𝐂𝐡𝐚𝐩𝐭𝐞𝐫 𝟖

140 19 10
                                    

— ୨ ★ ☆ ★ ୧ —

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

— ୨ ★ ☆ ★ ୧ —

Taman ini adalah taman terbuka hijau yang hampir seluruh bagiannya adalah rerumputan. Tidak terlalu banyak pengunjung, namun tidak juga terlalu sepi, cocok untuk bersantai. Kau berlari kecil memasuki area taman. Hembusan angin menerpa wajahmu lembut, terasa menggelitik. Tsukasa menyusul dengan berjalan sedikit lebih cepat.

Tiba-tiba kepalamu terasa sakit. Kakimu refleks berhenti bergerak. Kau memegang pelipismu, berdiam diri.

"(Name)? Kenapa?" Tsukasa yang berhasil menyusul langsung melihat gelagat anehmu, bertanya khawatir.

"Kepalaku sakit..." jawabmu. "Sepertinya aku kelelahan."

Tsukasa mengedarkan pandangan ke sekitar, menemukan sebuah tempat berteduh yang cocok untuk istirahat.

"Bagaimana kalau kita ke sana dulu?" usulnya. Kau mengangguk pelan. Tsukasa membantumu berjalan sampai ke tempat tersebut dan mendudukkanmu.

"Tunggu sebentar ya, aku akan kembali."

Kau menyandarkan punggungmu di bangku begitu Tsukasa menjauh dari pandangan. Kau menghembuskan napas, merasa tidak enak karena merepotkan pemuda tersebut.

"Harusnya aku tidak memaksakan diri..." keluhmu, agak menyesal.

Beberapa saat kemudian, Tsukasa kembali, menyodorkanmu sebotol minum air mineral. Kau menerimanya, "Terima kasih." ucapmu, "Maaf ya, jadi merepotkanmu."

Pemuda itu menggeleng pelan, "Tidak apa-apa. Kesampingkan itu, apa kau beneran baik-baik saja? Aku bisa memesan taksi dan mengantarmu ke rumah sakit."

Kau terdiam, memikirkan beberapa pertimbangan.

"Aku ingin sedikit lebih lama di sini," cetusmu akhirnya, "Toh, langitnya sudah mendung. Aku khawatir sebentar lagi akan hujan—biasanya jalanan macet kalau hujan."

Matamu menatap langit yang kini dibubuhi barisan awan gelap. Beberapa pengunjung satu per satu meninggalkan taman, mencari tempat berteduh.

Tsukasa setuju. Baiklah, dia mengambil tempat untuk duduk di sebelahmu.

Kalian berdua sama-sama melamun. Sambil menenggak pelan air minum, kau menatap sebuah wilayah yang kini kosong tanpa panggung ataupun bangunan apapun, membuatnya terasa sedikit lebih lengang.

"Panggungnya waktu itu ada di sana, ya" celetukmu pelan. Tsukasa mengangguk.

"Saat itu, kalau aku tidak ke sini dan menonton show kalian, kira-kira apa yang sedang aku lakukan saat ini ya..." pikirmu. Seketika kau kembali teringat bagaimana kau yang sedang berjalan-jalan dan tersesat di taman saat itu secara kebetulan menonton show tersebut.

"Mau memikirkannya sekarang pun tidak akan mengubah apapun kan," balas Tsukasa, "Daripada terpaku dengan masa lalu yang tidak bisa diubah, lebih baik fokus ke masa depan yang punya sejuta kemungkinan untuk berubah."

petrichor.Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang