"Parkiran." ucap Grazlie berfikir lima pengincar kabur melewati parkiran. Iangsung berdiri di bantu oleh Ellieana sebelahnya.
"Grandma telfon penjaga sekolah dulu, nanti grandma nyusul." Ellieana beralih mendekat telfon panasonic di meja. Sibuk menekan angka untuk menghubungi satpam.
Grazlie keluar dari ruangan Ellieana, ia berjalan cepat menuju parkiran, yakin sekali jika lima pengincar belum jauh. Grazlie jalan tak menghiraukan banyaknya Siswi maupun Siswa menyapa dan mengata-ngatakan tentang Grazlie di dekati Alez.
Tak butuh waktu lama, Grazlie sampai di parkiran karena kecepatannya berjalan sudah seperti berlari kencang. Ia meneliti sekeliling mencari keberadaan lima pengincar itu.
Grazlie bungkam merasa perasaannya begitu panas juga pedih, ia sendiri tak tahu kenapa seperti ini. Pandangan di dekatnya membuatnya diam seribu bahasa, melihat Alez berjalan beriringan dengan gadis yang tak ia kenal. Di sana Alez memegang tempat makanan terhias rapi, gadis itu menggenggam jemari Alez penuh senyum. Wajah gadis itu terlihat semakin berbunga-bunga kala Alez membantunya masuk dalam mobil.
Grazlie berhenti menatap pemandangan yang membuat perasaannya pedih, kenapa juga ia merasa seperti ini?
"Grazlie! Itu pengincarnya." Ellieana sudah di samping, mengejutkan bagi Grazlie yang sedang melamun.
"Hei, ada apa?" tanya Ellieana memperhatikan raut wajah cucunya seperti sedih.
Tak menjawab pertanyaan Ellieana, Grazlie mendekati lima pengincar di tahan oleh satpam. Enak saja, ia tak mau lima pengincar itu berhasil lolos.
"Kedua kalinya gue bilang kabur gak akan nyelesain masalah." ucap Grazlie mendatarkan wajahnya.
Ellieana menghampiri satpam, menyuruh satpam menjauhi situasi sekarang.
Bugh
Grazlie menendang kaki Borgha, pria itu menendang perutnya tadi, sekarang Grazlie yang menendang.
"CEPAT LO BILANG DI MANA BOS LO!" sentak Grazlie. Biasanya ia berucap santai, sekarang suasana hatinya sedang memanas. Sekeliling sungguh sepi, bel masuk telah berbunyi, tapi masih juga ada yang bermesraan di parkiran.
Ellieana melihat Grazlie sedikit heran, tak seperti biasanya. Ia tak tahu apa yang baru cucunya lihat.
Borgha memegang kakinya perih. "Harus banget gue bocorin?" tanyanya sudah terlihat kesakitan terus-terusan berhadapan dengan Grazlie.
"Saya hitung sampai tiga, jika kalian berlima belum kasih tahu, siap-siap aja di teror, hahaha." tawa Ellieana mengancam lagi.
"Satu,"
"Dua,"
Lima pengincar tampak bingung.
"Ti-"
"AGH! SETAHU GUE QING ADA DI NEW YORK!" ucap Borgha membocorkan, sedari tadi merasa tertekan.
Grazlie dapat melihat tak ada kebohongan dari ucapan Borgha barusan, lima pengincar ini hanya mengetahui hal itu.
"Bagus." puji Grazlie.
"Kita hanya tahu itu, boleh kita berlima pergi dari sini?" tanya Mike sudah tidak sabar ingin menghilang dari hadapan Grazlie dan Ellieana.
"Silahkan, dengan senang hati." senyum Ellieana melambaikan tangannya.
Lima pengincar menghela napas legah, mereka sepertinya telah siap menanggung akibat dari bosnya, sebab telah membocorkan pada Grazlie.
"Sayang, informasinya cuman sedikit." Ellieana menatap sinis lima pengincar pergi menggunakan motor.
KAMU SEDANG MEMBACA
Magic Glasses [END]
FantasyGrazlie Xendrick, hanya tersisa dirinya dalam keluarga Xendrick yang akan menjaga pesan dari keluarganya menjaga magic glasses di Indonesia. Bisakah Grazlie menjaga kacamata itu dari para pengincar? Akankah Grazlie membalas nyawa pengincar berpaka...