**✿❀ ❀✿**
Tiga tahun kemudian.
Suara langkah kaki yang tergesa-gesa terdengar jelas di sebuah lorong rumah sakit. Ji Ran dengan raut paniknya berlari mencari ruang rawat inap guna menemui seseorang.
Sore ini ia baru saja mendarat di Seoul—setelah 3 tahun lamanya ia tinggal di Jepang karena harus menempuh studi S2nya di sana.
Setelah mendapatkan ruangan yang ia cari. Ji Ran segera mengetuk pintunya lalu masuk tanpa menunggu dibukakan. Kedatangan gadis itu seketika menarik perhatian seorang pria yang tengah berbaring di ranjang dengan jarum infus yang tertancap di tangannya.
“Wow! Aku pikir kau bercanda bahwa kau akan datang kesini.” ujar pria tersebut sambil tersenyum manis pada Ji Ran.
Berbeda dengan reaksi Ji Ran—gadis itu terlihat serius dan tidak tertarik pada guyonan yang dilontarkan pria tersebut, “Kau mau mati?!”
Pertanyaan mengerikan dari gadis Choi itu langsung membuat pria dengan senyuman manis yang terbaring lemah itu langsung mingkem di tempatnya.
Ji Ran berjalan mendekati ranjangnya lalu memukul pelan pundak pria tersebut, “Bukankah sudah kukatakan untuk menjaga pola makanmu, Park Jimin. . Kenapa kau sulit sekali diberitahu!” omel Ji Ran.
Lantas pria tersebut yang tidak lain adalah Park Jimin hanya tertawa lalu bangun perlahan-lahan dengan dibantu oleh Ji Ran sendiri.
“Sudah. Aku sudah melakukannya.” ujar Jimin yang kembali tersenyum manis pada Ji Ran.
“Kalau sudah, lalu sekarang ini apa? Asam lambungmu kambuh dan kau pingsan seperti ini.” omel Ji Ran. Jimin hanya terkekeh pelan lalu meraih satu tangan Ji Ran dan menggenggamnya dengan lembut, “Iya aku salah. Maafkan aku.” katanya dengan tulus.
Hembusan napas panjang pun terdengar dari mulut Ji Ran. Ia duduk di sisi Jimin sambil menatap pria itu dengan tatapan yang sudah melembut, “Jangan lakukan itu lagi. Aku benar-benar kuatir.”
“Iya. Aku janji tidak akan seperti itu lagi.” sahut Jimin. Setelah itu ia menarik gadis itu ke dalam pelukannya sambil mengusap lembut punggung Ji Ran, “Terima kasih sudah mengkuatirkanku, Ji.”
Ji Ran cuma mengangguk sambil membalas pelukan Jimin.
“Parfummu tidak pernah berubah.” kata Ji Ran saat aroma harum dari parfum Jimin tercium jelas di hidungnya.
“Hem. Kau masih memakai parfumku kan? Seminggu yang lalu aku mengiriminya lagi ke tempatmu.”
“Iya masih kupakai. Lainkali kau tidak perlu mengirimnya lagi. Aku bisa mencarinya di Jepang atau memesannya via online.” sahut Ji Ran.
“Tidak apa-apa. Aku lebih suka jika kau memakainya dari pemberianku sendiri.” balas Jimin. Ji Ran pun mendongakkan wajahnya, begitupun Jimin yang menundukan kepalanya.
KAMU SEDANG MEMBACA
I'm Sorry, My Love ✔️
Fanfic"The deepest pain is unseen by eyes. The Deepest sadness is unsaid by words." - Unknown Awalnya semua begitu manis tapi akhirnya menjadi pahit - Choi Ji Ran **Story about RM BTS & Choi Ji Ran (Y/N)**