※※※
“Duduklah nak.”
Namjoon dengan rasa gugupnya hanya bisa menuruti ucapan tuan Choi—ayah Ji Ran. Namjoon duduk di bangku kosong yang ada di sebelah pria paruh baya itu sambil sesekali ia menghela napas dalam-dalam dan menghembuskannya perlahan guna mengurangi rasa tegangnya.
“Ji Ran tahu kau kesini?” tanya tuan Choi sembari tangannya memberi makan ke kolam ikan di depannya.
“Tidak. Ji Ran tidak tahu.” jawab Namjoon. Tuan Choi mengangguk sambil tersenyum tipis. Kemudian ia menyerahkan kaleng berisi makanan ikan kepada Namjoon bermaksud meminta Namjoon untuk ikut memberi makan ikan-ikan peliharaannya. Namjoon tanpa ragu menerima kaleng tersebut dan ikut memberi makan ikan-ikan yang ada.
“Selain bernyanyi dan membuat musik yang bagus—apalagi hobimu?” tanya tuan Choi.
“Ah itu—” Namjoon diam sejenak dan berpikir hobinya yang lain. . setelah itu ia pun menyahut, “Membaca buku dan olahraga.”
Tuan Choi mengangguk-anggukkan kepalanya tanda mengerti. Di susul ibu Ji Ran yang datang membawa nampan berisi teh hangat untuk suaminya dan Namjoon.
“Terima kasih bu.” ucap Namjoon. Nyonya Choi hanya tersenyum sambil menepuk pelan pundak Namjoon, “Kau bisa pakai kamar Ji Ran jika ingin istirahat.” kata nyonya Choi.
“Ya. Sekali lagi terima kasih bu.”
“Sama-sama.”
Setelah itu nyonya Choi pun masuk ke dalam rumah—meninggalkan Namjoon bersama tuan Choi.
“Silahkan dinikmati sebelum tehnya dingin.” kata tuan Choi sambil mengambil cangkir teh miliknya lalu meneguknya sedikit.
“Ya ayah.” sahut Namjoon yang juga ikut meneguk teh miliknya.
“Ah~ teh buatan ibu Ji Ran memang yang terbaik.” ungkap tuan Choi. Namjoon hanya tersenyum dan mengangguk. Setelah itu terjadi keheningan yang cukup lama di antara kedua pria itu sampai-sampai Namjoon merasa canggung dan tak nyaman jika terlalu lama dalam kondisi seperti itu. Akhirnya dia memberanikan diri untuk membuka suaranya, “Ayah.” panggil Namjoon.
Tuan Choi menoleh padanya dan menyahut, “Heum?”
“Aku minta maaf pada ayah.” ucap Namjoon. Tuan Choi makin lebar tersenyum lalu menyahut, “Waktu itu kau sudah meminta maaf nak.”
“Tetap saja aku harus meminta maaf pada ayah atas perbuatanku pada Ji Ran dan juga kepada ayah dan ibu.” ucap Namjoon penuh sesal.
“Ayah sudah memaafkanmu. Kau tidak perlu merasa bersalah lagi. Setidaknya kalian sudah baik-baik saja dan putri ayah juga sudah memaafkanmu.” sahut tuan Choi.
Namjoon menghela napasnya sejenak lalu menyahut lagi, “Saat melihat Ji Ran—aku selalu bertanya pada diriku apakah aku pantas bersama Ji Ran lagi? Bukankah luka yang kutinggalkan padanya terlalu besar dan seharusnya tidak mendapat pengampunan darinya? Aku selalu merasa tidak layak. . tapi di satu sisi aku juga sangat mencintai Ji Ran dan tidak bisa jika bukan Ji Ran. A-aku benar-benar takut jika luka yang kutinggalkan padanya masih tersimpan rapat dihatinya meskipun saat ini dia terlihat baik-baik saja. A-aku takut aku akan menyakitinya lagi, ayah.”
Tuan Choi mengangguk-angguk sejenak kemudian ia menepuk pelan pundak Namjoon, “Di hari persidangan kalian—Ji Ran berkata kepada ayah bahwa hal yang paling menyakitkan baginya adalah melihat kau bahagia tetapi bukan dia sumber kebahagiaanmu. . Ji Ran berkata bahwa dia ingin mengulang waktu dan membuat semua kembali dalam kondisi baik-baik saja.”
KAMU SEDANG MEMBACA
I'm Sorry, My Love ✔️
Fanfic"The deepest pain is unseen by eyes. The Deepest sadness is unsaid by words." - Unknown Awalnya semua begitu manis tapi akhirnya menjadi pahit - Choi Ji Ran **Story about RM BTS & Choi Ji Ran (Y/N)**