Warning! Di part ini ada kekerasan, di harap bijak ya pembaca tercinta! 💞
Di part ini akan ada Mamanya Alez, di part 7 bagian bawah-bawah ada Alez ceritain sedikit tentang keluarganya, jadi pas baca part ini jangan heran ya.
~♥~ ♡Happy reading♡ ~♥~
* * *
"Nanti bakal aku cuci potonya." Alez mematikan handphone selesai berpoto ria dan mengotak-atik handphone sebentar.
Alez menyenderkan kepalanya di bahu Grazlie, rasanya begitu nyaman. "Pinjam bahunya ya, mau tidur sebentar aja."
Grazlie menggangguk. Ia mengeluarkan handphone dari saku ingin bermain benda pipih sembaru menemani Alez tidur. Setelah layar handphone di buka sayangnya baterai Grazlie tinggal sedikit.
Handphone yang masih dalam genggaman Alez di dekatkan ke Grazlie. "Pakai hp aku aja."
Grazlie menggeleng, perasaan tidak enak muncul jika lancang memainkan ponsel bukan miliknya.
"Gak papa pakai aja. Kalau mau instal aplikasi instal aja." ucap Alez terdengar enteng, tak keberatan sama sekali.
"Beneran?" tanya Grazlie agak canggung.
"Iya, Grazlieee sayang." Alez menaruh handphone ke tangan Grazlie. "Sandinya nama kamu."
Grazlie menerima handphone Alez, ia menebarkan senyum. Mengetik sandi namanya, layar handphone langsung terbuka, Grazlie bergidik geli wallpaper menampilkan poto dirinya dan Alez barusan.
Menoleh ke bahu, di mana Alez sudah memejam mata. Grazlie menggeleng-geleng kepala, cepat sekali terlelap, tentu Alez kelelahan.
Grazlie melihat-lihat aplikasi di handphone Alez lebih banyak darinya, Alez lebih banyak menginstal game. Kebanyakan game lelaki, baik online ada juga offline.
Grazlie menahan tawa kala game Barbie Alez instal, ingin sekali ia tertawa kencang, tapi tidak mau Alez terbangun. Teman Alez berkata Alez seperti singa, Grazlie jadi membayangkan bagaimana teman Alez mengetahui sang bos memiliki permainan Barbie, pasti lucu.
Awalnya Grazlie ingin bermain game namun, kini tangannya lebih tertarik membuka WhastApp. Detak jantung Grazlie tidak menentu melihat nomornya di sematkan paling atas. Chat-chat lainnya di bawah bernama Rion, Heikkal, Visel, dan grup Sipervic, ya hanya itu. Grazlie melihat nomor kontak siapa saja yang Alez simpan, oh ternyata hanya empat, Grazlie, Rion, Heikkal, Visel.
Grazlie beralih membuka galeri, melihat poto-poto apa saja Alez simpan. Grazlie tersenyum tipis menggulir poto ke bawah kebanyakaan poto bersama barusan dan poto Grazlie sendirian, ia baru tahu sekarang Alez suka memotret wajah Grazlie secara diam-diam. Berikutnya beberapa poto Alez bersama geng motornya, pria itu memimpin paling depan sungguh mempesona di berbagai tempat. Bukan cuman bersama banyak anggota geng motor, Alez juga menyimpan poto bersama banyak teman laki memegang basket. Selanjutnya poto Alez sendirian, wajah tampan begitu memukau, tidak banyak, cuman sekitar lima poto sendirian, ia jadi tahu memotret diri sendiri bukan hobi seorang Alez. Alez juga mengoleksi tentang keindahan alam, mata Grazlie tak bosan melihat pemandangan indah berbagai lokasi. Dan berikut ada satu wajah perempuan paruh baya, entah itu siapa pastinya memiliki paras cantik.
"Graz." panggil Alez membuka sebentar matanya melihat Grazlie ada atau tidak. Memastikan Grazlie aman, ia melanjutkan tidur lagi.
Jemari kiri Grazlie mengusap pelan rambut wangi Alez agar lebih nyenyak tidur, sementara tangan kanan Grazlie memegang benda pipih.
KAMU SEDANG MEMBACA
Magic Glasses [END]
FantasyGrazlie Xendrick, hanya tersisa dirinya dalam keluarga Xendrick yang akan menjaga pesan dari keluarganya menjaga magic glasses di Indonesia. Bisakah Grazlie menjaga kacamata itu dari para pengincar? Akankah Grazlie membalas nyawa pengincar berpaka...