangkahkan kaki jenjangnya kearah salah satu sofa disebelah kiri bagian atas, dengan menarik pelan tangan mungil Zhelica. Mendudukkan dirinya terlebih dahulu, lalu mengangkat tubuh Zhelica dan ia dudukkan disebelah kanan dirinya. Disusul Riri dan Stella. Sedangkan disofa bawah ada Rogi, Aston, dan Revin.

"Mau nonton apa, nih?"

"Horor sabi kali"

"Kayak berani aja lo" ucap Rogi sinis.

"Ah elah, Gi. Mumpung lagi banyakkan gini, jadi kan gue gak terlalu takut banget"

"Lagian kalo setannya muncul, tinggal peluk si Astor aja" timpalnya dengan senyum seolah menggoda Aston.

"Heh! Sembarangan banget congor lo. Nama gue udah bagus-bagus Aston Wiskey, lo seenak jidatnya maen ganti aja"

"Aston? Beton kali ah" ejek Revin.

"Gue aduin bokap gue, mampus lo Repin" ancamnya.

"Gak suka lah, ada kang cepu. Sana lo jauh-jauh, gue alergi kang cepu" ucap Revin dengan tangah seolah mengusir Aston.

Rogi yang sedari tadi sudah jengah pun berceletuk. "Lo pada diem bisa gak? Kalo mau ribut, sono balik. Lo ganggu disini"

"Si Rogi sekalinya ngomong panjang, malah bikin mental gue down tau" bisik Aston pada Revin.

"Jadinya nonton ap-"
Belum sempat pertanyaannya terlontar, ia disadarkan dengan suara yang terdengar horor ditelinganya.

Iyalah, orang film horor.

Kini ketujuhnya fokus pada film yang sedang ditayangkan. Maxi masih dengan tangan yang merengkuh pinggang Zhelica, dan kepala Zhelica yang bersandar nyaman didada bidang Maxi. Terlihat mata Zhelica yang mulai sayu, dan dalam hitungan detik telah berlayar ke alam mimpi. Saat ini memang sudah lewat jam tidur Zhelica. Benar-benar lewat.

Tangan kanan Maxi yang bebas, mulai mengusap pelan rambut gadisnya.

Sedangkan orang yang memiliki rencana nobar sendiri, setia memejamkan matanya. Awalnya hanya untuk menghindari penglihatannya dari layar bioskop, tapi lama kelamaan matanya terpejam sempurna menyusul Zhelica. Menyisakan Maxi, Rogi, Aston, Riri, dan Stella yang masih terjaga.

***

06.21

Pagi ini diawali dengan bangunnya sang pribumi, Maxi. Ia terbangun karena sinar matahari yang mulai menembus gorden kamarnya.

Setelah memastikan gadisnya tetap tenang dalam tidurnya, ia bangkit dan bergegas berjalan kearah kamar mandi. Melakukan ritual paginya sebelum berangkat ke kantor.

Jika kalian tanya teman-teman Maxi dan Zhelica, mereka menginap di mansion Maxi. Mereka tidur di dua ruang tamu.

Padahal niat awal tidak ingin menginap, tapi karena semalam sudah larut, dan terlalu bahaya untuk pergi keluar apalagi bagi perempuan, jadi mereka memutuskan untuk menginap.

Tak berselang lama, terdengar pintu kamar mandi terbuka menampilkan Maxi yang keluar dengan handuk putih yang menutupi bagian bawahnya. Kakinya kembali melangkah menuju walk in closet untuk mengenakan pakaian kantornya.

Saat keluar, netra biru lautnya menangkap siluet perempuan yang terduduk dikasur kingsize nya dengan kedua tangan yang mencoba mengucek matanya. Rupanya sang kekasih sudah terbangun dari alam mimpinya.

"Jangan dikucek matanya, nanti perih" peringatnya saat berada dihadapan Zhelica. Tangannya menarik pelan kedua tangan mungil gadisnya agar berhenti.

"Cuci muka dulu, ya? Nanti sarapan sama temen-temen"

Dahi Zhelica mengernyit.

"Kakak-kakak, Stella sama Riri masih disini?" tanya bingung.

"Iya, sayang. Semalam nginep"

"Sarapannya sama Lian juga?" tanya Zhelica linglung.

"Iya, sama aku. Kenapa?"

"Nggak papa" cengirnya.

"Yaudah, gih ke kamar mandi. Mau aku gendong?" tawar Maxi.

Bibir Zhelica mengerucut lucu. "Gak mau. Lica digendong terus sama Lian" ucapnya sembari berlari kecil menuju kamar mandi.

Sedangkan Maxi hanya tersenyum kecil.

***

"Aku izin ke kantor sebentar, ya? Nanti jam makan siang aku pulang" pamit Maxi saat berada di teras mansion.

"Iya. Lian hati-hati dijalannya, bawa mobilnya jangan kenceng-kenceng"

"Iya, sayang. Aku janji" ucap Maxi mencium singkat kening Zhelica. Setelahnya ia pergi meninggalkan pekarangan mansion dengan mobil kesayangannya.

Saat mobil sport Maxi sudah tak terlihat dipenglihatannya, Zhelica memasuki mansion dengan gontai.

Kini ia sendiri disini, setelah sarapan tadi, teman-temannya pamit pulang. Meskipun ada para maid dan bodyguard Maxi yang bisa dibilang tidak sedikit. Tapi tetap saja tak ada teman mengobrol.

Zhelica memilih masuk ke kamar Maxi. Mengambil laptop milik Maxi yang tergeletak di nakas samping ranjang. Lalu menyalakannya dan memilih menonton drakor untuk menghilangkan kesuntukkannya.

Lugu-lugu gini Zhelica penggemar beratnya salah satu aktor dari negeri ginseng tersebut, Cha Eun Woo. Dinding kamar Zhelica dirumah Papa nya pun, banyak terpajang foto aktor dengan kelahiran tahun 1997 itu. Eum, mungkin sama rata dengan foto-foto polaroid Maxi.

Selama hampir 2 jam Zhelica habiskan dengan menonton, ia mulai memejamkan matanya. Mungkin tidur juga salah satu cara menghilangkan kebosanannya.

Ini memang terlalu pagi untuk kembali tidur, tapi ia benar-benar tak ada kegiatan apapun lagi.

***

Maximillian the Possessive GuyTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang