Di part kali ini panjang gak kayak biasanya, ya guys. Soalanya part ini spesial Grazlie dan Alez ehem ehem wkwk. Eits, tapi spesial bukan berarti part ini mulus tanpa gangguan...
Happy reading! <3
* * *
Active.
Grazlie sengaja menekan tombol kacamata, ia ingin berbincang pada kacamata tentang Qing. Grazlie sudah bolak-balik ke perpustakaan rumah mencari buku informasi lebih banyak tentang Qing namun, tak kunjung dapat.
Sekarang malam Grazlie berada di kamar, melipat dua tangan depan dada. Grazlie masih menggunakan pakaian tidur, padahal ia ingat Alez menyuruh berdandan rapi malam ini.
"Hai, tuan." sapa kacamata bersemangat.
"Kenapa tuan belum berdandan rapi? Bukan kah tuan mau berkencan dengan Alez?"
Grazlie memutar mata malas, ia sebenarnya tak terlalu bisa dalam memilih mana pakaian bagus seperti gadis-gadis lain, terutama berdandan.
"Tuan, coba tuan tanya pada diri tuan, apakah tuan suka dan cinta sama Alez? Lihat saja jantung tuan terus ingin meledak jika bersama Alez."
"Kalau jantung mau meledak tandanya suka gitu?" tanya Grazlie tak mengerti, ia tak mempelajari ilmu cinta.
"Iya tuan!" seru kacamata.
Grazlie heran sendiri, ini dirinya terlalu polos tentang cinta atau kacamata terlalu ahli tentang cinta? Kacamata ajaib memang beda.
"Tuan itu tidak sadar jika tuan mencintai Alez. Tuan merasa nyaman di dekatnya, tuan juga tidak masalah melanggar aturan bolos bersama Alez dan makan masakannya, tuan juga cemburu melihat Alez dengan wanita lain. Jika itu hanya teman, ada kah teman biasa memiliki rasa seperti itu tuan?"
Jujur saja, Grazlie tertampar. Apa yang di ucapkan kacamata benar. Pikiran Grazlie mulai kemana-mana, ia masih tak menyangka jika menyukai Alez. Tunggu, benar menyukai?
"Ayo tuan, nanti Alez datang dan tuan belum siap."
"Oke. Sebelum itu, lo udah dengar 'kan lima pengincar tadi bilang Qing ada di New York." ucap Grazlie lupa jika tujuannya menekan tombol ingin membahas Qing.
"Iya tuan. Informasinya baru itu, tuan lebih baik mengumpulkan banyak informasi setelah itu baru gabungkan semua informasi, karena Qing misterius. Saya tidak mau jatuh ke tangan salah tuan." ucapan kacamata terdengar bersedih.
"Lo akan gue jaga. Jika itu gak berhasil, sorry glasses."
"Kecil kemungkinan menemukan Qing dan mengakhiri permainan ini dengan menang, tapi saya akan dukung tuan. Aktifkan saya jika tuan dalam bahaya."
"Terima kasih. Kita lihat nanti gimana akhirnya."
"Pengincar banyak beraksi, karena Qing tidak di Indonesia. Kesempataan pengincar untuk mendapat pujian dan balasan dari Qing, sementara Qing menutupi keberadaan sesungguhnya, hanya memberi tahu nama kota. Berarti Qing benar-benar licik dan misterius tak memberi tahu banyak pada pengincar."
"Masuk akal." Grazlie menyetujui ucapan kacamata. "Dan berarti keberadaan kacamata milik Daddy yang udah di tangan kacamata serba hitam itu, ada pada Qing atau pengincar itu sendiri?"
"Rasanya tidak mungkin jika tidak di pegang Qing, karena Qing bosnya. Berarti jika pengincar tak banyak tahu tentang tempat Qing, jadi terbalik, Qing yang bisa melihat keberadaan pengincar, karena logikanya kacamata tuan Bobert ada di tangan Qing."
"Benar. Juga bukan berarti semua pengincar hanya tahu New York, kayaknya dari banyaknya pengincar tahu sedikit-dikit tentang Qing, jadi gabungkan dikit-dikit." Grazlie juga mulai berpikir logis.
KAMU SEDANG MEMBACA
Magic Glasses [END]
FantasyGrazlie Xendrick, hanya tersisa dirinya dalam keluarga Xendrick yang akan menjaga pesan dari keluarganya menjaga magic glasses di Indonesia. Bisakah Grazlie menjaga kacamata itu dari para pengincar? Akankah Grazlie membalas nyawa pengincar berpaka...