25. Terror

20 8 9
                                    

Malam ini Grazlie dan Ellieana duduk di kursi berdekatan di ruang santai. Mata Ellieana tertuju ke televisi gantung, tidak berkedip menonton film genre horo. Bagi Ellieana film horor itu seru, saking serunya tanpa berkedip ia tidak sadar tengah menggigit kuku, padahal tangannya menggenggam camilan.

Sementara Grazlie, sedang membaca buku sebelah Ellieana. Tentunya buku baru pemberian Alez tadi. Alez pandai memilih buku, sampai ia begitu menyukai buku berbahasa asing ini.

Suara musik tegang dari televisi semakin seru, Ellieana membulatkan mata merinding ketika suara tinggi bersamaan dengan tampilnya hantu mengerikan.

Grazlie menghela napas, suara tegang horor mengacau keheningan membaca buku. "Grazlie ke kamar." Grazlie beranjak dari kursi memegang buku.

"Iya." ucap Ellieana masih tertuju pada televisi.

Sambil berjalan mata Grazlie masih membaca tulisan di buku, meski begitu ia tidak tertumbur apa-apa. Baginya sudah biasa membaca sambil berjalan.

"Grazlie, handphone kamu tu, Alez ajak vidio call." mata Ellieana berhenti sebentar menonton kala atas meja dekatnya ada handphone Grazlie bergetar.

"Tunggu selesai baca buku. Biarin dulu." celetuk Grazlie lagi seru-serunya membaca.

Ellieana menaiki dua alisnya, Alez terus memanggil nomor Grazlie. "Itu pacar kamu loh sayang."

Tak ada sahutan.

Ellieana mengambil handphone Grazlie, "Yaudah, grandma aja yang angkat." ucap Ellieana menekan tombol hijau.

Ellieana mengedipkan mata beberapa kali, terpesona akan ketampanan pacar cucunya. Ia jadi tak sabar bagaimana jika Grazlie menikah dengan Alez, anaknya pasti tidak kalah cantik atau ganteng. Ellieana tertawa pelan, kenapa ia jadi berpikir seperti itu? Ada-ada saja memang.

"Selamat malam, Oma. Grazlienya mana?" tanya Alez dari seberang sana menikmati angin dingin di belakang rumah seperti taman.

"Selamat malam. Grazlienya..." Ellieana melihat belakang punggung Grazlie sudah menjauh menuju kamar.

"Maaf, ya Alez. Begini, Grazlie memang gitu kalau baca buku fokusnya ke buku. Itu Grazlienya lagi baca buku di kamarnya. Tadi sih dia bilang tunggu selesai baca buku."

"Yah... Gak papa, Oma." Alez tetap tersenyum sopan.

Ellieana menggelengkan kepala, ada-ada saja anak muda. "Grazlie!!!" panggil Ellieana.

Tidak ada sahutan lagi.

Ide jahil Ellieana datang. "Grazlie! Alez masuk rumah sakit!!" seru Ellieana seraya memanggil.

"Jangan gitu, Oma. Gak papa kalau Grazlienya lagi sibuk." suara Alez terdengar santai.

"Masa, bener gak papa?" tanya Ellieana meragukan Alez sesantai itu, lihat saja wajah Alez kini berubah datar.

Tak menunggu waktu lama, Grazlie cepat-cepat berjalan menghampiri Ellieana setelah mendengar kabar Alez masuki rumah sakit.

"Sakit apa?" tanya Grazlie mengerutkan alis.

Ellieana menahan tawa, Grazlie khawatir jalannya cepat sekali. "Ini handphonenya. Grandma mau lanjut nonoton." mata Ellieana tertuju lagi ke televisi.

Grazlie melihat Alez dari layar handphone sehat-sehat saja. "Grandma." Grazlie menghela napas berat.

"Maaf, sayang. Lagian kamunya juga." ucap Ellieana tidak berpaling dari televisi.

Grazlie berjalan menuju kamar sambil menatap wajah datar Alez. "Hello?" sapa Grazlie lebih seperti bertanya, soalnya Alez hanya diam.

Magic Glasses [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang