**✿❀ ❀✿**
“Ji Ran-ssi.” panggil Do Hyun tatkala melihat Ji Ran hanya duduk diam seperti sedang melamun.
“Ya?” sahut Ji Ran.
“Kemarilah.”
Ji Ran beranjak dari tempat duduknya lalu menghampiri Do Hyun yang sedang memotong duri-duri dari bunga mawar.
“Bantu aku memotong ini.” ucap Do Hyun. Ji Ran hanya mengangguk lalu mengambil gunting dan mulai memotong duri bunga mawar di atas meja.
“Kau baik-baik saja? Dari tadi kuperhatikan, kau banyak melamun.” kata Do Hyun.
“Ah, aku baik-baik saja. Memang aku sedikit tidak sehat hari ini karena kemarin berendam terlalu lama.” jawab Ji Ran.
Do Hyun mengangguk paham lalu meletakan gunting yang di pegangnya. Ia memperhatikan tangan Ji Ran yang terlihat lihai menggunting duri. Setelah itu Do Hyun pergi sesaat lalu kembali dengan sebuah bunga dandelion.
“Ini.” kata Do Hyun.
Ji Ran terdiam sesaat sambil memperhatikan bunga Dandelion di tangan Do Hyun, setelah itu dia mengambilnya.
“Untukku?”
“Hm, untukmu.”
“Kenapa tiba-tiba?” tanya Ji Ran dengan ekspresi bingungnya. Lantas Do Hyun malah tertawa lalu menyahut, “Memangnya salah jika aku memberikan bunga kepadamu?”
Ji Ran ikut tertawa dan menggeleng, “Tidak. Hanya tiba-tiba saja. .”
Do Hyun tersenyum sekilas lalu duduk di tempatnya tadi. Ji Ran meletakan bunga yang diberikan Do Hyun tadi lalu melanjutkan pekerjaannya memotong duri mawar.
“Kau tahu arti bunga dandelion?” tanya Do Hyun.
Ji Ran berpikir sejenak lalu menjawab, “Harapan?”
“Yup, that’s right.” sahut Do Hyun, “Tapi sebenarnya ada makna lain selain harapan.”
“Apa itu?”
“Rapuh.” jawab Do Hyun. Lantas Ji Ran tak bergeming—dia hanya menatap Do Hyun dengan alis yang terangkat.
“Bunga ini tumbuh dengan bebas. Kemanapun angin membawa benih bunga ini berhenti, maka di situlah bunga ini akan tumbuh. . Mereka bebas dan tidak membutuhkan perawatan khusus seperti bunga-bunga yang lainnya.” ucap Do Hyun.
“..Tapi hati-hati jika menyentuhnya karena mereka sangat mudah hancur dan rapuh. Mereka hanya mekar di pagi hari, tapi pada malam hari mereka akan layu.”
Ji Ran mengalihkan tatapannya pada bunga dandelion yang tergelatak di sebelahnya.
“Kau tahu kenapa mereka menyebut bunga ini sebagai simbol harapan?” tanya Do Hyun, tapi dibalas gelengan oleh Ji Ran.
“Karena mereka mekar di pagi hari. Mereka seperti matahari yang memberi harapan setelah melewati malam yang panjang. Lihat saja bentuknya—bukankah mereka terlihat seperti matahari?”
Ji Ran mengangguk sebagai jawaban.
“Begitulah Dandelion. Liar, rapuh tetapi membawa harapan.”
Ji Ran hanya tersenyum tipis lalu memperhatikan bunga dandelion di tangannya. Tiba-tiba Do Hyun meraih satu tangan Ji Ran dan menggenggamnya dengan lembut.
“Kau baik-baik saja?” tanya Do Hyun.
Ji Ran yang kebingungan cuma bisa mengerjapkan kedua matanya dengan cepat sembari mengangguk kaku. Kemudian Do Hyun melipat ujung kaos Ji Ran yang menutupi pergelangan tangan gadis itu dan mendapati ada perban besar di sana. Ji Ran cepat-cepat menarik tangannya lalu menutup kembali perban itu dengan kaosnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
I'm Sorry, My Love ✔️
Fanfiction"The deepest pain is unseen by eyes. The Deepest sadness is unsaid by words." - Unknown Awalnya semua begitu manis tapi akhirnya menjadi pahit - Choi Ji Ran **Story about RM BTS & Choi Ji Ran (Y/N)**