𝐂𝐡𝐚𝐩𝐭𝐞𝐫 𝟓

117 21 0
                                    

— ୨ ★ ☆ ★ ୧ —

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

— ୨ ★ ☆ ★ ୧ —


Hari ini adalah jadwalmu keluar dari rumah sakit untuk sementara. Kali ini kau sudah meminta izin dengan benar kepada orangtuamu untuk pergi sendiri setelah meminta maaf untuk yang tempo hari. Kau juga sudah memastikan kondisimu saat check-up tadi pagi. Sempurna, meskipun sebenarnya terlalu beresiko-bahkan orangtuamu hampir tidak mengizinkan sebelum kau mengeluarkan kalimat andalanmu.

Kau mengambil tempat duduk yang sama seperti saat pertama kali ke sini, yang untungnya belum diduduki oleh siapapun. Di sebelahmu terdapat seorang gadis dengan pipi menggemaskan dan rambut pirangnya yang dikucir dua ke belakang. Dia tersenyum manis ke arahmu.

"Kalau begitu, show-nya akan segera kami mulai!" Setelah pengumuman tersebut diumumkan, penonton semakin banyak yang berkerumul.

Kamu tak sengaja melihat Emu dan Tsukasa yang mengintip dari balik panggung. Menyadari tatapanmu, Emu melemparkan sebuah cengiran, lalu kembali bersembunyi. Matamu mengerjap heran. Beberapa saat kemudian, bel berbunyi nyaring tanda show dimulai pun berbunyi. Kau menegakkan punggungmu, memperbaiki posisi duduk.

"Pada suatu masa, berdirilah sebuah kerajaan makmur yang dipimpin oleh seorang Raja yang bijaksana. Raja tersebut mempunyai seorang anak laki-laki yang sama bijaksananya dengan Ayahandanya. Keduanya amat dicintai oleh rakyat kerajaan tersebut."

"Suatu hari, sang Raja teringat akan umurnya yang sudah tidak muda lagi. Beliau pun memanggil putranya dan menyampaikan sebuah pesan untuknya."

Selesai bernarasi, Rui menebarkan pandangannya ke audiens. Di saat itulah tatapan kalian bertemu. Pemuda itu tersenyum, seakan berkata, "Akan ada hal menarik nanti, jadi tunggulah."

Show terus berlanjut. Para pemain bergantian naik-turun panggung. Melihat sosok mereka di atas sana seakan menyaksikan orang yang benar-benar berbeda. Hingga akhirnya klimaks pun tiba. Di adegan ini, Sang Pangeran tengah berusaha mencari Sang Putri yang menghilang dari hadapannya. Tanganmu sampai ikut mengepal saking tegangnya.

"Lalu kenapa, aku tidak bisa bertemu dengan Sang Putri?!" Tsukasa-sebagai pangeran- bertanya tidak terima. Lalu seakan menyadari sesuatu, ekspresinya berubah menjadi sedih, "Apakah... Sang Putri membenciku sampai ia tak ingin menatapku lagi?"

Emu-sebagai teman baik Sang Putri-menyangkal perkataan Sang Pangeran, "Hal itu tidak benar, Pangeran." ucapnya. "Saya percaya, Sang Putri sangat mencintai Pangeran. Itulah mengapa Sang Putri ingin menguji Pangeran agar Putri tahu seberapa besar cinta Pangeran kepadanya." Emu berkata dengan intonasi meyakinkan. Gadis itu membelakangi penonton dan merentangkan tangannya, "Sang Putri selalu menyaksikan Pangeran, di antara orang-orang ini! Temukan dan datanglah kepadanya!"

Dalam sekejap, orang-orang di penonton pun mulai ramai, berbisik satu sama lain. Kamu terheran-heran. Ada apa ini? Apakah ada extra di antara pengunjung? Atau mereka sedang melakukan teater partisipatif?

Di keadaan yang tak terkendali itu, Tsukasa tetap fokus dengan perannya. Dia turun dari panggung, menghampiri bangku penonton. Kau yang duduk dekat dari panggung kini bisa melihatnya semakin jelas. Kostum berjubah ala kerajaan dan yang ia kenakan terlihat sangat cocok untuknya.

Tsukasa meniti satu per satu wajah orang-orang di hadapannya dengan teliti, keramaian penonton pun mulai tak terkendali. Beberapa penonton bahkan menunjuk dirinya sendiri agar dipilih, namun Tsukasa tersebut hanya melempar senyum fanservice dan kembali mencari orang untuk ia pilih.

Beberapa saat berlalu, pandangan kalian akhirnya bertemu. Kau tersentak, agak salah tingkah. Namun pemuda itu malah tersenyum lega, seolah telah menemukan hal yang ia cari selama ini.

"Akhirnya aku menemukanmu, Putri."

Eh? Jantungmu berdegup kencang. Tsukasa berjalan mendekati tempatmu, sembari meneruskan perannya. Semakin dekat jaraknya denganmu, semakin bertambah kegugupanmu.

"Aku memang tidak pernah melihat wajahmu selama ini. Tapi tidak salah lagi, itu adalah kau."

Tsukasa menghentikan langkahnya di barisanmu. Dia mengulurkan tangan, mengajakmu bangkit dari bangku. Terkesiap, dengan ragu-ragu kamu menerima uluran tangan tersebut. Kamu berdiri dan berjalan melewati penonton lain. Kini kamu berdiri berhadapan dengan Tsukasa. Pemuda itu tersenyum lembut. Masih memegang tanganmu, dia bersimpuh dengan lututnya, mengucapkan dialog selanjutnya.

"Putri," panggilnya, "Maukah... kau menikah denganku?"

Sahut-sahutan mulai terdengar dan kau bisa merasakan wajahmu yang menghangat, mungkin sekarang sudah merah seperti tomat. Tsukasa-masih dengan perannya sebagai pangeran--menunggu jawabanmu. Kamu melirik ke arah panggung. Nene, Rui, dan Emu menontonmu dari sana, memberimu kode dengan anggukan.

Sorak sorai terhenti, sekitar kalian pun hening. Kini perhatian semua orang tertuju padamu, menunggumu menentukan alur selanjutnya. Akhirnya dengan sisa keberanian yang ada dan suara yang pelan, kau memberikan balasanmu.

"D-Dengan senang hati...." jawabmu malu-malu. Penonton kembali ramai bersahut-sahutan, bahkan ada beberapa yang bersiul. Kakimu terasa lemas. Tsukasa terkekeh. Pemuda itu bangkit, mengajakmu naik ke atas panggung.

Rui angkat suara, mengucapkan narasi terakhir untuk mengakhiri show.

"Sang Pangeran dan Putri pun menikah, dan hidup bahagia selamanya."

Tepukan tangan yang meriah saat itu akan menjadi suara yang selalu menggema di ingatanmu.

— ୨ ★ ☆ ★ ୧ —

Trivia:

*teater partisipatif/participatory theather: teater dimana penonton berinteraksi dengan para pemain atau presenter, seperti dengan mengundang penonton ke atas panggung

petrichor.Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang