15. Helper

48 33 8
                                    

Guys, harap bijak ya dalam membaca part yang ada perkelahiannya, kalau gak suka sama darah-darah skip aja silahkan...

💫Happy reading💫

* * *

Grazlie menarik pisau dari perutnya dengan penuh tenaga agar keluar, rasanya begitu perih. Seragam sekolah yang ia kenakan sudah berubah menjadi warna merah darah.

Pisau tajam mengenai Grazlie berhasil ia keluarkan, pisau itu jatuh bersamaan dengan tubuh Grazlie di jalan. "Ah shit!" umpat Grazlie terasa lemas, darah terus saja keluar mengalir.

"Mangkanya, gue bilang kasih kacamata itu ya kasih!" Borgha menertawai Grazlie terjatuh.

Lima pengincar tertawa menang melihat Grazlie, kelimanya tanpa banyak bicara jongkok di hadapan Grazlie jatuh, sedikit lagi tangan lima pengincar merampas kacamata.

Grazlie memejamkan mata berdo'a dalam hati meminta pertolongan kepada tuhan agar sakit pada perut tak terlalu terasa.

Saat tangan lima pengincar sudah menyentuh kacamata, Grazlie membuka mata tajam, langsung berdiri melepaskan rompi sekolah untuk menutup perutnya dari darah.

"Woah!" lima pengincar tertawa melihat Grazlie bangkit lagi.

Tanpa banyak bicara, Grazlie meluruskan pistol pada lima pengincar.

Lima pengincar was-was menjauhi Grazlie, wajah damai Grazlie berubah menyeramkan.

DOR

DOR

DOR

DOR

DOR

Tembakan berhasil mendarat mengenai kaki lima pengincar, awalnya Grazlie tak mau melakukan hal seperti itu, tapi berbeda setelah perutnya berdarah ulah pengincar. Dan lima pengincar masih beruntung Grazlie tak menembak ke leher.

Lima pengincar meringis ke sakitan, untuk ke dua kalinya kaki pengincar terluka hari ini.

Berhasil membuat sasaran ikut meringis, Grazlie melempar pistol jauh. Ia jalan mendekat lima pengincar mencoba kabur dengan kaki sulit berjalan.

"Jangan coba kabur." ucap Grazlie sambil menahan darah perut menetes ke jalan.

Lima pengincar yang hendak kabur menoleh lagi pada Grazlie, mengeluarkan lagi pisau tajam dari saku celanan yang masih ada.

"Oke, gue akan kabur setelah pisau sekali lagi mendarat di leher lo." ucap Borgha di setujui temannya.

"Langsung aja kita habisin kali ini." ucap Arroy geram karena kakinya terkena pistol.

"Dan kita akan dapat kacamata itu." lanjut Mike di setujui lainnya.

"Ya, gadis kayak gini emang harusnya di habisin." Erel tertawa hambar saat rasa nyeri pada kakinya terasa lebih sakit.

"Bener." sahut Doka menyetuji.

Grazlie melangkah mundur darahnya mulai lancar keluar menetes jalanan. Ia menggeleng-geleng tidak, jangan sampai pisau melayang pada lehernya.

Grazlie mengambil napas dalam menyentuh tombol kacamata bersiap untuk menekan tombol.

"GRAZ!"

Baru saja ia mulai ingin menekan, tapi mendengar panggilan tersebut Grazlie tidak jadi menekan tombol.

Suara familiar dari belakang tubuh Grazlie mendekat, tak lain ialah, Alez. Pria itu terburu-buru melepas helm sembarang arah, langsung menarik Grazlie berada di belakang tubuhnya.

Magic Glasses [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang